Septiana Prabaningtyas (16.I1.0047)
Yosefine Johan (16.I1.0070)
Adinda Mutia Widjayanti (16.I1.0111)
Lidya Kurnia Sandhyta(16.I1.0112)
Beda Yonapresia (16.I.0133)
Wajik merupakan salah satu kue traditional Indonesia, sering juga disebut “kue basah” karena sifatnya yang semibasah atau “jajanan pasar” karena sering ditemkan di pasar. Namun pada kenyataannya wajik memiliki makna yang mendalam. Keberadaan wajik di setiap acara pernikahan adat jawa merupakan salah satu faktornya. Menurut buku Javanese Wedding Ceremony: Food and Layout Aspects, wajik merupakan makanan berbahan dasar ketan, yang memiliki tekstur lengket. Hal ini melambangkan bersatunya pria dan wanita yang akan lengket (bersatu dan membangun keluarga). Tidak hanya mempelai tetapi keduabelah pihak keluarga dapat disatukan dan tidak dapat dipisahkan sama halnya dengan wajik yang terbuat dari beras ketan yang mana saat mentah masih dapat dipisahkan, tetapi kalau sudah dimasak tidak dapat dipisahkan. Diharapkan menjadi keluarga lengket dan tidak dapat dipisahkan. Sedangkan pada internet dikatakan wajik melambangkan suami istri yang baru saja mengikat perjanjian agung diharapkan berkaca kepada beras ketan. Lengket dan saling melengketkan diri serta sulit untuk dipisahkan. Begitulah kiranya mereka merajut rumah tangga. Langgeng abadi sampai mati. Karena satu sama lain saling rekat dan merekatkan diri terhadap yang lainnya. Tidak mudah putus ketika badai menghempas bahtera rumah tangga. Dan menurut hasil wawancara, narasumber mengatakan “Karena, wajik itu memiliki tekstur lengket, jadi diharapkan pasangan yang baru menikah itu bisa seperti wajik, selalu lengket dalam artian langgeng terus samapi tua nanti. Katanya ketan itu punya arti”. Dilihat dari 3 pengertian diatas sebenarnya terdapat makna yang sama. Yaitu karena teksturnya yang lengket diharapkan pasangan yang menikah tersebut juga akan lengket seperti wajik.
Bahan pembuatan wajik terdiri dari bahan utama dan
bahan tambahan. Bahan utamanya yaitu beras ketan. Berbeda dengan beras putih
biasa, beras ketan memiliki kandungan amilopektin yang banyak maka dari itu
teksturya lebih kenyal dan lengket. Menurut narasumber kami beras ketan yang
digunakan adalah beras ketan yang kualitasnya masih baik yaitu belum berbau dan
berkutu. Sedangkan menurut Zakaria (2012) kadar amilopektin pada beras ketan
juga mempengaruhi pada tekstur wajik, jika kadar amilopektin terlalu rendah
akan membuat wajik menjadi cepat hancur dan tidak memadat. Selain bahan utama
juga terdapat beberapa bahan tambahan, diantaranya ada gula merah, gula pasir,
santan kelapa, daun pandan dan daun pisang. Namun, ada juga yang menambahkan
vanili, garam dan bawang merah.
Gula merah atau yang leih dikenal dengan gula jawa
berperan dalam menghasilkan warna yang yang khas pada wajik serta rasa manis
yang legit. Gula merah yang digunakan sebaiknya tidak mengandung sagu dan
kotoran seperti pasir dan kerikil kecil. Namun, gula merah memiliki tingkat
kemanisan yang rendah maka dalam pembuatan wajik ditambahkan gula pasir.
Penambahan gula pasir juga bertujuan untuk mengurangi kadar air pada wajik
sehingga pertumbuhan mikroba dapat terhambat. Selanjutnya adalah santan. Baik
santan encer maupun kental dapat digunakan dalam pembuatan wajik. Yang perlu
diperhatikan dari santan adalah proses pemasakannya, dalam proses pemasakan
santan dengan api kecil santan harus terus diaduk jangan sampai pecah, karena
jika santan pecah akan meyebabkan wajik menjadi lebih berminyak dan menjadi
cepat tengik. Selain itu santan yang digunakan harus sebaiknya santan yang
masih segar dan tidak berbau. Sedangkan penambahan garam bertujuan untuk
penegas rasa dan juga untuk mengurangi kadar air, sama halnya dengan gula
pasir. Selain itu juga ditambahkan vanili, disini vanili berperan dalam
menghasilkan aroma harum, atau dapat juga menggunakan daun pandan. Hal yang
tidak diduga addalah ada resep yang menambahkan bawang merah, bawa merah
mengandung banyak minyak atsiri. Minyak atsiri ini berperan dalam membuat rasa
wajik menjadi lebih sedap dan juga berfungsi sebgaia bahan pengawet. Yang
terakhir adalah daun pisang, daun pisang digunakan sebagai kemasan agar wajik
tidak cepat terkontaminasi. Daun pisang yabg digunakan ada baiknya yang bersih
dan tidak ada bercak-bercak.
Secara teori proses pembuatan wajik terdiri
dari perendaman, pengukusan setengah matang, pengukusan matang, pencampuran
bahan, pencetakan dan pemotongan. Namun secara sederhana wajik dibuat dengan
cara:
-
Pertama, beras
ketan dicuci bersih, kemudian dikukus setengah matang.
-
Siapkan panci,
rebus santan dan gula pasir, diaduk sampai larut. Dengan api sedang
-
Gula merah yang
sudah dipotong kecil-kecil atau yang sudah dihaluskan kemudian dimasukkan
-
Daun pandan
dimasukkan, ini berguna untuk memberi bau harum pada wajik
-
Selanjutnya
wajik setengah matang tadi di masukkan kedalam rebusan sedikit demi sedikit.
Kemudian diaduk perlahan sampai matang
-
Terakhir, wajik
di cetak dan dibungkus dengan daun pisang
Refleksi dari tugas ini adalah kami jadi tahu bahwa
pulau jawa memiliki banyak jenis makanan traditional yang disajikan dalam acar
perkawinan. Dan setiap makanan itu mempunyai makna yang mendalam, jadi tidak
hanya asal disajikan tetapi disajikan karena adanya harapan tertentu untuk
pasangan pengantin tersebut. Selain itu juga pembuat wajik yang kami wawancara
tidak terlalu mengetahui mutu bahan secara keseluruhan. Yang dia ketahui hanya
untuk santan dan beras ketannya saja, walau memang untuk bahan yang lain tidak
terlalu menentukan hasil namun wajik sendiri sudah mempunyai SNI yaitu SNI
01-4272-1996. Jadi dapat dikatakan wajik yang dibuat untuk pesta perkawinan
belum tentu memenuhi standar dari SNI.
Sumber:
Javanese Wedding
Ceremony: Food and Layout Aspects
perpustakaan.uns.ac.id
No comments:
Post a Comment