Felicia Elizabeth 16.I1.0007
Lie, Chandra Lukman 16.I1.0043
Fang, Andreas Leonardo 16.I1.0077
Yohanes Bosko Denny Aryo Nugroho 16.I1.0114
Steven Caprileo 16.I1.0121
Jenang merupakan makanan khas
daerah Indonesia yang memiliki beragam resep, cara penyajian, dan memiliki
makna simbolis tertentu bagi upacara adat di daerah Jawa. Kata jenang memiliki
banyak arti dan yang berhubungan dengan makanan diartikan sebagai bubur kental
atau dodol atau sumsum yang terbuat dari tepung beras ataupun tepung ketan
dengan santan dan diberi kuah gula jawa. Jenang yang digunakan dalam upacara
pernikahan adat jawa biasanya adalah jenang abang dan jenang putih. Pada
pembuatan jenang merah dilakukan penambahan gula merah. Sedangkan pada
pembuatan jenang putih tanpa ditambah gula merah
Bahan
Baku Pembuatan Jenang
·
400 gram Tepung ketan
·
350 gram Gula pasir
·
250 gram Gula merah
·
100 ml Air
·
600 ml Santan kental
1. 1 sendok teh
garam
Cara
Pembuatan Jenang
1.
Rebus gula merah dengan 100 ml air
hingga mencair, saring dan sisihkan
2.
Campur gula pasir, tepung ketan,
dalam wajan kemudian masukkan santan beri garam. Aduk dengan wisk hingga rata
dan halus serta tidak bergerindil
3.
Nyalakan kompor, masak dan
aduk-aduk dengan sendok kayu, masukkan gula merah cair, aduk kembali hingga
adonan kalis dan berat.
4.
Kecilkan api, aduk terus hingga
adonan licin dan berat (kurang lebih selama satu jam). Setelah itu matikan api.
Tuang jenang dalam loyang dan ratakan. Potong-potong ketika sudah dingin
5.
Jenang yang dihasilkan kurang
lebih sebanyak 500 gram. Selanjutnya jenang harus dikemas dengan menggunakan
plastik yang rapat
Kualitas
Bahan Pangan yang dipilih
Tepung beras ketan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan jenang karena beras ketan mengandung amilopektin yang sangat tinggi
sehingga mempunyai sifat lengket, lentur dan elastis. Hal ini akan
berpengaruh baik pada kualitas elastisitas dan kelenturan dodol atau
jenang. Kualitas darti tepung yang baik yaitu kering, tidak menggumpal, putih
dan lembut, tidak berkutu dan tidak berbau apek
Gula yang digunakan merupakan gula pasir dan gula
merah. Gula merah digunakan untuk memberikan warna yang khas pada jenang.
Selain itu fungsi gula adalah untuk memberikan rasa manis pada jenang dan
sekaligus sebagai pengawet. Gula dengan kadar tinggi (45 %) dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, yaitu akan menurunkan Aw bahan dan menaikkan
tekanan osmose larutan (bahan) sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisa
sel-sel mikroba. Kualitas gula pasir yang baik untuk dipilih
berwarna kuning/tidak putih, tekstur kasar, tidak berair/basah, mudah larut,
tidak menggumpal Sedangkan untuk gula merah yang dipilih warna yang terang, tegas,
dan merata dengan sempurna dan teksturnya padat, utuh, rata, tetap stabil saat
ditekan, tanpa cekungan, dan tanpa retakan
Fungsi santan dan garam pada pembuatan jenang adalah
untuk menghindari lengket dan kekosongan pada waktu pemasakan, memberikan rasa
gurih dan aroma yang harum, jauga sebagai pelapis pada bagian permukaan jenang untuk
menghindari sifat higroskopis dari gula. Santan yang dipilih sebaiknya berasal
dari kelapa yang tua, berdaging
tebal, keras jika ditekan dan terasa berat
jika diangkat dalam keadaan utuh karena kelapa seperti ini akan menghasilkan
santan yang lebih banyak dan baik
Kualitas
Jenang yang Baik:
-
Kenyal
-
Tidak terlalu manis
-
Elastis
-
Lengket
-
Warnanya agak gelap
-
Tidak berair
Makna
dari Jenang dalam Adat Perkawinan
Dalam adat perkawinan,
jenang yang terbuat dari beras ketan yang mana saat mentah
masih dapat dipisahkan, tetapi kalau sudah dimasak tidak dapat dipisahkan menjadi simbol dimana diharapkan keluarga antar pengantin menjadi
keluarga lengket dan tidak dapat dipisahkan.
Sumber
lain mengatakan bahwa jenang abang dan putih disebut juga jenang sengkolo. Jenang ini diartikan sebagai bentuk ungkapan doa “penyerahan diri” kepada Tuhan untuk memohon keselamatan dan keberkahan karena meyakini bahwa pada asalnya manusia tidak memiliki kekuatan apapun. Hal tersebut dimaksudkan sebagai ungkapan kembali kepada asal-muasal manusia yang diciptakan oleh Allah dari sari pati bumi melalui 'getih abang / darah merah' milik
Ibu dan 'getih putih / darah putih' milik Ayah
sebagai perantaraan wujudnya di dunia ini.
Jenang sengkolo tidak hanya digunakan dalam pernikahan adat Jawa,
namun juga dalam berbagai upacara adat Jawa lainnya. Pada umumnya, digunakan sebagai penangkal ketidakberuntungan, perayaan untuk menyambut bayi, dan juga dalam acara ulang tahun.
Pernikahan
adat jawa kental dengan tradisi dan makna. Hal tersebut terlihat dari filosofi
dan makna dari makanan yang ada pada upacara pernikahan, dalam hal ini adalah
jenang sengkolo. Namun akhir-akhir ini banyak orang khususnya anak muda kurang
mengerti makna dari makanan yang ada pada upacara pernikahan adat jawa. Oleh
karena itu, tugas pengetahuan bahan ini bermanfaat memberikan informasi mengenai
berbagai jenis sajian dalam pernikahan adat jawa beserta maknanya. Selain itu kita
dapat mengetahui karakteristik bahan yang digunakan serta manfaatnya. Harapan kami adalah semoga semakin banyak orang paham
mengenai pernikahan adat jawa khusunya dari aspek makanan serta maknanya.
No comments:
Post a Comment