Saturday, July 15, 2017

TUMPENG 5 WARNA

Albert Febriano Setiawan   16.I1.0022
Leandro Carlos                   16.I1.0200
Fabianus Bintang                16.I1.0151
Andreas A. Rizki               16.I1.0062
Christian Eko                      16.I1.0038

   1. PENDAHULUAN
Tradisi dan adat istiadat merupakan  tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dan juga merupakan ciri khas suatu daerah yang melekat sejak dahulu kala dalam diri masyarakat yang melakukannya. Indonesia meadalah negara yang majemuk dimana  terdiri dari banyak suku bangsa yang memiliki ci khasnya masing-masing.

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang masih memegang tradisi dan kepercayaan yang merka dapatkan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Kepercayaan dan tadisi ini mereka tuangkan dalam berbagai kegiatan yang mereka lakukan dalam siklus kehidupan manusia Jawa, yaitu  Metu-Manten-Mati (Lahir-Pernikahan-Kematian). Dalam melakukan upacara adat masyarakat Jawa masih mengenal “sesaji”. Bahkan sampai sekarang, masih ada banyak masyarakat Jawa yang meneruskan tradisi sesaji. Ada bermacam-macam sesaji dalam kehidupan masyarakat Jawa, salah satunya adalah sesaji dalam pernikahan. Di dalam sesaji pernikahan sendiri, ada empat jenis sesaji, yaitu: Sesaji Pasang Tarub, Sesaji Siraman, Sesaji Midadareni, Sesaji Panggih/Temu.

Pernikahan merupakan wujud pertalian cinta kasih dan rasa sayang antara dua orang lawan jenis dalam mengarungi sebuah rumah tangga bersama. Pada dasarnya pernikahan dilandasi rasa cinta antar kedua belah pihak. Keputusan menikah adalah hal yang sangat besar dalam perjalanan hidup manusia. Maka dari itu upacara perkawinan merupakan upacara yang sakral dalam meneguhkan suatu pernikahan. Pada zaman yang serba modern saat ini masih bisa ditemui pernikahan menggunakan upacara adat serta ritual pernikahan, khususnya pada perkawinan adat Jawa.

Tradisi kuno masyarakat Jawa memiliki tata cara lengkap dalam pernikahan; sebelum pernikahan, hari pelaksanaan, dan sesudah pernikahan. Meskipun zaman semakin berkembang, namun kebiasaan untuk tetap mempertahankan tradisi tetap dipegang kuat. Seperti Sajen Pasang Tarub yang masih terus dipelihara oleh masyarakat Jawa saat ini. Di antara semua sesaji, Sesaji Pasang Tarub adalah sesaji yang paling lengkap. Salah satu sesaji yang ada dalam rangkaian Sesaji Pasang Tarub bisa ditemukan pada sesaji Buncalan dan sesaji lainnya seperti sesaji tumpeng megana, sesaji brokohan, sesaji pisang sanggan , dan esaji lainnya. Setiap sesaji memiliki maknanya sendiri-sendiri. Bahkan cara pembuatan dan penyajiannya pun berbeda-beda. Kekayaan makna dalam sesaji ini menggambarkan roda hidup, lika-liku dan naik turun kehidupan manusia, dari lahir hingga kematian.

Saat ini telah upacara perkawinan banyak mengalami perbedaan karena perubahaan dalam masyarakat. Meski begitu, kebanyakan orang Jawa tetap menjunjung tinggi tradisi Jawa dalam menyelenggarakan pernikahan. Banyak pula yang ingin terus melestarikan budaya. Pada dasarnya, upacara pernikahan terdiri dari 3 tahap yaitu pra-mantu, mantu dan pasca mantu. Ketiga tahap tersebut banyak yang harus dipersiapkan seperti perangkat peralatan, hidangan serta dekorasi. Masing-masing memiliki makna yang mendalam seperti ucapan syukur dan harapan pengantin untuk hidup harmonis dan sejahtera baik dalam keluarga dan di masyarakat.

Dalam tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan Pangan yang diberikan ini kami akan mencoba untuk melihat serta mencari tahu jenis makanan adat Jawa khusus upacara pernikahan. Beberapa poin yang akan dibahas yaitu jenis makanan tersebut disajikan, cara membuatnya, kualitas bahan yang baik. Peranan maupun nilai dan simbol dari makanan tersebut. Serta refleksi yang dapat dipelajari dari mengetahui jenis makanan tersebut. Informasi ini selain untuk memenuhi tugas sekaligus untuk menyebarluaskan pengetahuan budaya lokal mengenai jenis makanan adat Jawa khusus yang terdapat pada upacara pernikahan.



2.      PEMBAHASAN
Pada tugas ini kami akan mencoba membahas jenis sajian adat Jawa khusus pada upacara pernikahan yaitu nasi tumpeng lima warna atau biasa disebut sajen buncalan. Sajen  buncalan ini biasanya disajikan pada saat upacara Tarub.Tradisi Tarub merupakan salah satu kegiatan persiapan orang Jawa yang akan menyelenggarakan hajat “mantu” menikahkan anaknya. Tarub berasal dari kata ditata karep ben murup (ditata agar lebih hidup), kegiatan ini berupa penataan ruang dan pemasangan tenda di sekitar rumah yang punya hajat untuk dijadikan sebagai tambahan ruang bagi para tamu maupun para rewang yang membantu jalannya acara pernikahan. Tradisi Tarub biasanya dilakukan setelah acara Kumbokarnan dan dikerjakan empat-tujuh hari menjelang upacara panggih.

Panggih dalam bahasa Jawa berarti bertemu, merupakan budaya tradisional yang dilaksanakan setelah acara akad nikah. Maknanya agar pasangan yang baru menikah dapat menjalani kehidupan rumah tangga mereka dengan bahagia dan sejahtera diiringi restu dari kedua orang tua serta sanak saudara. Biasanya upacara ini dilakukan di rumah pengantin wanita. Sedangan acara rapat bersama untuk membahas persiapan pesta pernikahan di Jawa sering disebut Kumbokarnan, acara ini biasanya dilakukan dua minggu atau minimal satu minggu menjelang acara pernikahan dilangsungkan. Semangat gotong royong tercemin dalam acara kumbokarnan ini, dari para remaja hingga yang tua saling berbagi tugas untuk mengemban tanggung jawab dalam rangka mensukseskan jalannya pesta pernikahan.

Sajen bucalan diadakan dengan tujuan mengharapkan pertisipasi dari para baurekso (makluk yang tidak kelihatan), untuk menjaga jalan-jalan yang akan di lalui pengantin dan juga di tempat-tempat yang akan di pakai sebagai tempat upacara. Mereka di minta supaya tidak mengganggu pengantin sekalian dan beserta orang tuanya, keluarga,pengiringnya ,tamu-tamu, para panitia serta para pembantu dan lain-lain.

Sajen bucalan harus sudah di buang pada hari kedua atau ketiga sebelum pelaksanaan tarub dan upacara manten.sajen itu harus di buang di beberapa tempat(sedut rumah,perempatan jalan,sumur,wc,atau tempat keramat).semuanya di tempatkan pada sebuah ancak-ancak(terbuat dari pelepah pisang yang berbentuk bujur sangkar dan di beri anyaman belahan bambu lalu di tancapkan pada masing-masing sisi bagian dalam bujursangkar dan di beri alsa daun pisang). Sajen ini di buat dengan 5 macam tumpeng kecil yang terbuat dari beras ketan berwarna hitam,biru,hijau,merah,dan kuning,seiris buah sri kaya,apel,jeruk,sebuah anggur,dua butir manggis,du keping uang recehan,sebatang rokok,dan sekerat daging.


Menurut Mbah Lanjar, seorang sesepuh di Genuksari RT 06, RW 07 Semarang, lima warna di dalam tumpeng memiliki makna yang berbeda-beda. warna hitam .menunjukan arah mata angin utara, dan yang bertahta di utara adalah dewa wisnu. Warna kuning menunjukan arah mata angin timur tempat bertahta dewa indra. Warna merah arah mata angin selatan yang bertahta dewa yahma. Warna biru menunjukan arah mata angin bara tempat bertahta dewa waruna. Begitu juga dengan buah,uang logam,rokok dan daging semuanya memiliki artinya yang berbeda-beda.  Buah sri kaya menunjukan simbol sifat sombong, buah jeruk simbol sifat asam,buah anggur sifat memabukan, semua buah-buahan di buat seiris dengan maksud untuk di buang, daging mentah makna nafsu binatang dan uang logam juga unsur terjadinya bumi(kotoran) yang juga harus ikut di buang.


Berikut merupakan bahan dasar, cara pembuatan Tumpeng lima warna serta kandungan dan manfaat dari Tumpeng lima warna itu sendiri
Bahan-bahan dasar :
·         ½ kg beras
·         5 pewarna merah, hitam, biru, hijau, dan kuning. Bisa pewarna alami
( dedaunan, kunyit, bungan, dan buah) atau pewarna buatan pabrik).


Cara Membuat :
1.      Beras dimasak hingga matang dan menjadi nasi.
2.      Ambil salah satu pewarna secukupnya, lalu tuangkan dalam piring yang telah diberi air. Maukan sedikit demi sedikit nasi ke dalamnya. Campur hingga merata. Lakukan dengan cara yang sama pada semua warna.
3.      Ambil selembar daun pisang atau kertas minyak lalau dibuat kerucut, dengan tinggi ± 5-10 cm dan diameter ± 3-5 cm. Nasi yang sudah berwarna dicetak dalam kerucut dan dipadatkan. Setelah selesai, lepaskan nasi dari kerucutnya
4.      Letakan lima tumpeng warna di tengah-tengah ancak yang telah diberi alas daun pisang. Kemudian lengkapi dengan sajen lainnya seperti buah srikaya, apel, jeruk, sebuah anggur, dua butir manggis, dua lempengan uang logam, sebatang rokok, dan sekerat daging sapi.
Kandungan nilai gizi yang terdapat di dalam Nasi kuning ( tumpeng) (per 100 gram)
NO
Nama Kandungan
Besar
1
Energi
150 kkal
2
Protein
2,99 gr
3
Lemak
0,27 gr
4
Karbohidrat
32,96 gr
5
Kalium
70 mg
6
Sodium
869 mg
7
serat
0,6 g
8
gula
0,62 g



Manfaat
  1. Mempercepat penyembuhan luka
  2. Meredakan deman dan flu
  3. Mencegah penyakit hepatitis
  4. Mencegah penuaan kulit
  5. Mencegah kanker
  6. Meredakan maag
  7. Mengatasi peradangan
  8. Mengatasi jerawat
  9. Mengobati asma
  10. Mencegah diabeter


5.      PENUTUP
Pada pemberian tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan Pangan ini banyak sekali yang kami dapat. Dari mulai mengenai pernikahan adat Jawa itu sendiri atau serta jenis hidangan didalamnya yang belum kami tahu sama sekali. Sangat berkesan bisa  mengetahui berbagai tradisi pernikahan adat Jawa agar tetap terus ada dan dilestarikan. Mengetahui tata cara pernikahan adat Jawa sebagai persiapan untuk masa yang akan datang. Mengetahui komposisi bahan pangan pada makanan & minuman adat dan kandungan nutrisinya. Serta mengetahui fungsi dan filosofi makanan yang terdapat di pernikahan adat Jawa. Dari sini kami sebagai generasi muda seharusnya bangga dengan kebudayaan kita sendiri. Kita juga harus tetap mengikuti perkembangan globalisasi namun sebagai warga Indonesia kita juga perlu melestarikan budaya yang ada, seperti halnya yang kami bahas pada tugas ini.



6.      REFLEKSI

Menurut pendapat kelompok kami semakin berkembangnya jaman, semakin pula hilangnya adat-adat tradisional yang ada. Sebenarnya negara ini adalah negara yang sangat kaya raya akan adat istiadat khususnya seperti yang dibahas pada makalah ini yaitu pernikahan adat jawa. Banyak sekali makanan adat atau khas yang memiliki makna yang sangat dalam yang harus ada di pernikahan adat jawa seperti  tumpeng lika warna. Karena modernisasi yang terjadi penyajian tumpeng lima warna pun tergeser oleh makanan-makanan modern. Dan banyak nilai-nilai adat luhur yang sudah mulai dilupakan. Menurut kelompok kami semoga budaya dan adat yang ada tidak dilupakan seutuhnya namun masih tetap harus dilestarikan agar tidak punah dan masih bisa dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya.


7.      DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=7XnEB1PJhSsC&pg=PA7&dq=perkawinan+jawa&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi03JDE2YfVAhXGrY8KHTlbC8I4ChDoAQguMAI#v=onepage&q=perkawinan%20jawa&f=false. “Ritual dan tradisi Islam Jawa: ritual-ritual dan tradisi-tradisi tentang kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan Kematian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Islam Jawa”. Oleh Muhammad Sholikhin
Kristina Ananingsih. V. (2014). Preserving Local Knowledge: “Javanese Wedding Ceremony: Food and Layout Aspects”..Diperoleh pada 25 Juni 2017. http://ebook.undk.asia/blog/2016/04/22/javanese-wedding

1 comment: