Friday, July 14, 2017

JENANG

Dominica Gabby                     16.I1.0014
Gracia Vivian S                       16.I1.0031
L. Teffany Pinky                     16.I1.0037
             Dinda Ayu T                           16.I1.0042

Oei, Anastasia C                     16.I1.0064

Dalam pernikahan adat Jawa khususnya adalah Jawa Tengah, pasti terdapat suguhan makanan yang sangat beragam terutama makanan tradisional. Salah satunya adalah jenang. Jenang merupakan jenis makanan semi basah yang serupa dengan dodol. Jenang adalah makanan tradisional yang erat kaitannya dengan tradisi masyarakat terutama di daerah Jawa. Baik jenang, dodol dan makanan sejenisnya tergolong ke dalam jenis makanan ringan dan bukan sebagai makanan utama atau lauk pauk. Jenang dikonsumsi sebagai kudapan yang dimakan setelah makan makanan pokok.

Dalam pembuatan jenang, bahan yang diperlukan sangatlah simpel yaitu terdiri dari tepung ketan, gula kelapa atau gula pasir dan santan yang dididihkan sampai mengental. Tepung ketan mengandung pati yang penting dalam pembuatan jenang atau dodol. Kandungan amilosa dan amilopektin dalam pati sangat menentukan sifat dan bentuk hasil pemanasan misalnya tekstur dan sifat mengkilap dari jenang. Sedangkan santan digunakan sebagai penambah cita rasa dan aroma. Santan mengandung lemak sehingga dapat menghasilkan jenang yang mempunyai rasa lezat dan tekstur yang kalis gelap. Dalam pembuatan jenang atau dodol, tidak terlepas dari penambahan gula. Berdasarkan SNI merujuk pada pengolahan dodol beras ketan, disebutkan bahwa jumlah minimal gula dalam produk dodol yang dihitung sebagai sukrosa adalah sebesar 30%. Tujuan penambahan gula dalam pembuatan jenang adalah untuk pembentukan tekstur, rasa dan warna. Semakin banyak gula yang ditambahkan maka tekstur jenang yang dihasilkan akan menjadi keras, rasa akan semakin manis dan warna yang dihasilkan akan semakin gelap.

Gula memiliki kemampuan untuk mengikat air. Semakin banyak gula yang ditambahkan ke dalam adonan maka semakin banyak pula air yang diikatnya, sehingga kadar air dari produk jenang menjadi rendah yang berpengaruh terhadap tekstur produk tersebut. Selain tekstur, banyaknya gula yang ditambahkan juga akan mempengaruhi rasa dan warna dari produk. Adanya glukosa, sukrosa, pati dan lain-lain dapat meningkatkan cita rasa pada bahan makanan. Misalnya sukrosa menimbulkan rasa manis, pati menimbulkan rasa khusus pada makanan karena tekstur yang dimilikinya, demikian juga bila gula dalam hal ini sukrosa yang dipanasakan akan terbentuk warna cokelat akibat dari terjadinya karamelisasi.
Tentu saja kualitas bahan dasar yang dibutuhkan untuk membuat jenang juga harus diperhatikan. Tepung beras ketan berasal dari beras ketan yang berkualitas yang sudah dihaluskan menjadi tepung, biasanya sudah dijual dalam bentuk tepung di dalam kemasan. Lalu untuk gula baik gula pasir maupun gula merah atau biasa juga disebut dengan gula kelapa akan memberikan manfaat sebagai bahan pengawet alami. Gula kelapa yang digunakan memiliki ciri-ciri berwarna coklat tua, keras/kering, berbentuk silinder dengan diameter ± 4 cm dan tinggi ± 8 cm. Untuk gula pasir yang digunakan adalah dengan ciri-ciri warna putih dan tidak kotor. Santan yang digunakan berasal dari kelapa yang sudah tua ditandai warna tempurung kecoklatan/coklat tua. Santan didapatkan dari hasil perasan kelapa yang sudah dipotong atau digiling.

Proses pembuatan jenang tidaklah mudah. Diperlukan kesabaran yang ekstra karena selama proses pembuatan jenang memerlukan waktu yang cukup lama serta alat yang digunakan juga cukup berat. Sehingga juga harus diperlukan energy yang cukup untuk bisa membuat jenang dengan baik. Pertama-tama tepung beras ketan dicampurkan dengan santan yang sudah diperas dari kelapanya. Lalu masukkan gula kelapa dan gula pasir yang sudah dicairkan sebelumnya agar mudah tercampur dengan rata. Kemudian adonan dimasak diatas wajan hingga mengental. Adonan harus terus diaduk agar tidak ada bagian yang gosong. Setelah itu, jika adonan sudah menjadi kecoklatan dan kental maka langsung dicetak sesuai selera. Kemudian jenang dibungkus plastik agar lebih rapi.



Jenang dalam upacara pernikahan adat Jawa pasti memiliki makna dan arti tertentu.  jenang ternyata memiliki filosofis dan simbol-simbol yang diyakini oleh orang Jawa. Selain sebagai rasa syukur kepada-Nya, jenang juga dijadikan simbol doa, persatuan, harapan, dan semangat masyarakat Jawa. Jenis-jenis simbol antar jenang satu dengan lainnya berbeda-beda mengingat ada beberapa jenis jenang yang terkenal di Pulau Jawa. Berdasarkan Survei ke Raos Katering yang berada di Plamongan Indah, masyarakat Jawa khususnya warga Semarang sudah jarang menggunakan jenang dalam pernikahan adat Jawa. Melainkan menggunakan wajik hijau dan wajik coklat yang sudah mewakili keberadaan jenang.

Dalam mengerjakan tugas ini, pastinya kita mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih tentang makanan tradisional khususnya jenang. Kita juga bisa langsung survey dan terjun kelapangan untuk mengetahui tentang jenang, dan bisa berkenalan langsung dengan Ibu Ely Tamrin pemilik dari Raos Katering. Pasti merasakan senang dan bangga bisa memiliki makanan tradisional yang sangat beragam jenisnya, dan juga enak rasanya. Dengan ini semua, kita diwajibkan untuk dapat mencintai makanan tradisional yang ada, yang sudah jarang ditemui.



Sumber :
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Satuhu, S., dan Sunarmani 2004. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

No comments:

Post a Comment