Christoper
Jaya Pradipta 10.70.0124
Elvina Ardianto 16.I1.0090
Priskila Trifena 16.I1.0134
Elisabeth Helena L 16.I1.0150
FILOSOFI
Pernikahan
adat Jawa masih digunakan sebagai adat, tetapi akhir akhir ini dengan berkembangnya
kemajuan teknologi dan globalisasi, masyarakat mulai memilih pernikahan secara
internasional dengan kesan berkelas dan simpel. Tujuan dilakukannya pernikahan
secara adat, terutama tentang aspek makanan dan tata letak akan memberi
kontribusi pemahaman yang lebih baik tentang kearifan lokal Jawa dan warisan
budaya Jawa. Prosesi pernikahan adat jawa dibagi 3 tahap, yaitu pra-mantu,
mantu, dan pasca mantu. Saat ini, mempelai wanita dan mempelai pria dan
keluarga mereka saling mengenal. Dengan demikian, tahap ini banyak digunakan
sebagai upacara pemberian mas kawin.
Pada
kali ini, kelompok kami akan membahas tentang minuman yang digunakan dalam
upacara pernikahan adat Jawa. Pada upacara pernikahan adat jawa, biasanya
diadakan acara “dodol dawet” untuk tradisi adat Jawa. Dodol dawet ini dilakukan
pada tahap pra-mantu. Dodol Dawet diambil makna dari cendol yang berbentuk
bundar merupakan lambang kebulatan kehendak orang tua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ’kreweng’
(pecahan genting) bukan dengan uang. Hal itu menunjukkan bahwa kehidupan
manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu sedangkan yang
menerima pembayaran adalah bapak dengan memberi kembalian berupa uang
receh buat-buatan dan sembari memohon
doa restu.
Hal
ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari
nafkah sebagai suami istri, harus saling membantu, selain itu juga dhawet
menjadi jalannya adicara ramai seperti makna kata dawet yang berarti “kemruwet”
atau ramai dan kesenangan dan keceriaan seperti rasa dhawet/ cendol sehingga
para tamu undangan dan mempelai merasakan kegembiraan. Penjualan es dawet di
dalam upacara pernikahan dilakukan sebelum jam 12 siang, waktu matahari mencapai puncak, atau
dikenal dengan gerak memuncak. Ini melambangkan contoh bagi mempelai bahwa
kehidupan harus ada perkembangannya.
Es
dawet merupakan salah satu minuman yang dibuat dari cendol yang terbuat dari
campuran tepung beras dan tepung hunkwe dengan ditambahkan gula jawa cair dan
diberi es, merupakan sajian yang ada di setiap upacara pernikahan. Dawet ayu
yang paling digemari masyarakat yaitu dawet ayu banjarnegara. Pada awalnya dawet
ayu banjarnegara ini terkenal setelah beberapa tokoh komedi mencicipi dan menyukai
es yang berasal dari Banjarnegara itu.
Dawet
ayu banjarnegara memiliki kekhasan dengan adanya gambar tokoh wayang punakawan
pada gerobaknya. Tokoh wayang itu adalah Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Simbol itu dipercaya masyarakat terutama pada penjual Es cendol sebagai pelepas
dahaga saat musim kemarau, karena jika kedua nama wayang Semar dan Gareng digabung,
akan menjadi MARENG yang berarti musim kemarau.
Orang
Banjarnegara mengatakan bahwa nama Ayu pada Dawet ayu merupakan gambaran dari
Dewi Srikandi pada kepala centong. Menurut tradisi ke-jawen, bakul untuk
berjualan es Dawet ayu dibuat dari kayu khantil yang memiliki arti magis, yaitu
terenggut dan tertarik, selain itu juga makna Semar pada pikulan Dawet ayu
menjadi dasaran, simbol pokok untuk berjualan, dan tokoh gareng yang berarti
menjadi perhatian banyak orang, selain itu juga ada tokoh Punakawan yang lain
seperti petruk yang memiliki arti ‘nyletuk’ atau mengundang orang untuk membeli dan bagong
yang bermakna njagong yang berarti
perwujudan dari duduk ketika asah-asah/ membersihkan gelas setelah dipakai
pembeli.
Es
Dawet dibuat dari perpaduan tepung beras beraroma
pandan hijau, gula jawa, dan santan putih. Dalam proses
pembuatannya, dawaet ayu menggunakan air perasan pandan/daun suji sehingga
berwarna hijau. Karena sebagian besar dari es dawet ayu, baik dari cendolnya hingga
proses penyajian menjadi es dawet lebih banyak memakai
tepung dan gula, maka kandungan gizinya pun lebih banyak pada sumber
karbohidrat, fosfor, energi, kalsium dan protein, sedangkan kandungan vitamin
B2 nya hanya sebesar 2mg.
PROSESI ADAT PERNIKAHAN DAWET AYU
Cendol adalah
jenis minuman yang dibuat dari campuran tepung beras, tepung tapioka dan tepung
hunkwe serta ditambahkan dengan santan dan gula merah (Anonim, 2001). Cendol
memiliki tekstur kenyal dan umumnya berwarna hijau. Dalam 100 gr cendol yang
terbuat dari campuran tepung beras dan tepung tapioka mengandung energy 95,80
kkal, karbohidrat 8,25 gr, protein 1,21 gr dan lipid 6,44 gr (Anonim, 2001).
Menurut Santoso (2000), dalam proses pembuatan cendol, tepung hunkwe atau
tepung beras ditambah pewarna hijau dan air, dimasak sampai kekentalan tertentu,
kemudian dicetak dengan cetakan cendol.
Untuk lebih
jelasnya, kami melakukan wawancara dengan Bu Eko yang sudah biasa membuat
cendol. Bahan-bahan untuk membuat cendol, diantaranya tepung hunkwe yang
biasanya tersedia dalam berbagai warna (hijau, merah muda), santan, gula merah,
daun pandan, dan apabila ingin bisa ditambahkan tepung beras. Menurut Bu Eko,
tepung beras bisa digunakan untuk membuat tekstur cendol lebih keras.
Selanjutnya, ada tahapan pembuatan cendol disertai gambar yang merupakan hasil
wawancara kami dengan beliau yaitu :
1.
Proses pembuatan diawali dengan
menyiapkan bahan-bahannya dahulu.
2.
Kemudian tepung hunkwe direbus
hingga mengental serta menunjukkan perubahan warna dari merah muda menjadi
merah transparan.
3.
Lalu dicetak dengan cetakan
cendol, dimana pada bagian bawahnya diberi air dingin/es batu agar cendol yang
telah terpisah tidak menyatu lagi.
4.
Selanjutnya, kelapa parut diperas
hingga diperoleh santan kental yang kemudian direbus bersama dengan daun
pandan. Hati-hati agar santan tidak pecah, karena jika pecah maka rasanya
menjadi tidak enak. Menjaga emulsi santan tetap baik yaitu dengan diaduk terus
selama pemasakan dan tidak boleh berhenti.
5.
Tahapan berikutnya ialah pencairan
gula merah yang diberi tambahan air dan daun pandan agar tidak mengeras dan
memberikan bau harum.
6.
Setelah gula merah mencair perlu
dilakukan penyaringan, karena biasanya terdapat kotoran pada gula merah
tersebut dan juga untuk memberikan tekstur yang halus.
7.
Kemudian es cendol disiapkan di
gelas dengan cara meletakkan cendol yang berwarna merah dulu, lalu ditambah
santan, gula merah cair, dan es batu.
Kualitas bahan yang diperlukan untuk menghasilkan
produk pangan yang baik, dalam kasus kali ini adalah es dawet atau cendol.
Kebanyakan bahan baku yang digunakan mengandung jumlah air yang cukup banyak.
Air memiliki peranan penting di dalam kesehatan manusia.air yang bersih dan
sehat dapat meningkatkan derajat kesehatan, sedangkan air yang tidak sehat dan
telah terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen maupun kontaminan lainnya,
dapat menurunkan derajat kesehatan yang mengkonsumsinya (Soemirat, 2002).
Kualitas makanan yang diolah saangat dipengaruhi oleh
suhu, sehingga perlu diperhatikan tempat penyimpanan yang baik untuk mencegah
pertumbuhan pathogen dan mengurangi pembusukkan. Ada beberapa syarat penyimpanan
makanan yang baik, menurut Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 yaitu :
a) Terlindung daari debu, bahan kimia yang
berbahaya, serangga dan hewan
b) Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas
65,50C atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4Oc atau
kurang.
c) Makanan cepat busuk untuk penggunan dalam waktu
lama (> 6 jam) disimpan dalam suhu -50C sampai -10C.
Menurut Purawidjaja (1995), cara pengolahan makanan
agar kualitas tetap terjaga baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan
makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikuti kaidah atau
prinsip-prinsip higine dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (Good Manufacturing Practice).
Dalam menjaga keamanan makanan terdapat metode lainnya
yaitu HACCP (Hazard Analysis Critcal Control Point) yang merupakan suatu metode
manajemen keamanan makanan yang sistematis umtuk mengidentifikasi bahaya yang
kemungkinan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam rantai persediaan makanan
dan tindakan pengendalian ditempatkan untuk mencegah munculnya bahaya tersebut
(Mortimore, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Rebecca. 2001. Upacara Pernikahan di Jawa. Fakultas
Fisip Unimus. Malang
Ananingsih, V. K. 2016. Preserving Local Knowledge: Javanese Wedding Ceremony:
Food & Layout Aspects. (http://ebook.undk.asia/blog/2016/04/22/javanese-wedding/).
Anonim.
2001. Cendol. Pusat Kajian Makanan Tradisional Madya Universitas Udayana. Bali
Boga. Bali.
Mortimore, 2005. HACCP. Jakarta.
Octaviana, Frisca. 2014. Implementasi Makna
Simbolik Prosesi Pernikahan Adat Jawa Tengah pada Pasangan Suami Istri. Fakultas
Psikologi UMS. Surakarta.
Purawidjaja, 1995. Enam Prinsip Dasar Penyediaan Makan
di Hotel, Restoran dan Jasaboga.
Santoso. 2000. Masakan Khas Indonesia.
CV Media Utama. Surabaya.
Slamet, Juli Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University
Press, Yogyakarta
No comments:
Post a Comment