Saturday, July 15, 2017

WAJIK

Birgitta Devina Santoso (16.I1.0002)
Yohanes Ian Oktavian (16.I1.0027)
Vania Sunardi Wibowo (16.I1.0044)
Angela Karina Susanto (16.I1.0051)
Moses Halim (16.I1.0179)

Indonesia merupakan negara dengan berbagai keragaman, baik keragaman suku, agama, bahasa, maupun budaya. Indonesia yang kaya akan budaya ini memiliki keunikannya masing-masing di tiap daerah-daerahnya, misalkan pada adat pernikahannya yang berbeda-beda di tiap daerah atau upacara kematian yang terkenal unik khas suku Toraja. Di Jawa sendiri, ada berbagai macam ritual adat untuk berbagai hal seperti penikahan, kelahiran, pertumbuhan anak, dan lain-lain. Pada pernikahan adat Jawa, setiap langkah dari ritual memiliki maknanya tersendiri, bahkan makanan dan minuman yang disediakan dalam pernikahan Jawa pun memiliki makna, tidak sembarang disediakan sebagai pelepas lapar dan dahaga. Kebudayaan yang kaya dan penuh makna ini tampaknya kurang diketahui oleh masyarakat umum. Padahal dengan memahami makna dari budaya yang kita miliki, rasa kepemilikan budaya tersebut akan meningkat dan budaya dapat selalu dilestarikan. Salah satu makanan tradisional yang selalu ada dalam pernikahan adat Jawa adalah wajik. Wajik merupakan makanan yang terbuat dari ketan yang memiliki makna yang cukup penting dalam pernikahan adat Jawa. Makanan ini biasanya ada pada prosesi lamaran yang merupakan salah satu prosesi dalam serangkaian prosesi pernikahan adat Jawa.
Apa Itu Wajik ?
Wajik adalah penganan yang dibuat dari campuran ketan, gula, dan kelapa dan dipotong seperti bentuk intan (segi empat, jajaran genjang). Dalam pernikahan adat Jawa, wajik adalah salah satu komponen yang ada pada saat upacara Srah-srahan (atau seserahan) dalam prosesi lamaran bersama makanan sejenis seperti jadah atau jenang. Srah-srahan merupakan upacara pada pernikahan adat Jawa yang dilakukan dengan penyerahan barang-barang tertentu dari pihak pria kepada pihak wanita sebagai peningset, yang artinya tanda pengikat. Wajik memiliki makna kelengketan yang disebabkan oleh salah satu bahan utama pembuat wajik yaitu ketan. Kelengketan wajik melambangkan bahwa akan bersatunya mempelai pria dan wanita dalam upacara pernikahan, dan harapan agar ke depannya mereka dapat lengket satu sama lain atau tidak mudah tercerai berai seperti lengketnya ketan pada wajik. Tidak hanya mempelai wanita dan pria, namun juga keluarga mempelai diharapkan dapat disatukan seperti halnya ketan pada wajik, yang sebelum dimasak dapat dipisahkan, namun setelah dimasak bersifat lengket dan tidak dapat dipisah. Keluarga kedua mempelai diharapkan dapat lebih lengket dan juga sulit dipisah. Namun saat ini, wajik banyak diganti oleh kue kering pada saat acara seserahan pada pernikahan adat Jawa, hal ini tentunya sudah menggantikan makna wajik yang telah disediakan untuk makanan tradisional pada acara seserahan.


Bagaimana Cara Membuat Wajik ?
Banyak sekali resep atau petunjuk untuk membuat wajik yang dapat ditemukan baik di majalah, koran, ataupun dari internet. Berikut salah satu resep wajik khususnya "wajik legit gula jawa" yang digunakan dalam prosesi lamaran.


Wajik

Bahan:
- Beras ketan 1 kg, rendam selama 2 jam lalu ditiriskan
- Gula jawa 500 gr
- Gula pasir 100 gr
- Garam 1/2 sdt
- Santan kental 500 ml (dari 1 butir kelapa ukuran sedang atau besar)
- Santan encer 500 (ml untuk meng "aru" ketika santan dikukus)
- Daun pandan
- Jahe secukupnya, dimemarkan

Cara membuat :
1.      Santan encer dimasak sampai mendidih sambil diaduk-aduk lalu diangkat.
2.      Beras ketan dikukus selama 15 menit, lalu diangkat dan dicampur dalam baskom dengan santan cair dalam kondisi panas sambil diaduk rata (dalam istilah Jawa, disebut “aru”)

Ketan Dicampur Santan
3.      Ketan dimasak atau dikukus lagi selama 20 menit lalu diangkat.

 Ketan Dimasak Kembali
4.      Santan kental, gula, garam, daun pandan, dan jahe memar dimasak sampai gula larut dan “remambut”, kemudian ketan dimasukkan dan diaduk rata sampai air santan terserap habis, aduk sampai tidak lengket, lalu diangkat.

Ketan Dicampur Dengan Bahan Lainnya
5.      Adonan wajik diratakan dalam loyang atau dicetak kecil untuk membentuk wajik kecil, untuk seserahan, adonan wajik dapat dimasukkan wadah yang telah disediakan, lalu diratakan.

Adonan Wajik Diratakan dalam Loyang
6.      Wajik siap disantap atau dijadikan bahan untuk ritual seserahan.

Wajik Siap Digunakan

Kualitas Bahan yang Cocok untuk Membuat Wajik
Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat wajik antara lain ketan, gula, dan kelapa yang dalam konteks adalah santan dari kelapa. Masing-masing bahan memiliki kualitasnya masing-masing dan penilaian bagusnya kualitas bahan itu masing-masing. Penilaian kualitas dapat dilakukan secara subyektif dengan menggunakan panca indera untuk merasakan apakah bahan yang digunakan berkualitas bagus atau tidak, atau menggunakan standar yang telah dibuat oleh berbagai badan salah satunya adalah Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
Untuk gula jawa yang digunakan, pastikan gula jawa adalah gula jawa asli dan murni tidak tercampur dengan gula pasir atau parutan kelapa, meskipun pada pembuatan wajik terkadang digunakan gula pasir. Penggunaan gula jawa yang murni ini ditujukan untuk lebih meningkatkan cita rasa khas gula jawa yang diinginkan dalam suatu wajik. Untuk santan, santan yang digunakan sebaiknya santan asli dari kelapa, didapat dengan cara memeras air dari kelapa parut, tidak menggunakan santan kelapa instan yang biasanya dijual di supermarket. Santan instan merupakan produk buatan pabrik yang dibuat dengan adanya penambahan berbagai bahan kimia dengan berbeagai tujuan, salah satunya adalah pengental bernama guar gum atau sirup jagung yang mengandung kadar fruktosa yang tinggi, bahan kimia ini dikhawatirkan dapat menimbulkan reaksi kimia yang bersifat negatif pada tubuh manusia yang memiliki reaksi penolakan terhadap bahan-bahan kimia tersebut.
Beras ketan yang digunakan kualitasnya juga harus baik. Dilansir dari kuliner.cahiya.com, beras ketan putih yang berkualitas bagus dapat dipilih dengan kriteria-kriteria berikut :
·      Pilih yang berwarna putih
·      Diperhatikan setiap butirannya, apakah utuh (bagus) atau ada patahan (buruk)
·      Tidak berbau asing
·      Memiliki aroma khas yang mirip daun pandan
·      Teksturnya tidak berwarna kusam
Selain pemilihan bahan-bahan berkualitas untuk pembuatan wajik, berikut penulis berikan beberapa tips untuk menambah kualitas wajik yang dihasilkan. Pada saat merebus santan kelapa bersama bahan-bahan lainnya, larutan santan harus terus diaduk agar santan tidak pecah/hangus oleh panas. Saat adonan ketan sudah jadi, lebih baik ditunggu sampai agak dingin sebelum dipotong, untuk memotongnya gunakan pisau yang dilumuri sedikit minyak supaya tidak terlalu lengket saat memotong wajik.
Hal-hal yang telah dituliskan sebelumnya merupakan hasil pencarian yang dilakukan oleh para penulis terhadap salah satu makanan tradisional Jawa, yaitu wajik. Pencarian informasi oleh penulis dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung kepada seorang dalang dan pemilik Paguyuban Wayang Hikmah yaitu Ki Ragil Supadi supaya informasi yang didapat dapat dinilai valid karena berasal dari sumber yang mengenal budaya Jawa lebih dalam termasuk tradisi pernikahan adat Jawa dan makanannya. Selain itu, penulis juga mengutip beberapa informasi dari internet dan majalah yang memuat berbagai informasi mengenai wajik, sebagai informasi tambahan yang dapat dimasukkan dalam penulisan makalah ini.
Wajik merupakan makanan yang lezat dan sederhana, pembuatannya pun cukup mudah karena bahan-bahan dasar pembuat wajik berlimpah di negara kita ini. Karena kesederhanaannya ini, wajik mungkin sering diremehkan. Keberadaan wajik seiring waktu tergantikan oleh adanya makanan yang lebih praktis, seperti kue kering, padahal hal ini menjadikan makna wajik yang harusnya melengketkan dua mempelai dan dua keluarga menjadi tergantikan. Wajik, sebagai salah satu makanan tradisional di Jawa harus dilestarikan keberadaanya, karena nilai budaya dan maknanya yang sangat tinggi.

Refleksi Penulis
Birgitta Devina Santoso (16.I1.0002)
“Zaman modern ini, masyarakat hanya melakukan upacara pernikahan adat Jawa hanya sebagai kebiasaan, hingga tidak tahu apa arti sebenarnya dari tiap makanan yang digunakan untuk upacara pernikahan. Dengan adanya tugas ini, saya dapat mengetahui makanan-makanan tradisional yang digunakan dalam pernikahan adat Jawa beserta maknanya. Makanan yang dipakai untuk upacara pernikahan pun ternyata tidak sembarang jenis makanan, karena tiap makanan memiliki makna yang sangat mendalam jika dipelajari. Sehingga ketika kita mengerti makna dari makanan tersebut, ketika dilakukan akan memiliki makna yang sangat mendalam. Tentunya prosesnya pun akan dilakukan dengan sangat hati-hati, mulai dari bahan yang digunakan hingga cara menghidangkan, agar tidak keluar dari makna yang diinginkan. Sehingga pengetahuan akan makna dari tiap makanan yang digunakan dalam upacara pernikahan harus disebarluaskan kembali kepada masyarakat, agar masyarakat memahami betapa besar makna dari tiap makanan yang harus ada dalam pernikahan adat Jawa.”

Yohanes Ian Oktavian (16.I1.0027)
“Dalam pembuatan makalah ini, saya merasakan, benar adanya bahwa budaya kita satu per satu mulai pudar dan bahkan diklaim oleh negara tetangga, hal ini disebabkan adanya modernisasi yang diterima dengan mudah oleh masyarakat dan masyarakat mulai melupakan nilai-nilai luhur yang ada pada setiap aspek budaya. Harapan saya di masa depan, bahwa seluruh masyarakat meningkatkan rasa kepemilikannya terhadap budaya yang mereka miliki, agar budaya yang ada ini dapat terus ada dan tidak menghilang sampai ke depannya.”

Vania Sunardi Wibowo (16.I1.0044)
“Menurut saya, kebudayaan Indonesia memang memudar karena seiring berkembangnya jaman, banyak sekali budaya asing yang masuk dan masyarakat mudah terpengaruh oleh budaya asing. Banyak sekali budaya Indonesia yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Harapan saya, masyarakat Indonesia dapat mulai belajar untuk lebih memiliki rasa untuk mengetahui budaya-budaya di Indonesia dan mempelajari makna-makna yang ada dalam budaya tersebut.”

Angela Karina Susanto (16.I1.0051)
"Melalui tugas ini saya mengetahui lebih dalam tentang budaya Jawa yaitu upacara pernikahan adat Jawa, makanan yang ada dan juga makna dari makanan tersebut. Dengan mengetahui maknanya, saya menjadi kagum akan upacara pernikahan adat Jawa yang ternyata sarat akan makna, bahkan setiap makanan memiliki maknanya masing-masing. Dulunya saya menganggap prosesi pernikahan adat jawa itu sangat merepotkan, namun di balik itu ternyata memiliki tujuan yang sangat baik yaitu untuk mendoakan kehidupan kedua mempelai kedepannya. Pengetahuan yang saya dapat ini membuat saya menyadari bahwa budaya daerah seperti pernikahan adat Jawa sangat perlu dilestarikan.”

Moses Halim (16.I1.0179)
“Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya, termasuk dalam pernikahan adat Jawa ini. Saya cukup prihatin melihat kondisi kue wajik pada pernikahan adat Jawa yang memiliki makna yang dalam sering tergeser dengan kue kering dengan adanya alasan lebih ekonomis dan lebih praktis. Saya ingin, rakyat Indonesia lebih memahami makna dari budayanya.”



DAFTAR PUSTAKA

Al Hilal, Martin Muhammad. (2016). Tips Memilih Ketan yang Sempurna. http://kuliner.cahiya.com/tips-memilih-ketan-putih-yang-sempurna/ . Diakses pada tanggal 14 Juli 2017.

Bratasiswara, Harmanto. (2000). Bauwarna Adat Tata Cara Jawa Buku1 A-M.
Jakarta: Yayasan Suryasumirat.


Ananingsih, V. K., B. T. Susanti, dan S. Rejeki. (2014). Javanese Traditional Wedding Ceremony: Food and Space Layout Aspects. http://www.undk.asia/undk-scu/index.php?page=4 . Diakses pada tanggal 14 Juli 2017.

3 comments:

  1. lah itu foto punya saya... yang wajik bentuk wajik tumpuk.... hehehehe :D
    https://bellezuli.blogspot.co.id/2015/06/wajik-sebuah-doa-untuk-pengantin-baru.html

    ReplyDelete
  2. Terima kasih banyak
    Sukses dan sehat selalu
    Terus berkarya

    ReplyDelete