Saturday, July 15, 2017

JADAH

Monica Novelia                       16.I1.0010
Teresa Mutiara                         16.I1.0139
Vanessa Marlie                        16.I1.0176
Margaretha Ananda                 16.I1.0187
Katarina Krisna                       16.I1.0188

Pernikahan merupakan acara yang sakral bagi sebagian besar budaya, termasuk Jawa. Karena itu, prosesi pernikahan mesti dijalankan dengan khidmat dan simbol-simbol yang menyertainya biasanya merupakan doa-doa bagi keluarga baru yang bakal menjalani hidup bersama di masa datang.

Panggih temanten atau temu adalah resepsi pernikahan yang dilaksanakan di rumah mempelai wanita. Dalam resepsi dengan basis budaya Jawa-Islam, susunan acaranya secara berurutan dapat dibedakan dalam 2 kegiatan pokok, yaitu ritual adat dan jemuk (temu) manten. Salah satu acara dalam ritual ini adalah balangan. Balangan adalah kegiatan saling lempar antar pengantin yang hendak dipertemukan pada saat jarak mereka sekitar tiga meter. Dalam balangan, bungkusan yang dilemparkan berisi daun sirih, dan jadah (makanan dari ketan) yang ditali dengan benang putih. Mereka saling melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia, bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. Selain itu, jadah --yang kenyal dan lengket-- dalam ritual ini melambangkan keeratan cinta kasih dan kesetiaan.  Begitu juga harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin akan selalu lengket selama-lamanya, sebagaimana beras ketan yang setelah dimasak akan menjadi lengket.

Salah satu rangkaian upacara yang lainnya yaitu  midodareni. Pada zaman dahulu midodareni berupa acara tirakatan. Tetapi pada zaman sekarang midodareni berubah menjadi pertemuan dua keluarga yang akan berbesanan. Disebut juga pengarip – arip. Dalam acara midodareni ini, terdapat acara seserahan. Seserahan yaitu penyerahan segala perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan prosesi pernikahan sampai acara berakhir dari pihak pengantin laki – laki kepada pihak perempuan. Biasanya perlengkapan itu berupa barang – barang yang mempunyai makna khusus. Salah satunya adalah makanan tradisional, seperti wajik, jadah, jenang, dan lapis. Semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya. Selain itu, jadah mengandung makna agar kedua keluarga (pengantin pria dan wanita) juga memiliki hubungan yang dekat / lengket. Sebagaimana hubungan yang terjalin diantara kedua pengantin.

Jadah merupakan salah satu makanan tradisional Jawa yang masih banyak ditemukaan pada abad ini. Sebagian besar masayarakat Indonesia khususnya masyarakat yang berdomisili dan berasal dari Jawa menggunakan makanan tradisional ini sebagai salah satu makanan yang wajib ada dalam acara pernikahan adat Jawa. Oleh karena itu, makanan tradisional ini perlu dilestarikan dan cara pembuatannya yaitu :
1.             Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Jadah
·         Beras Ketan 250 gram
·         Santan 50 ml
·         Daun Pandan 2 lembar
·         Garam ½ sendok teh
·         Kelapa Parut ½ butir

2.             Proses Pembuatan Jadah
a.       Ketan dikukus setengah matang
b.      Setelah itu ketan diaduk dengan air panas sampai air habis terserap, kemudian kelapa parut dan garam ditambahkan, lalu dikukus.
c.       Setelah matang, ketan diangkat kemudian ditumbuk hingga lumat
d.      Ketan yang sudah ditumbuk dibentuk sesuai selera
Selain dilihat dari makna keberadaan jadah dalam acara pernikahan adat Jawa, masyarakat Jawa juga memperhatikan bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan jadah. Walaupun hanya berbahan dasar beras ketan putih, kelapa parut dan santan, bahan – bahan tersebut harus diperhatikan agar menghasilkan jadah dengan kualitas terbaik dengan daya simpan yang lama pula. Berikut ulasan tentang bahan dasar pembuatan jadah yang baik berserta dengan gambar sebagai pelengkapnya.

1.             BERAS KETAN PUTIH
Beras merupakan makanan pokok masyarakat dunia. Beras sendiri merupakan salah satu contoh bahan pangan dengan golongan serealia. Hoseney (1982) menyatakan bahwa serealia sendiri merupakan biji-bijian yang dihasilkan dari semua anggota famili rumput-rumputan (Graminae). Sebagian besar makanan pokok penduduk di dunia tergolong serealia, misalnya beras, jagung, sorgum, barley, oat, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Gaman & Sherington (1994), serealia adalah buah dari rumput yang dibudidayakan, anggota dari famili Gramineae. Beras dibedakan berdasarkan warnanya, oleh sebab itu terdapat beberapa jenis beras seperti contohnya beras putih, beras merah dan beras ketan. Selain itu juga terdapat beras ketan yang juga masih dalam golongan seralia. Beras ketan berbeda dengan beras biasanya, sebab beras ktan memiliki warna yang lebih putih dibanding dengan beras biasa. Beras ketan yang baik adalah beras ketan yang tidak berkutu  (CAM Boga, 2000). Sebab menurut CAM Boga (2000) bila beras ketan terdapat kutu, maka beran ketan tersebut akan tidak lagi berbentuk silindris namun akan menjadi bubuk dan nantinya akan berpengaruh saat proses pemasakannya. Selain daripada dilihat ada tidaknya kutu dalam beras, yang perlu diperhatikan lagi dalam pemilihan beras ketan putih adalah berdasarkan warnanya. Warna pada beras ketan  putih ini nantinya akan mempengaruhi hasil jadah yang dihasilkan (CAM Boga, 2000). Beras ketan yang berwarna kekuningan sebenarnya tidak termasuk dalam beras ketan yang rusak namun, nanti akan mempengaruhi hasil olahannya sehingga tidak menarik lagi untuk dimakan (CAM Boga, 2000). Perlu diwaspadai pula beras ketan yang sangat berwarna putih karena adanya penambahan zat warna di dalam beras ketan.

Beras Ketan Putih yang berkutu dan sudah menjadi bubuk

 
Beras Ketan Putih yang baik, berwarna putih dan tidak berkutu



2.             KELAPA
Kelapa merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan dari akar hingga buah bahkan daunnya. Kelapa dengan nama latin Cocos nucifera adalah anggota penting dari keluarga Arecaceae (keluarga kelapa sawit). Kelapa banyak tubuah di darah tropis dan tidak dapat tumbuah pada daerah yang beriklim dingin. Indonesia merupakan salah satu negara dimana mudah sekali untuk mendapatkan kelapa (Berri, dkk., 2002). Dalam bidang pangan dan teknologi pengolahannya, bagian pohon kelapa yang dapat dimanfaatkan adalah bagian buah, daun dan juga bagian bunganya. Pada pembuatan jadah,bagian yang paling banyak dimanfaatkan dari kelapa adalah bagian buahnya, buah kelapa sejatinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelapa muda dan kelapa tua. Kelapa muda banyak dimanfaatkan sebagai minuman sebab kandungan airnya yang masih banyak. Kelapa muda biasanya berwarna hijau cerah, bila dibandingkan dengan kelapa tua. Kelapa tua biasanya berwarna hijau tua hingga kecoklatan. Menurut CAM Boga (2000) kelapa tua sangat cocok digunakan untuk olahan makanan. Beberapa alasan mengapa menggunakan kelapa tua adalah salah satunya karena daging buah kelapa sudah  tebal dengan jumlah air kelapa yang tidak banyak membuat daging kelapa semakin gurih. Namun dalam mengolahnya pun juga perlu diperhatikan. Kelapa tua memiliki daging yang tebal dan mudah untuk diparut, namun banyak orang belum mengetahui hasil parutan kelapa yang baik seperti apa. Kelapa parut yang baik adalah kelapa tua yang diparut mengikuti serat buah kelapa. Menurut CAM Boga (2000) kelapa yang diparut mengikuti serat hasilnya tidak menggumpal dan berbentuk seperti serpihan kayu. Dengan mengikuti serat pula hasil parutan kelapa akan lebih dapat tercampur merata ( tidak menggumpal) sehingga makanan akan lebih terasa gurihnya kelapa (CAM Boga, 2000).

 Kelapa Tua


Kelapa Muda
 
                                  

3.        SANTAN
Santan merupakan salah satu bahan pangan yang dimanfaatkan dari parutan buah kelapanya. Santan dalam pembuatan jadah akan digunakan dalam pengkaruan bersama ketan putih. Beras ketan yang dikaru dengan menggunakan santan kelapa akan terasa lebih gurih dan nikmat. Menurut CAM Boga (2000) santan kelapa yang baik untuk pembuatan jadah adalah santan kelapa yang kental dan saat pemasakannya tidak pecah. Santan kelapa yang kental adalah santan kelapa yang dihasilkan saat pemerasan kelapa parut yang pertama kali. Sedangkan santan kelapa tidak pecah adalah santan kelapa yang ketika pemasakannya selalu diaduk agar tidak pecah (CAM Boga, 2000). Penambahan santan kelapa juga bertujuan agar jadah tidak terlalu lengket, karena dalam santan terdapat minyak kelapa yang membuat jadah tidak lengket yang disebabkan oleh amilopektin didalamnya (Berri, dkk., 2002)



Santan yang pecah saat pemasakan

Santan yang tidak pecah saat pemasakan

REFLEKSI :
Dengan adanya tugas ini, kami sebagai generasi muda dapat lebih mengerti dan memahami tentang pernikahan adat jawa, mulai dari sejarah, ritual adat, makanan adat, beserta makna makna yang terkandung di setiap prosesnya. Adat Jawa seperti ini harus tetap ada, dikembangkan dan dilestarikan, karena ini merupakan keunikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, ini merupakan tugas kita sebagai generasi muda untuk tetap menggunakan adat Jawa agar adat Jawa tetap dikenal oleh banyak orang sebagai warisan orang Jawa turun temurun yang wajib untuk dipertahankan.



DAFTAR PUSTAKA
Barri dan L. Abner. 2002. Petunjuk teknis budidaya tanaman kelapa dalam (Cocos nusifera). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Cetakan ketiga 2002.

CAM Boga. 2002. Aneka Jajanan Pasar Favorit. CAM Bekasi. Jakarta Timur.

Gaman, P.M. & K.B. Sherrington. (1994). Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi Dan Mikrobiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hoseney, R.C. (1982). Principles of Cereal Science and Technology. 2nd edition. American Association of Cereal Chemistry, Inc. St. Paul Minnesota, USA.

ebook.undk.asia

Utomo Sutrisno Sasro. 2002. Upacara Daur Hidup Adat Jawa. Semarang : Effhar. 

1 comment: