Birgitta Devina Santoso (16.I1.0002)
Yohanes Ian Oktavian (16.I1.0027)
Vania Sunardi Wibowo (16.I1.0044)
Angela Karina Susanto (16.I1.0051)
Moses Halim (16.I1.0179)
Indonesia merupakan negara dengan berbagai keragaman, baik keragaman
suku, agama, bahasa, maupun budaya. Indonesia yang kaya akan budaya ini
memiliki keunikannya masing-masing di tiap daerah-daerahnya, misalkan pada adat
pernikahannya yang berbeda-beda di tiap daerah atau upacara kematian yang
terkenal unik khas suku Toraja. Di Jawa sendiri, ada berbagai macam ritual adat
untuk berbagai hal seperti penikahan, kelahiran, pertumbuhan anak, dan
lain-lain. Pada pernikahan adat Jawa, setiap langkah dari ritual memiliki
maknanya tersendiri, bahkan makanan dan minuman yang disediakan dalam
pernikahan Jawa pun memiliki makna, tidak sembarang disediakan sebagai pelepas
lapar dan dahaga. Kebudayaan yang kaya dan penuh makna ini tampaknya kurang
diketahui oleh masyarakat umum. Padahal dengan memahami makna dari budaya yang
kita miliki, rasa kepemilikan budaya tersebut akan meningkat dan budaya dapat
selalu dilestarikan. Salah satu makanan tradisional yang selalu ada dalam
pernikahan adat Jawa adalah wajik. Wajik merupakan makanan yang terbuat dari
ketan yang memiliki makna yang cukup penting dalam pernikahan adat Jawa.
Makanan ini biasanya ada pada prosesi lamaran yang merupakan salah satu prosesi
dalam serangkaian prosesi pernikahan adat Jawa.
Apa Itu Wajik ?
Wajik adalah penganan yang dibuat dari campuran ketan, gula, dan kelapa
dan dipotong seperti bentuk intan (segi empat, jajaran genjang). Dalam
pernikahan adat Jawa, wajik adalah salah satu komponen yang ada pada saat
upacara Srah-srahan (atau seserahan)
dalam prosesi lamaran bersama makanan sejenis seperti jadah atau jenang. Srah-srahan merupakan upacara pada
pernikahan adat Jawa yang dilakukan dengan penyerahan barang-barang tertentu
dari pihak pria kepada pihak wanita sebagai peningset, yang artinya tanda
pengikat. Wajik memiliki makna kelengketan yang disebabkan oleh salah satu
bahan utama pembuat wajik yaitu ketan. Kelengketan wajik melambangkan bahwa
akan bersatunya mempelai pria dan wanita dalam upacara pernikahan, dan harapan
agar ke depannya mereka dapat lengket satu sama lain atau tidak mudah tercerai
berai seperti lengketnya ketan pada wajik. Tidak hanya mempelai wanita dan
pria, namun juga keluarga mempelai diharapkan dapat disatukan seperti halnya
ketan pada wajik, yang sebelum dimasak dapat dipisahkan, namun setelah dimasak
bersifat lengket dan tidak dapat dipisah. Keluarga kedua mempelai diharapkan
dapat lebih lengket dan juga sulit dipisah. Namun saat ini, wajik banyak
diganti oleh kue kering pada saat acara seserahan pada pernikahan adat Jawa,
hal ini tentunya sudah menggantikan makna wajik yang telah disediakan untuk
makanan tradisional pada acara seserahan.
Bagaimana Cara Membuat Wajik ?
Banyak sekali resep atau petunjuk untuk membuat wajik yang
dapat ditemukan baik di majalah, koran, ataupun dari internet. Berikut salah
satu resep wajik khususnya "wajik legit gula jawa" yang digunakan
dalam prosesi lamaran.
Wajik
Bahan:
- Beras ketan 1 kg, rendam selama 2 jam lalu ditiriskan
- Gula jawa 500 gr
- Gula pasir 100 gr
- Garam 1/2 sdt
- Santan kental 500 ml (dari 1 butir kelapa ukuran sedang atau besar)
- Santan encer 500 (ml untuk meng "aru" ketika santan
dikukus)
- Daun pandan
- Jahe secukupnya, dimemarkan
Cara membuat :
1.
Santan encer dimasak sampai
mendidih sambil diaduk-aduk lalu diangkat.
2.
Beras ketan dikukus selama 15
menit, lalu diangkat dan dicampur dalam baskom dengan santan cair dalam kondisi
panas sambil diaduk rata (dalam istilah Jawa, disebut “aru”)
Ketan
Dicampur Santan
3.
Ketan dimasak atau dikukus lagi
selama 20 menit lalu diangkat.
Ketan Dimasak Kembali
4.
Santan kental, gula, garam, daun
pandan, dan jahe memar dimasak sampai gula larut dan “remambut”, kemudian ketan
dimasukkan dan diaduk rata sampai air santan terserap habis, aduk sampai tidak
lengket, lalu diangkat.
Ketan
Dicampur Dengan Bahan Lainnya
5.
Adonan wajik diratakan dalam
loyang atau dicetak kecil untuk membentuk wajik kecil, untuk seserahan, adonan
wajik dapat dimasukkan wadah yang telah disediakan, lalu diratakan.
Adonan
Wajik Diratakan dalam Loyang
6.
Wajik siap disantap atau dijadikan
bahan untuk ritual seserahan.
Wajik Siap
Digunakan
Kualitas Bahan yang Cocok untuk Membuat
Wajik
Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat wajik antara lain
ketan, gula, dan kelapa yang dalam konteks adalah santan dari kelapa.
Masing-masing bahan memiliki kualitasnya masing-masing dan penilaian bagusnya
kualitas bahan itu masing-masing. Penilaian kualitas dapat dilakukan secara
subyektif dengan menggunakan panca indera untuk merasakan apakah bahan yang
digunakan berkualitas bagus atau tidak, atau menggunakan standar yang telah
dibuat oleh berbagai badan salah satunya adalah Badan Standardisasi Nasional
Indonesia.
Untuk gula jawa yang digunakan, pastikan gula jawa adalah
gula jawa asli dan murni tidak tercampur dengan gula pasir atau parutan kelapa,
meskipun pada pembuatan wajik terkadang digunakan gula pasir. Penggunaan gula
jawa yang murni ini ditujukan untuk lebih meningkatkan cita rasa khas gula jawa
yang diinginkan dalam suatu wajik. Untuk santan, santan yang digunakan
sebaiknya santan asli dari kelapa, didapat dengan cara memeras air dari kelapa
parut, tidak menggunakan santan kelapa instan yang biasanya dijual di
supermarket. Santan instan merupakan produk buatan pabrik yang dibuat dengan
adanya penambahan berbagai bahan kimia dengan berbeagai tujuan, salah satunya
adalah pengental bernama guar gum
atau sirup jagung yang mengandung kadar fruktosa yang tinggi, bahan kimia ini
dikhawatirkan dapat menimbulkan reaksi kimia yang bersifat negatif pada tubuh
manusia yang memiliki reaksi penolakan terhadap bahan-bahan kimia tersebut.
Beras ketan yang digunakan kualitasnya juga harus baik. Dilansir
dari kuliner.cahiya.com, beras ketan putih yang berkualitas bagus dapat dipilih
dengan kriteria-kriteria berikut :
·
Pilih yang berwarna putih
·
Diperhatikan setiap butirannya,
apakah utuh (bagus) atau ada patahan (buruk)
·
Tidak berbau asing
·
Memiliki aroma khas yang mirip
daun pandan
·
Teksturnya tidak berwarna kusam
Selain pemilihan bahan-bahan
berkualitas untuk pembuatan wajik, berikut penulis berikan beberapa tips untuk
menambah kualitas wajik yang dihasilkan. Pada saat merebus santan kelapa
bersama bahan-bahan lainnya, larutan santan harus terus diaduk agar santan
tidak pecah/hangus oleh panas. Saat adonan ketan sudah jadi, lebih baik
ditunggu sampai agak dingin sebelum dipotong, untuk memotongnya gunakan pisau
yang dilumuri sedikit minyak supaya tidak terlalu lengket saat memotong wajik.
Hal-hal yang telah
dituliskan sebelumnya merupakan hasil pencarian yang dilakukan oleh para
penulis terhadap salah satu makanan tradisional Jawa, yaitu wajik. Pencarian
informasi oleh penulis dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung
kepada seorang dalang dan pemilik Paguyuban Wayang Hikmah yaitu Ki Ragil Supadi
supaya informasi yang didapat dapat dinilai valid karena berasal dari sumber
yang mengenal budaya Jawa lebih dalam termasuk tradisi pernikahan adat Jawa dan
makanannya. Selain itu, penulis juga mengutip beberapa informasi dari internet
dan majalah yang memuat berbagai informasi mengenai wajik, sebagai informasi
tambahan yang dapat dimasukkan dalam penulisan makalah ini.
Wajik merupakan makanan yang lezat dan sederhana, pembuatannya pun
cukup mudah karena bahan-bahan dasar pembuat wajik berlimpah di negara kita
ini. Karena kesederhanaannya ini, wajik mungkin sering diremehkan. Keberadaan
wajik seiring waktu tergantikan oleh adanya makanan yang lebih praktis, seperti
kue kering, padahal hal ini menjadikan makna wajik yang harusnya melengketkan
dua mempelai dan dua keluarga menjadi tergantikan. Wajik, sebagai salah satu
makanan tradisional di Jawa harus dilestarikan keberadaanya, karena nilai
budaya dan maknanya yang sangat tinggi.
Refleksi Penulis
Birgitta Devina Santoso (16.I1.0002)
“Zaman modern ini, masyarakat hanya melakukan upacara pernikahan adat
Jawa hanya sebagai kebiasaan, hingga tidak tahu apa arti sebenarnya dari tiap
makanan yang digunakan untuk upacara pernikahan. Dengan adanya tugas ini, saya
dapat mengetahui makanan-makanan tradisional yang digunakan dalam pernikahan
adat Jawa beserta maknanya. Makanan yang dipakai untuk upacara pernikahan pun
ternyata tidak sembarang jenis makanan, karena tiap makanan memiliki makna yang
sangat mendalam jika dipelajari. Sehingga ketika kita mengerti makna dari
makanan tersebut, ketika dilakukan akan memiliki makna yang sangat mendalam.
Tentunya prosesnya pun akan dilakukan dengan sangat hati-hati, mulai dari bahan
yang digunakan hingga cara menghidangkan, agar tidak keluar dari makna yang diinginkan.
Sehingga pengetahuan akan makna dari tiap makanan yang digunakan dalam upacara
pernikahan harus disebarluaskan kembali kepada masyarakat, agar masyarakat
memahami betapa besar makna dari tiap makanan yang harus ada dalam pernikahan
adat Jawa.”
Yohanes Ian Oktavian (16.I1.0027)
“Dalam pembuatan makalah ini, saya merasakan, benar adanya bahwa budaya
kita satu per satu mulai pudar dan bahkan diklaim oleh negara tetangga, hal ini
disebabkan adanya modernisasi yang diterima dengan mudah oleh masyarakat dan
masyarakat mulai melupakan nilai-nilai luhur yang ada pada setiap aspek budaya.
Harapan saya di masa depan, bahwa seluruh masyarakat meningkatkan rasa
kepemilikannya terhadap budaya yang mereka miliki, agar budaya yang ada ini
dapat terus ada dan tidak menghilang sampai ke depannya.”
Vania Sunardi Wibowo (16.I1.0044)
“Menurut saya, kebudayaan Indonesia memang memudar karena seiring
berkembangnya jaman, banyak sekali budaya asing yang masuk dan masyarakat mudah
terpengaruh oleh budaya asing. Banyak sekali budaya Indonesia yang dapat
dipelajari dan dikembangkan. Harapan saya, masyarakat Indonesia dapat mulai
belajar untuk lebih memiliki rasa untuk mengetahui budaya-budaya di Indonesia
dan mempelajari makna-makna yang ada dalam budaya tersebut.”
Angela Karina Susanto (16.I1.0051)
"Melalui tugas ini saya mengetahui lebih dalam tentang budaya Jawa
yaitu upacara pernikahan adat Jawa, makanan yang ada dan juga makna dari
makanan tersebut. Dengan mengetahui maknanya, saya menjadi kagum akan upacara
pernikahan adat Jawa yang ternyata sarat akan makna, bahkan setiap makanan memiliki
maknanya masing-masing. Dulunya saya menganggap prosesi pernikahan adat jawa
itu sangat merepotkan, namun di balik itu ternyata memiliki tujuan yang sangat
baik yaitu untuk mendoakan kehidupan kedua mempelai kedepannya. Pengetahuan
yang saya dapat ini membuat saya menyadari bahwa budaya daerah seperti
pernikahan adat Jawa sangat perlu dilestarikan.”
Moses Halim (16.I1.0179)
“Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya, termasuk dalam pernikahan
adat Jawa ini. Saya cukup prihatin melihat kondisi kue wajik pada pernikahan
adat Jawa yang memiliki makna yang dalam sering tergeser dengan kue kering
dengan adanya alasan lebih ekonomis dan lebih praktis. Saya ingin, rakyat
Indonesia lebih memahami makna dari budayanya.”
DAFTAR
PUSTAKA
Al Hilal,
Martin Muhammad. (2016). Tips Memilih
Ketan yang Sempurna. http://kuliner.cahiya.com/tips-memilih-ketan-putih-yang-sempurna/ . Diakses pada tanggal 14 Juli 2017.
Bratasiswara,
Harmanto. (2000). Bauwarna Adat Tata Cara Jawa Buku1 A-M.
Jakarta: Yayasan Suryasumirat.
Ananingsih, V. K., B. T. Susanti, dan S. Rejeki. (2014). Javanese Traditional Wedding Ceremony: Food
and Space Layout Aspects. http://www.undk.asia/undk-scu/index.php?page=4
. Diakses pada tanggal 14 Juli 2017.
lah itu foto punya saya... yang wajik bentuk wajik tumpuk.... hehehehe :D
ReplyDeletehttps://bellezuli.blogspot.co.id/2015/06/wajik-sebuah-doa-untuk-pengantin-baru.html
Terima kasih banyak
ReplyDeleteSukses dan sehat selalu
Terus berkarya
salah satu makanan favorite
ReplyDeletebahan pengenyal bakso alami