Saturday, July 15, 2017

TUMPENG

Kevin Kurniawan                        16.I1.0054
Della Sugiarto                              16.I1.0059
Billy Nathaniel I.                         16.I1.0065
Vinsensius P. Excel B.N             16.I1.0067
Yovita Hartono                           16.I1.0069

1.      Pendahuluan
Nasi tumpeng, atau banyak dikenal dengan istilah “tumpeng” saja, adalah sajian khas yang banyak dijumpai dalam berbagai acara perayaan atau “selamatan” baik di desa-desa maupun di kota-kota besar di pulau Jawa dan pulau-pulau lain sampai sekarang. Tumpeng menjadi ikon penting dalam acara syukuran atau selamatan dalam tradisi dan budaya Jawa. Oleh karena itu, tumpeng menjadi suatu simbolisasi yang sarat akan makna. Walaupun diakui sebagai simbol penting dalam sebuah acara selamatan, namun sebenarnya tidak banyak orang yang benar-benar mengerti makna di balik simbol itu. Tumpeng sendiri sebenarnya menjadi simbol yang mengangkat hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan alam, dan dengan sesama manusia. Untuk menghantar kita memahami makan tumpeng dalam tradisi Jawa, kami mencoba mengulasnya dalam paper ini.

2. Tumpeng dalam Tradisi Jawa
2.1. Masyarakat Jawa

            Masyarakat tradisional, pada umumnya memiliki kepercayaan. Kepercayaan ini terarah pada kekuatan yang melebihi kekuatan atau kemampuan manusia. Masyarakat percaya bahwa di luar dirinya ada kekuatan yang maha besar. Kekuatan itu berpengaruh pada system kepercayaan, sehingga dalam masyarakat tradisonal tampak adanya system kepercayaan tradisional yang dianggap memiliki kekuatan gaib, dan kepercayaan terhadap roh orang yang telah meninggal (nenek moyang). Kepercayaan semacam ini dalam ilmu Anthropologi disebut kepercayaan animisme dan dinamisme.
            


           Kepercayaan dinamisme dan animisme yang berkembang dalam masyarakat tradisional turut mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat. Dalam masyarakat tradisional terdapat pola pikir bahwa segala sesuatu selalu dikaitkan dengan kekuatan gaib yang dianggap ada di dalam alam semesta dan di sekitar tempat tinggal mereka. Pola pikir yang demikian ini selalu mengaitkan pristiwa-peristiwa hidup dengan kejadian-kejadian kodrati yang terdapat di dalam alam semesta atau kosmos. Terhadap alam semesta atau kosmos ini masyarakat bersikap lemah dan tidak kuasa berbuat sesuatu. Begitu pula halnya dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Pandangan dan prinsip seperti ini mempengaruhi masyarakat Jawa.

Dalam hal ini masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi kehidupan. Oleh sebab itu mereka berusaha mengamankan hidupnya. Mereka mencari keamanan dalam hidup dengan cara menjaga hubungan yang selaras atau harmonis dengan sesama, lingkungan dan dunia adikodrati. Usaha menjaga keselarasan hidup itu tampak dalam keyakinan dan tradisi, yakni tradisi selametan.


Selametan atau wilujengan adalah suatu upacara pokok atau unsur terpenting dari hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi masyarakat Jawa pada umumnya. Tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon keselamatan dalam hidup. Masyarakat Jawa percaya bahwa tradisi selametan ini mengungkapkan jalinan relasi antara sesama yang masih hidup, lingkungan dan kekuatan yang ada di luar diri manusia. Hidangan untuk selamatan diantaranya adalah tumpeng yang lengkap dengan lauk pauk dan hiasannya.

Kehidupan orang Jawa sangat lekat dengan alam. Mereka sadar bahwa hidup mereka bergantung dari alam. Banyak pelajaran yang menjadi pedoman hidup sehari-hari yang mereka ambil dari alam. Kebanyakan penghasilan orang Jawa diperoleh dengan bercocok tanam. Dengan banyaknya gunung yang terdapat di pulau Jawa dan jenis tanah vulkanik yang subur dan ideal untuk bercocok tanam, banyak orang Jawa yang tinggal di  sekitar daerah gunung. Mereka menanam padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan memelihara ternak seperti ayam, bebek, kambing, domba, sapi atau kerbau. Jadi hampir seluruh kebutuhan hidup mereka didapatkan dari tanah di sekitar gunung.

2.2. Pengertian Tumpeng


            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tumpeng dapat diidentifikasikan sebagai nasi yang dihidangkan dalam bentuk seperti kerucut untuk selamatan. Itulah kiranya definisi tumpeng. Kita tentu tidak merasa asing dengan istilah “tumpeng”, bukan? Sajian khas ini dapat kita jumpai dalam berbagai acara perayaan atau selamatan baik di desa-desa maupun di kota-kota besar dalam lingkup pulau Jawa hingga saat ini.

            Jika kita membaca Selametan dalam Budaya Jawa oleh Koentjaraningrat, kita dapat mengerti bahwa tumpeng merupakan hidangan dalam tradisi atau upacara selametan. Maka, boleh dikatakan bahwa tumpeng juga merupakan sajian yang sakral dan memiliki makna spiritual. Demikianlah tumpeng dimengerti. Kehadiran tumpeng dalam tradisi selametan pada budaya Jawa memberi makna yang mendalam, begitupun dalam komponen-komponen tumpeng itu sendiri. Maka ulasan kami dalam paper ini berkaitan dengan makna simbolik dari tumpeng dan komponen-komponen yang umun ada di dalamnya.

Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut ditempatkan di tengah-tengah dan bermacam-macam lauk pauk disusun di sekeliling kerucut tersebut. Penempatan nasi dan lauk pauk seperti ini disimbolkan sebagai gunung dan tanah yang subur di sekelilingnya. Tanah di sekeliling gunung dipenuhi dengan berbagai macam sayuran dari tumbuh-tumbuhan dan lauk-pauk. Itu semua sebagai simbol atau tanda yang berasal dari alam, hasil tanah. Tanah menjadi simbol kesejahteraan yang hakiki. Penempatan dan pemilihan lauk-pauk dalam tumpeng juga didasari akan pengetahuan dan hubungan mereka dengan alam. Oleh karena itulah lauk-pauk ditempatkan di sekeliling nasi karena memang dari sanalah mereka berasal.

Selain penempatannya, pemilihan lauk juga didasari oleh kebijaksanaan yang didapat dari belajar dari alam. Tumpeng merupakan simbol ekosistem kehidupan. Kerucut nasi yang menjulang tinggi melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Pencipta alam beserta isinya, sedangkan aneka lauk pauk dan sayuran merupakan simbol dari isi alam ini. Oleh karena itu pemilihan lauk-pauk di dalam tumpeng biasanya mewakili semua yang ada di alam ini

2.3. Komponen-Komponen yang Umum dalam Nasi Tumpeng
            Secara umum komponen yang digunakan dalam tumpeng antara lain nasi (dari beras), sayuran atau urap-urapan dan lauk-pauk. Nasi yang digunakan sebagai tumpeng disajikan secara khas yakni disajikan dalam bentuk kerucut. Bentuk ini merupakan bentuk khas tumpeng.
        
        Selain nasi kerucut, sebagai sajian pengiring juga disajikan sayur-mayur dan lauk- pauk. Sayuran yang umumnya digunakan dalam sajian ini diantaranya kangkung, bayam dan kacang panjang. Sayuran ini dimasak urap. Sayuran disajikan di sekeliling nasi tumpeng.
            
         Selain sayur sebagai pengiring nasi tumpeng, lauk-pauk juga turut serta mengiringi sajian nasi tumpeng. Lauk-pauk yang biasa digunakan antar lain telur yang direbus dan disajikan utuh bersama kulitnya, ikan lele, dan ikan teri yang dimasak dengan cara digoreng dengan tepung seperti rempeyek. Itulah komponen yang ada dalam sajian tumpeng.

2.4. Pengolahan Nasi Tumpeng
2.4.1. Bahan Utama
·             3 liter beras,kemudian cuci hingga bersih
·             1/4 liter santan kental
2.4.2. Bahan Bumbu, Pelengkap, Dan Hiasan


·          1 sdm kunyit,lalu parut, kemudian juga rebus dalam air sebanyak 50 cc air,saring hingga keluar dari ampasnya


·          2 lembar daun pandan, lalu bentuk menjadi simpul
·       1 sereh memarkan
·       3 lembar daun salam
·       Garam secukupnya (biasanya 1 sendok makan)
·     Perkedel
·     Dendeng Sapi
·             Tumis Tempe
·             Telur dadar yang diiris
·             Kacang Panjang
·             Tomat
·             Wortel bentuk bunga di rebus
·             Cabe merah
·             Daun Pisang
·             Mentimun


2.4.3. Cara Mengolah
·  Langkah pertama santan dan juga kunyit disatukan bersamaan dengan daun pandan, daun salam , sereh dan juga berikan garam kemudian didihkan
·  Dilanjutkan dengan mengukus beras menjadi setengah matang,kukus di dalam panci
·  Kemudian tuangkan santan yang sudah mendidih hingga menyerap di dalam beras yang sudah di kukus
·   Diaduk , kemudian kukus kembali hingga matang.
·  Sedangkan untuk menghias nasi tumpeng kuning dapat disesuaikan dengan selera anda,begitupula dengan tambahan lauk pauk dan sayuran dalam penyajian.

2.4.4. Cara Melihat Kualitas Tumpeng Yang Baik
            Ketika membeli kelapa perlu diperhatikan untuk menentukan keperluannya terlebih dahulu. Untuk membuat taburan kue tentu tipe santannya berbeda dengan membuat rendang, atau untuk resep kolak dengan santan tentu berbeda dengan santan untuk nasi tumpeng tujuh belasan, atau tumpeng ulang tahun, dst. Dari situ kita dapat menentukan santan dari buah kelapa yang seperti apa dan bagaimana. Apakah buah kelapa yang umurnya muda atau tua, kelapa ijo (hijau) atau merah, kelapa dengan kuah santan yang putih terang atau lebih gelap, atau bahkan mana kelapa yang menghasilkan minyak lebih banyak, mana yang sedikit dan sebagainya.

            Sebagai contoh khusus buah kelapa yang diambil santannya atau diolah sebagai serundeng atau taburan kue; sebaiknya dipilih kelapa yang agak muda. Kulitnya masih sangat lunak, karena kelapa ini rasanya lebih lembut dan manis. Jika ini digunakan sebagai taburan kue dapat diparut arah memanjang, dan tips cara memilih santan yang baik dan diambil santannya, parutlah membujur. Lalu kupas kelapa tersebut agar menghasilkan santan dengan warna yang lebih putih. Terakhir, parut dan peras kelapa sesaat akan dipakai. Meskipun sangan tidak direkomendasikan, Anda tetap bisa menyimpan santan tersebut di kulkas, tapi memang sebaiknya langsung dipakai agar aromanya segar dan masih gurih. Saat memilih kelapa untuk santan sebaiknya pilih kelapa yang tua, berdaging tebal, keras jika ditekan dan terasa berat jika diangkat dalam keadaaun utuh. Kelapa seperti ini akan menghasilkan santan yang lebih banyak dan baik

            Aroma atau bau kelapa juga berpengaruh terhadap hasil santan yang akan digunakan. Jangan pilih yang berbau tengik pada kelapa karena kualitas daging buahnya tidak baik untuk diolah sebagai santan. Saat membeli kelapa, Anda bisa mencium terlebih dahulu permukaan kelapa. Aroma dalam buah kelapa yang baik adalah segar, dan tercium gurih khas buah kelapa, bukan bau atau rasa asam maupun tengik 

3. Makna Simbolis Nasi tumpeng
3.1. Makna Bentuk Nasi Tumpeng

            Nasi berbentuk gunungan atau kerucut itu sarat akan makna, lebih-lebih makna spiritual. Gunung dalam banyak tradisi dan kepercayaan, termasuk Jawa, sering diidentikkan sebagai tempat yang maha tinggi, tempat penguasa alam bertahta, dan tempat kemuliaan Allah. Sudah sejak lama kepercayaan ini muncul, misalnya; gunung Sinai, gunung Tabor, Pusuk Buhit, gunung Merapi, dan sebagainya. Asal-muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu dalam Epos (cerita) Mahabarata. Meski kini mayoritas orang Jawa adalah muslim atau islam, namun masih banyak tradisi masyarakat yang berpijak pada akar-akar agama Hindu, sebab Hindu lebih dulu masuk ke wilyah Jawa, baru agama-agama lain kemudian.

            Dalam refleksi selanjutnya, bagi orang Jawa, gunung merupakan tempat yang sakral karena diyakini memiliki kaitan yang erat dengan langit dan surga. Bentuk tumpeng yang seperti gunung dalam tradisi Jawa memiliki makna mau menempatkan Allah pada posisi puncak, tertinggi, yang menguasai alam dan manusia. Bentuk ini juga mau menggambarkan bahwa Allah itu awal dan akhir, orang Jawa biasa menyebut-Nya dengan Sang Sangkan Paraning Dumadi artinya bahwa Allah adalah asal segala ciptaan dan tujuan akhir dari segala ciptaan. Tumpeng yang digunakan sebagai simbolisai dari sifat alam dan manusia yang berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Bentuk  tumpeng juga seperti tangan terkatup, sama seperti saat seseorang menyembah. Hal ini juga mau menggambarkan bahwa Allah patut disembah dan dimuliakan. Bentuk menggunung nasi tumpeng juga dipercaya mengandung harapan agar hidup kita semakin naik dan beroleh kesejahteraan yang tinggi.

            Dalam tradisi selametan orang Jawa, puncak acara adalah pemotongan bagian atas dari nasi tumpeng. Pemotongan ini biasanya dilakukan oleh orang yang paling dituakan atau dihormati. Hal ini mau mengatakan bahwa masyarakat Jawa masih memegang teguh nilai-nilai kekeluargaan dan memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati. Sesanti (pepatah) Jawa mengatakan “Mikul dhuwur mendhem jero”. Mikul dhuwur artinya memikul setingi-tingginya dan mendhem jero artinya menanan dalam-dalam. Arti pepatah ini adalah menghormati orang tua setinggi-tingginya dan menghargai sebaik-baiknya atau menghargai sedalam-dalamnya terhadap orang lain.

           Setelah itu, nasi tumpeng disantap bersama-sama. Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup mengenai kebersamaan dan kerukunan. Ada sesanti (pepatah) yang tidak asing bagi kita yaitu: mangan ora mangan waton kumpul (makan tidak makan yang penting kumpul). Hal ini tidak berarti meski serba kekurangan yang penting tetap berkumpul dengan sanak saudara. Pengertian sesanti tersebut yang seharusnya adalah mengutamakan semangat kebersamaan dalam rumah tangga, perlindungan orang tua terhadap anak-anaknya, dan kecintaan kepada keluarga. Di mana pun orang berada, meski harus merantau, haruslah tetap mengingat kepada keluarganya dan menjaga tali silaturahmi dengan sanak saudaranya.

3.2. Makna Dibalik Warna Tumpeng
Selain dari bentuk, kita juga bisa melihat makna tumpeng dibalik warna nasi tumpeng. Ada dua warna dominan nasi tumpeng yaitu putih dan kuning. Bila kita kembali pada pengaruh ajaran Hindu yang masih sangat kental di Jawa, warna putih diasosiasikan dengan Indra, Dewa Matahari. Matahari adalah sumber kehidupan yang cahayanya berwarna putih. Selain itu warna putih di banyak agama melambangkan kesucian. Warna kuning seperti emas melambangkan rezeki, kelimpahan, kemakmuran.

4. Makna Simbolik Kompnen dalam Tumpeng
4.1. Sayuran
Sayuran merupakan jenis menu yang umum dipilih yang dapat mewakili tumbuhan darat. Jenis sayurnya tidak dipilih begitu saja karena tiap sayur juga mengandung perlambang tertentu. Sayuran yang umum ada adalah:
a.    Urap
Urap merupakan kelapa parut yang dibumbui untuk campuran sayur-sayuran yang direbus. Kata urap senada dengan urip atau hidup, artinya mampu menghidupi  atau mampu menafkahi keluarga. Urip berarti juga sumber kehidupan. Sayuran merupakan pralambang dari alam semesta yang memberi kehidupan bagi manusia.

b.   Kangkung
Sayur ini bisa tumbuh di air dan di darat, begitu juga yang diharapkan pada manusia semoga sanggup hidup di mana saja dan dalam kondisi apa pun, teguh, ulet dan pantang menyerah. Kangkung sama dengan jinangkung (terwujud/tercapai) yang berarti mengandung harapan agar apa yang menjadi cira-cita bisa tercapai.

c.    Bayam
Bayam mempunyai warna hijau muda yang menyejukkan dan bentuk daunnya sederhana tidak banyak lekukan. Sayur ini melambangkan kehidupan yang ayem tenterem (aman dan damai), tidak banyak konflik seperti sederhananya bentuk daun dan sejuknya warna hijau pada sayur bayam.



d.   Kacang Panjang
Kacang panjang harus hadir utuh, tanpa dipotong. Maksudnya agar manusia hendaknya selalu berpikir panjang sebelum bertindak. Selain itu kacang panjang juga melambangkan umur panjang.


4.2. Lauk-Pauk
a. Ikan Lele
Ikan Lele: dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan jenis ikan yang tahan hidup di air yang tidak mengalir. Ikan ini juga senantiasa hidup di dasar sungai. Makna yang terkandung dalam ikan lele adalah symbol ketabahan, keuletan dalam hidup, kerendahan hati, dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah sekalipun, juga hendaknya tidak sungkan meniti karier dari bawah.

b. Ikan Teri
Jenis ikan ini hidup di laut dan selalu hidup bergerombol. Ikan teri dimaksudkan sebagai simbol kebersamaan dan simbol kerukuan. Biasanya dalam sajian nasi tumpung ikan ini digoreng dengan tepung, dibuat seperti rempeyek. Ikan bergeombol dan tidak terpisah-pisah.

c. Telur
Telur direbus dan biasanya disajikan utuh bersama kulitnya, tidak dipotong – sehingga, sehingga untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut mu melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas. Telur juga melambangkan manusia diciptakan Tuhan dengan derajat yang sama, yang membedakan hanyalah sifat dan tingkah lakunya.



5. Jenis-Jenis Tumpeng
5.1. Tumpeng Nujuh Bulan
Tumpeng ini untuk syukuran kehamilan di usia tujuhbulan. Diatas tampah yang dialasi dengan daun, Tupeng nasi putih diletakkan di tengah dan dikelilingi oleh enam Tupeng kecil-kecil.Selain nasi telor rebus, sayuran dan lauk yang lain menyertai. Biasa disajikan di atas tampah yang dialasi daun pisang batu.



5.2. Tumpeng Robyong
Tumpeng ini biasanya untuk upacara siraman pada perkawinan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan dalam bakul dengan aneka sayuran. Bagian puncak diberi telur ayam, bawang merah, terasi, dan cabai. Di dalam bakul, selain nasi terdapat juga urap, ikan asin, dan telur ayam rebus. Tumpeng ini biasa disajikan pada upacara siraman dalam pernikahan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan di dalam bakul dengan berbagai macam sayuran. Tumpeng robyong sering dpakai sebagai sarana upacara selametan (tasyakuran). Tumpeng robyong merupakan simbol keselamatan, kesuburan, dan kesejahteraan. Tumpeng yang menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Tumpeng Robyong dibuat agar si pemohon selalu diobyong-obyong atau dikelilingi sanak saudara tercinta.



5.3. Tumpeng Nasi Kuning
Isinya tak beda jauh dengan ketentuan Tumpeng pada umumnya, tetapi biasanya ditambahkan perkedel, kering-keringan, abon, irisan ketimun, dan dadar rawis. Warna kuning mengandung arti kekayaan dan moral yang luhur, oleh karenanya Tumpeng ini biasa digunakan untuk acara kebahagiaan seperti kelahiran, ulang tahun, khitanan, pertunangan, perkawinan, syukuran dan upacara tolak bala.



5.4. Tumpeng Pungkur
Tumpeng ini ada dalam upacara kematian pria atau wanita lajang/belum menikah, saat jenasah akan diberangkatkan. Isinya hanya nasi putih yang dihias sayuran di sekeliling tubuh tumpeng. Tumpeng kemudian dipotong vertikal dan diletakkan saling membelakangi.



5.5. Tumpeng Putih
Tumpeng putih biasanya untuk acara sakral karena warna putih melambangkan kesucian, tapi juga tidak berbeda jauh dengan tumpeng kuning sebab sebetulnya tumpeng kuning merupakan modifikasi dari tumpeng putih. Cuma saja, biasanya tumpeng putih tidak memakai ayam goreng, tetapi ayam ingkung yang kadang disertai bumbu areh. Tumpeng putih juga memakai tahu dan tempe bacem, dan ikan asin.





5.6. Tumpeng Seremonial atau Tumpeng Modifikasi
Tumpeng ini bisa dibilang ‘Tumpeng suka-suka’, karena untuk tumpeng yang ini tidak memperhatikan arti filosofi yang terkandung dalam tumpeng. Biasanya tumpeng ini menggunakan nasi kuning, nasi goreng dan nasi warna yang lain. untuk lauk pauknya menurut selera kita sendiri. Tumeng ini biasa dibuat sebagai sajian kuliner.
  


6. Kesimpulan
Melihat hubungan antara makna dibalik bentuk tumpeng dan warna nasi tumpeng, keseluruhan makna dari tumpeng ini adalah pengakuan akan adanya kuasa yang lebih besar dari manusia (Tuhan), yang menguasai alam dan aspek kehidupan manusia, yang menentukan awal dan akhir, Wujud nyata dari pengakuan ini adalah sikap penyembahan terhadap Sang Kuasa dimana rasa syukur, pengharapan dan doa dilayangkan kepadaNya supaya hidup semakin baik, menanjak naik dan tinggi seperti halnya bentuk kemuncak tumpeng itu sendiri.. Jadi tumpeng mengandung makna religius yang dalam sehingga kehadirannya menjadi sakral dalam upacara-upacara syukuran atau selamatan.

7. Pesan & Kesan

Kevin : Kami dapat mengerti berbagai macam bahan pangan yang digunakan dalam makanan, disertai juga dari komposisi – komposisi yang ada dalam bahan pangan tersebut hingga pemrosesan yang tepat menjadi matang

Della : Dengan adanya mata kuliah ini, membantu saya untuk mengetahui secara detail bahan – bahan karena setelah saya sadari banyak bahan pangan yang tidak saya kenal atau bahkan tidak pernah saya lihat. Mata kuliah ini juga mengajarkan kita untuk mengolah bahan pangan tersebut menjadi bahan pangan yang siap digunakan. Saya berpesan apabila dalam mata kuliah lebih baik jangan digunakan sistem belajar kelompok, karena pemahaman materi menjadi tidak maksimal. Akan lebih maksimal apabila dosen menjelaskan secara langsung materinya.

Billy : Dalam mata kuliah ini, saya semakin mengetahui ciri bahan makanan dengan kualitas yang baik dan buruk serta dapat mengetahui kandungan – kandungan apa saja yang terdapat pada bahan makanan. Pesan saya agar proses presentasi di dalam kelas dapat menjadi lebih menyenangkan dan tidak membuat mahasiswa menjadi terlalu tegang dalam memperhatikan dan juga untuk sekarang ini metode penyampaian bahan dalam bentuk kelompok belum begitu efektif, hal ini bisa disebabkan karena mahasiswa sendiri yang belum mengetahui cara menjelaskan yang baik kepada teman satu kelompoknya.

Excel : Dari mata kuliah ini saya mendapatkan banyak hal. Mulai dari jenis – jenis bahan pangan yang biasa dan tidak biasa untuk diolah, nilai gizi dan manfaat, dan yang lebih penting adalah cara mengolah bahan pangan tersebut. Dengan telah diajarkan mata kuliah ini, dalam mengolah bahan pangan menjadi tidak sembarangan dan memiliki tiap prosedur yang berbeda – beda dalam tiap bahan yang berbeda dalam pengolahannya.


Yovita : Saya bisa mengetahui manfaat suatu bahan pangan, karakteristik, serta zat – zat berbahaya yang terkandung dalam bahan pangan sehingga kita bisa lebih berhati – hati saat mengolahnya. Menurut saya, pembelajaran kelompok kurang efektif karena sumber informasi yang didapat dari mahasiswa belum tentu akurat seperti yang didapat oleh dosen.