Friday, July 14, 2017

DAWET

            Theresia Ayu O           16.I1.0105
            Brigitta Eka W.P         16.I1.0108
            Tara Shabila                16.I1.0131
            Viorentin Puspa Ayu 16.I1.0162
            Aurelia Violita Vinci 16.I1.0170




Dawet adalah minuman dingin dengan campuran santan kelapa, air, dan gula jawa sebagai kuahnya, serta buliran kecil tepung beras atau tepung hongkue yang dicetak dan diberi warna sebagai isian dalam minuman.
Magna dawet dalam pernikahan adat jawa :

Dalam pernikahan adat solo, ada tradisi  Dodol Dawet dimana saat orangtua sang pengantin wanita berjualan dawet kepada para tamu undangan. Makna di balik tradisi tersebut adalah bentuk dawet yang bulat yang melambangkan kebulatan hati dan kesiapan orangtua untuk menjodohkan anaknya.
Sisi menarik dalam Dodol Dawet adalah para undangan yang membeli dawet harus menggunakan kreweng atau pecahan genting, bukan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia sejatinya dimulai dan ‘dinafkahi’ dari bumi. Kemudian, yang bertugas melayani pembeli adalah sang ibu, dan yang menerima pembayaran adalah sang bapak.
Ini dia mata uang kreweng
Out of topic dulu ya, koin kreweng ini juga dipakai bapak presiden kita, Pak Jokowi, dalam acara siraman menantunya. Nggak percaya? Ini linknya
  • Filosofi dari “Nama dan Pikulan”
Filosofi ini berhubungan dengan nama “Dawet Ayu”. Mengapa dinamakan dawet ayu? Konon kata ‘Ayu’ sendiri beasal dari centong dawet yang memiliki ukiran Srikandi. Srikandi merupakan dewi yang terkenal kecantikannya dalam dunia pewayangan.

Tapi, ada satu lagi yang tak kalah khasnya. Yakni: patung Semar dan Gareng yang tertancap pada kedua sisi pikulan dawetnya. Simbolisasi Semar dan Gareng dipilih karena padanan kata dua figur punakawan itu mencipta kata “mareng”. Mareng dalam Bahasa Jawa artinya musim panas atau kemarau. Saat cuaca panas, dawet ayu adalah ‘oase’, penyegar yang sempurna untuk memberantas dahaga.
Mengutip penelitian Ika Kusuma dari Universitas Negeri Semarang (2009) ”Makna Simbol Semar dan Gareng pada Dawet Ayu Banjarnegara”, jenis kayu untuk ukiran wayang Semar dan Gareng pun ditentukan secara khusus dari jenis kayu kanthil. Ini diyakini memiliki unsur magis untuk daya pelarisan. Kanthil dalam bahasa Jawa artinya ”terenggut tertarik”. Pohon kanthil memang menghasilkan bunga kanthil yang wangi, dan lazim digunakan untuk upacara sesaji.


Cara Pembuatan
Alat dan Bahan
  • Alat :
Ø  1 Cetakan dawet
Ø  1 Panci
Ø  2 Mangkuk
  •  Bahan :
Ø  1 Bungkus Tepung Beras
Ø  2 lembar daun pandan dan daun suji
Ø  ½ sdt garam
Ø  Gula merah
Ø  Es batu
Ø  Air
Ø  Santan
Ø  Gula pasir 

Langkah-Langkah Pembuatan
  • Campur tepung beras dan garam dengan air daun pandan dan daun suji sebagai pewarna. Aduk hingga menyampur
  • Masak campuran tepung diatas panci sambil diaduk sampai adonan menggumpal
  • Setelah adonan menggumpal, siapkan air dingin dan es batu dalam mangkuk
  • Cetak adonan dengan saringan dawet dan tekan-tekan agar berbentuk. Diamkan selama 15-20 menit
  • Rebus gula merah dengan gula pasir dan beri sedikit air. Aduk sampai gula larut. Angkat dan saring. Sisihkan
  • Rebus santan, garam dan daun pandan dengan api kecil sambil terus diaduk sampai mendidih. Angkat dan dinginkan
  • Tuang sirup gula merah , santan, dan dawet di dalam gelas. Dan jangan lupa tambahkan es batu
Kualitas bahan yang baik :
Tepung Beras                                      : tepung yang baik yaitu tepung yang kering, tidak                    menggumpal, tidak berkutu, tidak memiliki bau apek
Daun pandan dan daun suji                : memiliki warnahijau segar, serta daun nya tidak rusak (dimakan ulat ).
 Garam                                             : mengandung yodium, kering, dan berwarna putih bersih.
Gula merah                                          : memiliki tekstur yang padat, tidak retak, bentuk keras, tidak meleleh, dan memiliki warna yang terang.
Es batu                                                            : dari air matang, dan memiliki warna yang bening,
Air                                                        : tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan terbebas dari bahan kimia beracun.          
Santan                                                 : santan yang tidak pecah dan tidak mudah basi. Ataupun tidak berwarna coklat dan tidak berampas. 
Gula pasir                                       : memiliki tekstur yang kasar, berwana kuning/ tidak putih, mudah larut, tidak menggumpal.

Refleksi :

Setelah mempelajari adat istiadat khususnya makanan khas Jawa kami mendapat tambahan ilmu dan menjadi tahu akan makanan khas saat pernikahan adat Jawa lebih dalam lagi. Seperti es dawet ini, es dawet menjadi salah satu minuman tradisional yang wajib dihidangkan pada saat pernikahan. Kami lebih mengerti komposisi dan manfaat dari setiap komposisi yang ada pada es dawet. Selain itu es dawet memiliki lambang-lambang unik dan memiliki makna tersendiri. Ternyata es dawet ayu memiliki filososfi terbentuknya nama dawet ayu. Dibalik suatu makanan pada makanan adat Jawa ini memiliki beribu makna yang tidak kalian ketahui. Setelah mencari tau dan memperdalam lagi komposisi es dawet ayu memiliki kandungan gizi dan baik untuk dikonsumsi disamping menjadi minuman yang menyegarkan jika dikonsumsi karena dibuat daribahan alami dan tidak ada penambahan bahan-bahan berbahaya atau pun pengawet. 

No comments:

Post a Comment