Tan, Enrico Christian
16.I1.0004
Andreas Adi Wibowo
16.I1.0005
Maria Krisna Evania
16.I1.0091
Patricia Dwi
Lestari 16.I1.0117
A.
Sejarah
Dawet Ayu Banjarnegara
Versi pertama
Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara Tjundaroso
mengatakan, dawet Banjarnegara menjadi terkenal awalnya dari lagu yang
diciptakan seniman Banjarnegara bernama Bono berjudul ”Dawet Ayu Banjarnegara”.
Pada tahun 1980-an, lagu dipopulerkan kembali oleh grup seni calung dan lawak
Banyumas, Peang Penjol, yang terkenal di Karesidenan Banyumas pada era
1970-1980-an. Sejak itu kebanyakan orang di Karesiden Banyumas mengenal dawet
asal Banjarnegara dengan julukan dawet ayu. Lirik lagunya sederhana, tetapi
mengena. Lagu bercerita tentang seorang adik yang bertanya kepada kakaknya mau
piknik ke mana? Jangan lupa beli dawet Banjarnegara yang segar, dingin, dan
manis.
Versi kedua
Ada cerita lain lagi soal kemunculan nama dawet ayu.
Ahmad Tohari mengatakan, berdasarkan cerita tutur turun-temurun, ada sebuah
keluarga yang berjualan dawet sejak awal abad ke-20. Generasi ketiga pedagang
itu terkenal karena cantik. Maka, dawet yang dijual pun disebut orang sebagai
dawet ayu.
Versi ketiga
Keterangan Tohari sejalan dengan keterangan tokoh
masyarakat Banyumas, Kiai Haji Khatibul Umam Wiranu. Menurut Wiranu, nama dawet
ayu muncul dari pedagang yang bernama Munardjo. Istrinya cantik[1] sehingga
dawetnya disebut dawet ayu. Kini istri Munardjo masih hidup, dan tinggal di
Kelurahan Rejasa Banjarnegara.
B.
Filosofi
Dawet pada Pernikahan Adat Jawa
Pada
pernikahan adat jawa, ada beberapa prosesi yang harus dilakukan kedua mempelai
dan keluarga dari keduanya. Salah satunya adalah Adol Dhawet atau Dodol dawet
yang artinya jual dawet. Makna dari prosesi ini diambil dari cendol yang
berbentuk bulat atau bundar, diartikan sebagai lambang kebulatan kehendak
orangtua untuk menikahkan anaknya dengan pasangan yang tepat. Penjualnya
merupakan ibu calon mempelai wanita yang dipayungi oleh sang ayah calon
mempelai wanita, yang melayani pembeli merupakan sang ibu dan sang ayah yang
menerima bayarannya. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka bahwa, dalam
bahtera rumah tangga suami dan istri harus saling membantu dalam menafkahi
keluarga. Pembeli dawet nya adalah para tamu yang hadir, dan pembayarannya
menggunakan pecahan genting (kreweng),
ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Adapun makna jenaka
dari prosesi ini, yaitu simbolisasi kalau besok ketika resepsi dan akad nikah
nanti akan banyak tamu yang datang sebanyak dan seramai jualan dawet.
C.
Cara Membuat Dawet sebagai berikut:
Bahan-Bahan :
1.
120 gr tepung beras
2.
2 sdm penuh tepung tapioka
3.
650 ml air
4.
essens
pandan
5.
1 sdt garam
Bahan sirup gula merah :
1. 600 ml air
2. 250 gr gula merah (disisir)
3. 200 gr gula pasir
4. 2 lbr daun pandan
Langkah :
A.
Dawet
Cara membuat dawet :
1.
Campur
tepung beras, tepung tapioka dan garam dipanci, tuang air dan essens pandan.
2.
Aduk
rata jangan ada yang masih menggumpal.
3.
Kemudian
masak diatas api sedang sambil diaduk aduk. Masak sampai mengental dan
meletup-letup.
4.
Dalam
keadaan panas, cetak dawet dengan cetakan dawet dengan cara adonan ditaruh diatas
saringan, kemudian ditekan-tekan. Dawet akan meluncur kebawah lewat lubang2
pada saringan.
5.
Tampung
dawet diatas air dingin + es batu agar tidak saling menempel.
B. Sirup gula
Cara
membuat sirup gula :
1.
Masak
air sampai mendidih.
2.
Masukkan
gula merah, gula pasir dan pandan.
3.
Masak
sampai mendidih dan gula larut.
4.
Setelah
dingin saring.
C. Kuah santan
Cara
membuat kuah santan :
1.
Masak
semua bahan sampai mendidih sambil diaduk2 agar santan tidak pecah.
D.
Cara
Penyajian
Sajikan dawet dengan kuah santan dan
gula merah. Tambahkan es batu.
D.
Kualitas
Bahan Dalam Dawet
Dalam
pembuatan dawet, bahan-bahan yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
bahan-bahan dasar untuk membuat minuman es dawetnya sendiri dan bahan santan
untuk es dawetnya. Untuk membuat minuman es dawet bahan yang digunakan adalah
tepung beras sebanyak 250 gram, tepung tapioka 250 gram, air sari daun pandan
100ml, air matang 600 ml, dan es batu serut sesuai selera masing-masing.
Sedangkan untuk larutan santannya, bahan-bahan yang diperlukan adalah santan 1
liter, daun pandan 3 lembar, garam ½ sendok teh, dan untuk larutan gula
merahnya adalah gula merah aren yang sudah disisir sebanyak 500 gram, gula
putih 50 gram, dan air 250 ml.
Adapun yang menjadi penentu kualitas bahan dari dawet adalah tekstur, cita rasa, serta aroma dari dawet itu sendiri. Dawet memiliki tekstur yang kenyal dan berbentuk bundar agak lonjong perpaduan antara tepung beras dan tepung tapioka. Dawet berwarna hijau dan memiliki aroma wangi yang diperoleh dari air sari daun pandan. Selain dawet dan santan, gula merah aren juga menjadi penentu dari kualitas bahan, karena selain memiliki rasa manis yang natural, gula aren ini juga berbau harum. Proses pendidihan juga menjadi penanda kualitas dawet, semakin berkualitas dawet yang dididihkan maka semakin kuat aroma daun pandannya. Hal inilah yang menjadi penentu kualitas dawet yang memiliki rasa dan aroma yang khas.
suka banget makan ini
ReplyDeletept markaindo selaras