Friday, July 14, 2017

JENANG

Felicia Elizabeth                                              16.I1.0007
Lie, Chandra Lukman                                     16.I1.0043
Fang, Andreas Leonardo                                16.I1.0077
Yohanes Bosko Denny Aryo Nugroho           16.I1.0114
Steven Caprileo                                               16.I1.0121




Jenang merupakan makanan khas daerah Indonesia yang memiliki beragam resep, cara penyajian, dan memiliki makna simbolis tertentu bagi upacara adat di daerah Jawa. Kata jenang memiliki banyak arti dan yang berhubungan dengan makanan diartikan sebagai bubur kental atau dodol atau sumsum yang terbuat dari tepung beras ataupun tepung ketan dengan santan dan diberi kuah gula jawa. Jenang yang digunakan dalam upacara pernikahan adat jawa biasanya adalah jenang abang dan jenang putih. Pada pembuatan jenang merah dilakukan penambahan gula merah. Sedangkan pada pembuatan jenang putih tanpa ditambah gula merah

Bahan Baku Pembuatan Jenang
·         400 gram Tepung ketan



·         350 gram Gula pasir

·         250 gram Gula merah

·         100 ml Air

·         600 ml Santan kental

1.      1 sendok teh garam


Cara Pembuatan Jenang
1.      Rebus gula merah dengan 100 ml air hingga mencair, saring dan sisihkan
2.      Campur gula pasir, tepung ketan, dalam wajan kemudian masukkan santan beri garam. Aduk dengan wisk hingga rata dan halus serta tidak bergerindil
3.      Nyalakan kompor, masak dan aduk-aduk dengan sendok kayu, masukkan gula merah cair, aduk kembali hingga adonan kalis dan berat.
4.      Kecilkan api, aduk terus hingga adonan licin dan berat (kurang lebih selama satu jam). Setelah itu matikan api. Tuang jenang dalam loyang dan ratakan. Potong-potong ketika sudah dingin
5.      Jenang yang dihasilkan kurang lebih sebanyak 500 gram. Selanjutnya jenang harus dikemas dengan menggunakan plastik yang rapat

Kualitas Bahan Pangan yang dipilih
Tepung beras ketan digunakan sebagai bahan baku pembuatan jenang karena beras ketan mengandung amilopektin yang sangat tinggi sehingga mempunyai sifat lengket, lentur dan elastis. Hal ini akan  berpengaruh baik pada kualitas elastisitas dan kelenturan dodol atau jenang. Kualitas darti tepung yang baik yaitu kering, tidak menggumpal, putih dan lembut, tidak berkutu dan tidak berbau apek

Gula yang digunakan merupakan gula pasir dan gula merah. Gula merah digunakan untuk memberikan warna yang khas pada jenang. Selain itu fungsi gula adalah untuk memberikan rasa manis pada jenang dan sekaligus sebagai pengawet.  Gula dengan kadar tinggi  (45 %) dapat menghambat pertumbuhan mikroba, yaitu akan menurunkan Aw bahan dan menaikkan tekanan osmose larutan (bahan) sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisa sel-sel mikroba. Kualitas gula pasir yang baik untuk dipilih berwarna kuning/tidak putih, tekstur kasar, tidak berair/basah, mudah larut, tidak menggumpal Sedangkan untuk gula merah yang dipilih warna yang terang, tegas, dan merata dengan sempurna dan teksturnya padat, utuh, rata, tetap stabil saat ditekan, tanpa cekungan, dan tanpa retakan

Fungsi santan dan garam pada pembuatan jenang adalah untuk menghindari lengket dan kekosongan pada waktu pemasakan, memberikan rasa gurih dan aroma yang harum, jauga sebagai pelapis pada bagian permukaan jenang untuk menghindari sifat higroskopis dari gula.  Santan yang dipilih sebaiknya berasal dari kelapa yang tua, berdaging tebal, keras jika ditekan dan terasa berat jika diangkat dalam keadaan utuh karena kelapa seperti ini akan menghasilkan santan yang lebih banyak dan baik

Kualitas Jenang yang Baik:
-          Kenyal
-          Tidak terlalu manis
-          Elastis
-          Lengket
-          Warnanya agak gelap
-          Tidak berair

Makna dari Jenang dalam Adat Perkawinan
Dalam adat perkawinan, jenang yang terbuat dari beras ketan yang mana saat mentah masih dapat dipisahkan, tetapi kalau sudah dimasak tidak dapat dipisahkan menjadi simbol dimana diharapkan keluarga antar pengantin menjadi  keluarga lengket dan tidak dapat dipisahkan.

Sumber lain mengatakan bahwa jenang abang dan putih disebut juga jenang sengkolo. Jenang ini diartikan sebagai bentuk ungkapan doa “penyerahan diri” kepada Tuhan untuk memohon keselamatan dan keberkahan karena meyakini bahwa pada asalnya manusia tidak memiliki kekuatan apapun. Hal tersebut dimaksudkan sebagai ungkapan kembali kepada asal-muasal manusia yang diciptakan oleh Allah dari sari pati bumi melalui 'getih abang / darah merah' milik Ibu  dan 'getih putih / darah putih' milik Ayah sebagai perantaraan wujudnya di dunia ini.

Jenang sengkolo tidak hanya digunakan dalam pernikahan adat Jawa, namun juga dalam berbagai upacara adat Jawa lainnya. Pada umumnya, digunakan sebagai penangkal ketidakberuntungan, perayaan untuk menyambut bayi, dan juga dalam acara ulang tahun.


Pernikahan adat jawa kental dengan tradisi dan makna. Hal tersebut terlihat dari filosofi dan makna dari makanan yang ada pada upacara pernikahan, dalam hal ini adalah jenang sengkolo. Namun akhir-akhir ini banyak orang khususnya anak muda kurang mengerti makna dari makanan yang ada pada upacara pernikahan adat jawa. Oleh karena itu, tugas pengetahuan bahan ini bermanfaat memberikan informasi mengenai berbagai jenis sajian dalam pernikahan adat jawa beserta maknanya. Selain itu kita dapat mengetahui karakteristik bahan yang digunakan serta manfaatnya. Harapan kami adalah semoga semakin banyak orang paham mengenai pernikahan adat jawa khusunya dari aspek makanan serta maknanya.

No comments:

Post a Comment