Friday, July 14, 2017

WAJIK

Giovani Dita C              16.I1.0145
Priscella Chrisanty H.   16.I1.0142
Suryana                         16.I1.0161
Catharina Santi              16.I1.0191
                                          Nengah Wida R             16.I1.0201

A.    Dari buku e-book (makanan yang ada dalam adat jawa dan filosofi)
Di dalam e-book dituliskan dalam pernikahan adat jawa terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah pra-mantu, dalam tahap ini digunakan pisang, daun sirih, beras, dan kue yang berasal dari beras ketan. Makanan-makanan ini mengandung arti untuk mempersatukan. Tahap kedua adalah pernikahan, dalam tahap ini bahan yang digunakan adalah beras, daun pisang, daun pandan, dan kelapa. Tanaman-tanaman ini menyimpulkan harapan, kemakmuran, kesuburan, dan kesatuan. Tahap terakhir yaitu pasca mantu, yaitu tahap yang dimana orangtua pengantin pria menerima pengantin wanita sebagai anak mereka.

B.     Manfaat Bahan
Wajik terbuat dari beras ketan, santan, gula jawa, dan garam. Beras ketan sendiri memiliki kandungan pati yang tinggi yaitu amilosa dan amilopektin, kandungan amilopektin yang tinggi membuat ketan memiliki tekstur yang lengket dan kenyal. Santan digunakan dalam pembuatan wajik karena mempunyai kandungan lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyebabkan wajik lebih gurih. Gula jawa merupakan gula yang terbuat dari nira pohon aren yang berfungsi sebagai pemanis alami pada wajik. Selain itu gula jawa ini juga memberikan warna coklat pada wajik. Dan yang terakhir adalah garam. Garam merupakan bahan tambahan untuk seasoning yang paling sering digunakan untuk bahan tambahan makanan sehingga menghasilkan makanan yang gurih.

C.     Proses pembuatan
-          Beras ketan direndam selama kurang lebih 3 jam, kemudian dibersihkan (dicuci) lalu dikukus hingga matang 22-30 menit
-          Gula jawa dicairkan bersamaan dengan santan dan garam
-          Setelah beras ketan matang, lalu dicampurkan dengan gula merah sambil diaduk sampai meresap

D.    Filosofi Wajik
Adanya wajik dalam hidangan pada pernikahan adat jawa kerap kali dilengkapi dengan adanya jadah. Wajik yang menggunakan gula merah diidentikkan dengan warna merah pada darah, sedangkan jadah yang tidak menggunakan gula merah diidentikkan dengan warna putih pada sumsum tulang. Dimana darah dan sumsum merupakan kesatuan kehidupan dalam tubuh. Dengan ini diharapkan sepasang pengantin dapat saling menyatu. Wajik menggunakan beras ketan yang memiliki sifat yang lengket. Hal ini juga mengharapkan agar kedua pengantin tersebut semakin tidak terpisahkan.

E.     Kualitas bahan yang bagus
Kualitas beras ketan yang baik dapat dilihat dari beberapa karakteristik berikut, seperti buliran beras yang masih utuh, memiliki warna putih susu, dan aromanya harum. Sementara itu, kualitas gula merah yang baik adalah memiliki tekstur padat dan rata tanpa ada cekungan, retakan, lubang, ataupun rongga. Selain itu, gula merah yang baik tidak mudah meleleh dan warnanya lebih cerah.

F.      Foto




G.    Refleksi (pengalaman/ kesan/ manfaat) masing- masing kelompok berkaitan dengan tugas ini
Pernikahan adat jawa memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut diantaranya bisa dilihat dari makanan daerah yang seringkali terdapat dalam pernikahan tersebut. Masyarakat tidak selalu mengetahui makna dari keberadaan makanan tersebut, terlebih lagi remaja jaman sekarang juga sudah tidak memerhatikan hal-hal tersebut. Padahal, setiap makanan daerah yang ada dalam pernikahan adat jawa memiliki bahan-bahan yang beragam, yang menghasilkan makna dan filosofinya masing-masing.
Kami sebagai mahasiswa teknologi pangan, merasa bahwa tugas Pengetahuan Bahan berkaitan dengan makanan tradisional dalam pernikahan adat jawa ini memberikan berbagai manfaat. Dengan adanya tugas ini, kami mengetahui makanan-makanan apa saja yang biasanya terdapat dalam rangkaian acara pernikahan jawa. Tidak berhenti di situ, kami juga mendapatkan informasi mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam makanan tersebut, disertai dengan karakteristik bahan dengan kualitas yang baik. Selain itu, dari bahan-bahan yang digunakan serta penggunan makanan tersebut dalam rangkaian pernikahan, kami juga dapat menganalisis makna dari makanan tersebut.

Hal-hal di atas membuat wawasan kami semakin luas dan mendorong kami untuk lebih melestarikan adat beserta makanan jawa. Saat ini pernikahan adat sudah semakin ditinggalkan, begitu pula makanan tradisional yang ada di dalamnya semakin tidak dikenal, padahal tanpa sadar kita masih kerap menemukan makanan tersebut dalam jajanan pasar. Oleh karena itulah, sebagai anak muda, khususnya mahasiswa teknologi pangan, perlu lebih memahami mengenai makanan tersebut dan diharapkan nantinya dapat menyebarluaskan informasi kepada orang lain sebagai wujud pelestarian terhadap adat dan makanan jawa .

No comments:

Post a Comment