Monica Novelia 16.I1.0010
Teresa
Mutiara 16.I1.0139
Vanessa
Marlie 16.I1.0176
Margaretha
Ananda 16.I1.0187
Katarina
Krisna 16.I1.0188
Pernikahan
merupakan acara yang sakral bagi sebagian besar budaya, termasuk Jawa. Karena
itu, prosesi pernikahan mesti dijalankan dengan khidmat dan simbol-simbol yang
menyertainya biasanya merupakan doa-doa bagi keluarga baru yang bakal menjalani
hidup bersama di masa datang.
Panggih temanten atau temu adalah resepsi pernikahan yang dilaksanakan
di rumah mempelai wanita. Dalam resepsi dengan basis budaya Jawa-Islam, susunan
acaranya secara berurutan dapat dibedakan dalam 2 kegiatan pokok, yaitu ritual
adat dan jemuk (temu) manten. Salah satu acara dalam ritual ini adalah
balangan. Balangan adalah kegiatan saling lempar antar pengantin yang hendak
dipertemukan pada saat jarak mereka sekitar tiga meter. Dalam balangan,
bungkusan yang dilemparkan berisi daun sirih, dan jadah (makanan dari ketan)
yang ditali dengan benang putih. Mereka saling melempar dengan penuh semangat
dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka
adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. Selain
itu, jadah --yang kenyal dan lengket-- dalam ritual ini melambangkan keeratan
cinta kasih dan kesetiaan. Begitu juga harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon
pengantin akan selalu lengket selama-lamanya, sebagaimana beras ketan yang
setelah dimasak akan menjadi lengket.
Salah satu rangkaian upacara yang lainnya
yaitu midodareni. Pada zaman dahulu
midodareni berupa acara tirakatan. Tetapi pada zaman sekarang midodareni
berubah menjadi pertemuan dua keluarga yang akan berbesanan. Disebut juga
pengarip – arip. Dalam acara midodareni ini, terdapat acara seserahan.
Seserahan yaitu penyerahan segala perlengkapan sarana untuk melancarkan
pelaksanaan prosesi pernikahan sampai acara berakhir dari pihak pengantin laki
– laki kepada pihak perempuan. Biasanya perlengkapan itu berupa barang – barang
yang mempunyai makna khusus. Salah satunya adalah makanan tradisional, seperti wajik, jadah, jenang, dan lapis. Semuanya terbuat dari
beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak,
menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon
pengantin selalu lengket selama-lamanya. Selain itu, jadah mengandung makna
agar kedua keluarga (pengantin pria dan wanita) juga memiliki hubungan yang
dekat / lengket. Sebagaimana hubungan yang terjalin diantara kedua pengantin.
Jadah
merupakan salah satu makanan tradisional Jawa yang masih banyak ditemukaan pada
abad ini. Sebagian besar masayarakat Indonesia khususnya masyarakat yang
berdomisili dan berasal dari Jawa menggunakan makanan tradisional ini sebagai
salah satu makanan yang wajib ada dalam acara pernikahan adat Jawa. Oleh karena itu, makanan tradisional
ini perlu dilestarikan dan cara pembuatannya yaitu :
1.
Bahan yang Digunakan
dalam Pembuatan Jadah
·
Beras Ketan 250 gram
·
Santan 50 ml
·
Daun Pandan 2 lembar
·
Garam ½ sendok teh
·
Kelapa Parut ½ butir
2.
Proses
Pembuatan Jadah
a. Ketan
dikukus setengah matang
b. Setelah
itu ketan diaduk dengan air panas sampai air habis terserap, kemudian kelapa
parut dan garam ditambahkan, lalu dikukus.
c. Setelah
matang, ketan diangkat kemudian ditumbuk hingga lumat
d. Ketan
yang sudah ditumbuk dibentuk sesuai selera
Selain dilihat dari makna
keberadaan jadah dalam acara pernikahan adat Jawa, masyarakat Jawa juga
memperhatikan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan jadah. Walaupun
hanya berbahan dasar beras ketan putih, kelapa parut dan santan, bahan – bahan
tersebut harus diperhatikan agar menghasilkan jadah dengan kualitas terbaik
dengan daya simpan yang lama pula. Berikut ulasan tentang bahan dasar pembuatan
jadah yang baik berserta dengan gambar sebagai pelengkapnya.
1.
BERAS
KETAN PUTIH
Beras merupakan makanan pokok
masyarakat dunia. Beras sendiri merupakan salah satu contoh bahan pangan dengan
golongan serealia. Hoseney (1982) menyatakan bahwa serealia sendiri merupakan
biji-bijian yang dihasilkan dari semua anggota famili rumput-rumputan (Graminae). Sebagian besar makanan pokok
penduduk di dunia tergolong serealia, misalnya beras, jagung, sorgum, barley,
oat, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut
Gaman & Sherington (1994), serealia adalah buah dari rumput yang
dibudidayakan, anggota dari famili Gramineae.
Beras dibedakan berdasarkan warnanya, oleh sebab itu terdapat beberapa jenis
beras seperti contohnya beras putih, beras merah dan beras ketan. Selain itu
juga terdapat beras ketan yang juga masih dalam golongan seralia. Beras ketan
berbeda dengan beras biasanya, sebab beras ktan memiliki warna yang lebih putih
dibanding dengan beras biasa. Beras ketan yang baik adalah beras ketan yang
tidak berkutu (CAM Boga, 2000). Sebab
menurut CAM Boga (2000) bila beras ketan terdapat kutu, maka beran ketan
tersebut akan tidak lagi berbentuk silindris namun akan menjadi bubuk dan
nantinya akan berpengaruh saat proses pemasakannya. Selain daripada dilihat ada
tidaknya kutu dalam beras, yang perlu diperhatikan lagi dalam pemilihan beras
ketan putih adalah berdasarkan warnanya. Warna pada beras ketan putih ini nantinya akan mempengaruhi hasil
jadah yang dihasilkan (CAM Boga, 2000). Beras ketan yang berwarna kekuningan
sebenarnya tidak termasuk dalam beras ketan yang rusak namun, nanti akan
mempengaruhi hasil olahannya sehingga tidak menarik lagi untuk dimakan (CAM
Boga, 2000). Perlu diwaspadai pula beras ketan yang sangat berwarna putih
karena adanya penambahan zat warna di dalam beras ketan.
Beras Ketan Putih yang berkutu dan sudah
menjadi bubuk
Beras Ketan Putih yang baik, berwarna
putih dan tidak berkutu
|
2.
KELAPA
Kelapa merupakan salah satu tanaman
yang dapat dimanfaatkan dari akar hingga buah bahkan daunnya. Kelapa
dengan nama latin Cocos nucifera adalah anggota penting dari
keluarga Arecaceae (keluarga kelapa
sawit). Kelapa banyak tubuah di darah tropis dan tidak dapat tumbuah pada
daerah yang beriklim dingin. Indonesia merupakan salah satu negara dimana mudah
sekali untuk mendapatkan kelapa (Berri, dkk., 2002). Dalam bidang pangan dan
teknologi pengolahannya, bagian pohon kelapa yang dapat dimanfaatkan adalah
bagian buah, daun dan juga bagian bunganya. Pada pembuatan jadah,bagian yang
paling banyak dimanfaatkan dari kelapa adalah bagian buahnya, buah kelapa
sejatinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelapa muda dan kelapa tua. Kelapa
muda banyak dimanfaatkan sebagai minuman sebab kandungan airnya yang masih
banyak. Kelapa muda biasanya berwarna hijau cerah, bila dibandingkan dengan
kelapa tua. Kelapa tua biasanya berwarna hijau tua hingga kecoklatan. Menurut
CAM Boga (2000) kelapa tua sangat cocok digunakan untuk olahan makanan.
Beberapa alasan mengapa menggunakan kelapa tua adalah salah satunya karena
daging buah kelapa sudah tebal dengan
jumlah air kelapa yang tidak banyak membuat daging kelapa semakin gurih. Namun
dalam mengolahnya pun juga perlu diperhatikan. Kelapa tua memiliki daging yang
tebal dan mudah untuk diparut, namun banyak orang belum mengetahui hasil
parutan kelapa yang baik seperti apa. Kelapa parut yang baik adalah kelapa tua
yang diparut mengikuti serat buah kelapa. Menurut CAM Boga (2000) kelapa yang
diparut mengikuti serat hasilnya tidak menggumpal dan berbentuk seperti
serpihan kayu. Dengan mengikuti serat pula hasil parutan kelapa akan lebih
dapat tercampur merata ( tidak menggumpal) sehingga makanan akan lebih terasa
gurihnya kelapa (CAM Boga, 2000).
Kelapa Tua
Kelapa Muda
3.
SANTAN
Santan merupakan salah satu bahan
pangan yang dimanfaatkan dari parutan buah kelapanya. Santan dalam pembuatan
jadah akan digunakan dalam pengkaruan bersama ketan putih. Beras ketan yang
dikaru dengan menggunakan santan kelapa akan terasa lebih gurih dan nikmat.
Menurut CAM Boga (2000) santan kelapa yang baik untuk pembuatan jadah adalah
santan kelapa yang kental dan saat pemasakannya tidak pecah. Santan kelapa yang
kental adalah santan kelapa yang dihasilkan saat pemerasan kelapa parut yang
pertama kali. Sedangkan santan kelapa tidak pecah adalah santan kelapa yang
ketika pemasakannya selalu diaduk agar tidak pecah (CAM Boga, 2000). Penambahan
santan kelapa juga bertujuan agar jadah tidak terlalu lengket, karena dalam
santan terdapat minyak kelapa yang membuat jadah tidak lengket yang disebabkan
oleh amilopektin didalamnya (Berri, dkk., 2002)
Santan yang pecah saat pemasakan
Santan yang tidak pecah saat pemasakan
REFLEKSI :
Dengan adanya
tugas ini, kami sebagai generasi muda dapat lebih mengerti dan memahami tentang
pernikahan adat jawa, mulai dari sejarah, ritual adat, makanan adat, beserta
makna makna yang terkandung di setiap prosesnya. Adat Jawa seperti ini harus
tetap ada, dikembangkan dan dilestarikan, karena ini merupakan keunikan yang
ada di Indonesia. Oleh karena itu, ini merupakan tugas kita sebagai generasi
muda untuk tetap menggunakan adat Jawa agar adat Jawa tetap dikenal oleh banyak
orang sebagai warisan orang Jawa turun temurun yang wajib untuk dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Barri dan L.
Abner. 2002. Petunjuk teknis budidaya tanaman kelapa dalam (Cocos nusifera). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Cetakan
ketiga 2002.
CAM Boga. 2002.
Aneka Jajanan Pasar Favorit. CAM Bekasi. Jakarta Timur.
Gaman, P.M. & K.B.
Sherrington. (1994). Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi Dan Mikrobiologi. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hoseney,
R.C. (1982). Principles of Cereal Science and Technology. 2nd
edition. American Association of Cereal Chemistry, Inc. St. Paul Minnesota,
USA.
ebook.undk.asia
Utomo Sutrisno Sasro. 2002. Upacara Daur Hidup Adat Jawa.
Semarang : Effhar.
ijin share ya kak makasih
ReplyDeleteperbedaan tepung maizena dan tepung terigu