Kevin Kurniawan 16.I1.0054
Della Sugiarto 16.I1.0059
Billy Nathaniel I. 16.I1.0065
Vinsensius P. Excel B.N 16.I1.0067
Yovita Hartono 16.I1.0069
1. Pendahuluan
Nasi tumpeng, atau banyak dikenal
dengan istilah “tumpeng” saja, adalah sajian khas yang banyak dijumpai dalam
berbagai acara perayaan atau “selamatan” baik di desa-desa maupun di kota-kota
besar di pulau Jawa dan pulau-pulau lain sampai sekarang. Tumpeng menjadi ikon
penting dalam acara syukuran atau selamatan dalam tradisi dan budaya Jawa. Oleh
karena itu, tumpeng menjadi suatu simbolisasi yang sarat akan makna. Walaupun
diakui sebagai simbol penting dalam sebuah acara selamatan, namun sebenarnya
tidak banyak orang yang benar-benar mengerti makna di balik simbol itu. Tumpeng
sendiri sebenarnya menjadi simbol yang mengangkat hubungan antara manusia
dengan Tuhan, dengan alam, dan dengan sesama manusia. Untuk menghantar kita
memahami makan tumpeng dalam tradisi Jawa, kami mencoba mengulasnya dalam paper
ini.
2. Tumpeng
dalam Tradisi Jawa
2.1. Masyarakat Jawa
Kepercayaan
dinamisme dan animisme yang berkembang dalam masyarakat tradisional turut
mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat. Dalam masyarakat tradisional
terdapat pola pikir bahwa segala sesuatu selalu dikaitkan dengan kekuatan gaib
yang dianggap ada di dalam alam semesta dan di sekitar tempat tinggal mereka.
Pola pikir yang demikian ini selalu mengaitkan pristiwa-peristiwa hidup dengan
kejadian-kejadian kodrati yang terdapat di dalam alam semesta atau kosmos. Terhadap alam semesta atau kosmos ini masyarakat bersikap lemah dan tidak
kuasa berbuat sesuatu. Begitu pula halnya dengan masyarakat Jawa pada umumnya.
Pandangan dan prinsip seperti ini mempengaruhi masyarakat Jawa.
Dalam hal ini masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi kehidupan. Oleh
sebab itu mereka berusaha mengamankan hidupnya. Mereka mencari keamanan dalam
hidup dengan cara menjaga hubungan yang selaras atau harmonis dengan sesama,
lingkungan dan dunia adikodrati. Usaha menjaga keselarasan hidup itu tampak
dalam keyakinan dan tradisi, yakni tradisi selametan.
Selametan atau wilujengan
adalah suatu upacara pokok atau unsur terpenting dari hampir semua ritus dan
upacara dalam sistem religi masyarakat Jawa pada umumnya. Tujuan dari upacara ini adalah untuk memohon keselamatan dalam hidup.
Masyarakat Jawa percaya bahwa tradisi selametan
ini mengungkapkan jalinan relasi antara sesama yang masih hidup, lingkungan dan
kekuatan yang ada di luar diri manusia. Hidangan untuk selamatan diantaranya adalah tumpeng yang lengkap dengan lauk pauk
dan hiasannya.
Kehidupan orang
Jawa sangat lekat dengan alam. Mereka sadar bahwa hidup mereka bergantung dari
alam. Banyak pelajaran yang menjadi pedoman hidup sehari-hari yang mereka ambil
dari alam. Kebanyakan penghasilan orang Jawa diperoleh dengan bercocok tanam.
Dengan banyaknya gunung yang terdapat di pulau Jawa dan jenis tanah vulkanik
yang subur dan ideal untuk bercocok tanam, banyak orang Jawa yang tinggal
di sekitar daerah gunung. Mereka menanam
padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan memelihara ternak seperti ayam, bebek,
kambing, domba, sapi atau kerbau. Jadi hampir seluruh kebutuhan hidup mereka
didapatkan dari tanah di sekitar gunung.
2.2.
Pengertian Tumpeng
Jika
kita membaca Selametan dalam Budaya
Jawa oleh Koentjaraningrat, kita dapat mengerti bahwa tumpeng merupakan
hidangan dalam tradisi atau upacara selametan. Maka, boleh dikatakan
bahwa tumpeng juga merupakan sajian yang sakral dan memiliki makna spiritual.
Demikianlah tumpeng dimengerti. Kehadiran tumpeng dalam tradisi selametan
pada budaya Jawa memberi makna yang mendalam, begitupun dalam komponen-komponen
tumpeng itu sendiri. Maka ulasan kami dalam paper ini berkaitan dengan makna
simbolik dari tumpeng dan komponen-komponen yang umun ada di dalamnya.
Nasi tumpeng yang berbentuk kerucut
ditempatkan di tengah-tengah dan bermacam-macam lauk pauk disusun di sekeliling
kerucut tersebut. Penempatan nasi dan lauk pauk seperti ini disimbolkan sebagai
gunung dan tanah yang subur di sekelilingnya. Tanah di sekeliling gunung
dipenuhi dengan berbagai macam sayuran dari tumbuh-tumbuhan dan lauk-pauk. Itu
semua sebagai simbol atau tanda yang berasal dari alam, hasil tanah. Tanah
menjadi simbol kesejahteraan yang hakiki. Penempatan dan pemilihan lauk-pauk
dalam tumpeng juga didasari akan pengetahuan dan hubungan mereka dengan alam.
Oleh karena itulah lauk-pauk ditempatkan di sekeliling nasi karena memang dari
sanalah mereka berasal.
Selain
penempatannya, pemilihan lauk juga didasari oleh kebijaksanaan yang didapat
dari belajar dari alam. Tumpeng merupakan simbol ekosistem kehidupan. Kerucut
nasi yang menjulang tinggi melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Pencipta alam
beserta isinya, sedangkan aneka lauk pauk dan sayuran merupakan simbol dari isi
alam ini. Oleh karena itu pemilihan lauk-pauk di dalam tumpeng biasanya
mewakili semua yang ada di alam ini
2.3. Komponen-Komponen yang Umum dalam Nasi Tumpeng
Secara umum
komponen yang digunakan dalam tumpeng antara lain nasi (dari beras), sayuran
atau urap-urapan dan lauk-pauk. Nasi yang digunakan sebagai tumpeng disajikan
secara khas yakni disajikan dalam bentuk kerucut. Bentuk ini merupakan bentuk
khas tumpeng.
Selain
nasi kerucut, sebagai sajian pengiring juga disajikan sayur-mayur dan lauk-
pauk. Sayuran yang umumnya digunakan dalam sajian ini diantaranya kangkung,
bayam dan kacang panjang. Sayuran ini dimasak urap. Sayuran disajikan di sekeliling nasi tumpeng.
Selain
sayur sebagai pengiring nasi tumpeng, lauk-pauk juga turut serta mengiringi
sajian nasi tumpeng. Lauk-pauk yang biasa digunakan antar lain telur yang
direbus dan disajikan utuh bersama kulitnya, ikan lele, dan ikan teri yang
dimasak dengan cara digoreng dengan tepung seperti rempeyek. Itulah komponen
yang ada dalam sajian tumpeng.
2.4. Pengolahan Nasi Tumpeng
2.4.1. Bahan Utama
·
3 liter beras,kemudian cuci hingga bersih
·
1/4 liter santan kental
2.4.2. Bahan Bumbu, Pelengkap, Dan Hiasan
·
1 sdm kunyit,lalu parut,
kemudian juga rebus dalam air sebanyak 50 cc air,saring hingga keluar dari
ampasnya
·
2 lembar daun pandan, lalu
bentuk menjadi simpul
·
1 sereh memarkan
·
3 lembar daun salam
·
Garam secukupnya (biasanya 1
sendok makan)
· Perkedel
· Dendeng Sapi
·
Tumis Tempe
·
Telur dadar yang diiris
·
Kacang Panjang
·
Tomat
·
Wortel bentuk bunga di rebus
·
Cabe merah
·
Daun Pisang
·
Mentimun
2.4.3. Cara Mengolah
· Langkah pertama santan dan juga kunyit
disatukan bersamaan dengan daun pandan, daun salam , sereh dan juga berikan
garam kemudian didihkan
· Dilanjutkan dengan mengukus beras menjadi
setengah matang,kukus di dalam panci
· Kemudian tuangkan santan yang sudah
mendidih hingga menyerap di dalam beras yang sudah di kukus
· Diaduk , kemudian kukus kembali hingga
matang.
· Sedangkan untuk menghias nasi tumpeng
kuning dapat disesuaikan dengan selera anda,begitupula dengan tambahan lauk
pauk dan sayuran dalam penyajian.
2.4.4. Cara
Melihat Kualitas Tumpeng Yang Baik
Ketika membeli kelapa
perlu diperhatikan untuk menentukan keperluannya terlebih dahulu. Untuk membuat
taburan kue tentu tipe santannya berbeda dengan membuat rendang, atau untuk
resep kolak dengan santan tentu berbeda dengan santan untuk nasi tumpeng tujuh
belasan, atau tumpeng ulang tahun, dst. Dari situ kita dapat menentukan santan
dari buah kelapa yang seperti apa dan bagaimana. Apakah buah kelapa yang
umurnya muda atau tua, kelapa ijo (hijau) atau merah, kelapa dengan kuah santan
yang putih terang atau lebih gelap, atau bahkan mana kelapa yang menghasilkan
minyak lebih banyak, mana yang sedikit dan sebagainya.
Sebagai contoh khusus
buah kelapa yang diambil santannya atau diolah sebagai serundeng atau taburan
kue; sebaiknya dipilih kelapa yang agak muda. Kulitnya masih sangat lunak,
karena kelapa ini rasanya lebih lembut dan manis. Jika ini digunakan sebagai
taburan kue dapat diparut arah memanjang, dan tips cara memilih santan yang
baik dan diambil santannya, parutlah membujur. Lalu kupas kelapa tersebut agar
menghasilkan santan dengan warna yang lebih putih. Terakhir, parut dan peras
kelapa sesaat akan dipakai. Meskipun sangan tidak direkomendasikan, Anda tetap
bisa menyimpan santan tersebut di kulkas, tapi memang sebaiknya langsung
dipakai agar aromanya segar dan masih gurih. Saat memilih kelapa untuk santan
sebaiknya pilih kelapa yang tua, berdaging tebal, keras jika ditekan dan terasa
berat jika diangkat dalam keadaaun utuh. Kelapa seperti ini akan menghasilkan
santan yang lebih banyak dan baik
Aroma atau bau kelapa
juga berpengaruh terhadap hasil santan yang akan digunakan. Jangan pilih yang
berbau tengik pada kelapa karena kualitas daging buahnya tidak baik untuk
diolah sebagai santan. Saat membeli kelapa, Anda bisa mencium terlebih dahulu
permukaan kelapa. Aroma dalam buah kelapa yang baik adalah segar, dan tercium
gurih khas buah kelapa, bukan bau atau rasa asam maupun tengik
3. Makna
Simbolis Nasi tumpeng
3.1. Makna Bentuk Nasi Tumpeng
Nasi berbentuk gunungan atau kerucut itu sarat
akan makna, lebih-lebih makna spiritual. Gunung dalam banyak tradisi dan
kepercayaan, termasuk Jawa, sering diidentikkan sebagai tempat yang maha
tinggi, tempat penguasa alam bertahta, dan tempat kemuliaan Allah. Sudah sejak
lama kepercayaan ini muncul, misalnya; gunung Sinai, gunung Tabor, Pusuk Buhit,
gunung Merapi, dan sebagainya. Asal-muasal bentuk tumpeng ini ada dalam
mitologi Hindu dalam Epos (cerita) Mahabarata. Meski kini mayoritas orang Jawa
adalah muslim atau islam, namun masih banyak tradisi masyarakat yang berpijak
pada akar-akar agama Hindu, sebab Hindu lebih dulu masuk ke wilyah Jawa, baru
agama-agama lain kemudian.
Dalam refleksi selanjutnya, bagi
orang Jawa, gunung merupakan tempat yang sakral karena diyakini memiliki kaitan yang erat dengan
langit dan surga. Bentuk tumpeng yang seperti gunung dalam tradisi Jawa
memiliki makna mau menempatkan Allah pada posisi puncak, tertinggi, yang
menguasai alam dan manusia. Bentuk ini juga mau menggambarkan bahwa Allah itu
awal dan akhir, orang Jawa biasa menyebut-Nya dengan Sang Sangkan Paraning Dumadi artinya bahwa Allah adalah asal segala
ciptaan dan tujuan akhir dari segala ciptaan. Tumpeng yang digunakan sebagai
simbolisai dari sifat alam dan manusia yang berasal dari Tuhan dan akan kembali
kepada-Nya. Bentuk tumpeng juga seperti
tangan terkatup, sama seperti saat seseorang menyembah. Hal ini juga mau
menggambarkan bahwa Allah patut disembah dan dimuliakan. Bentuk menggunung nasi
tumpeng juga dipercaya mengandung harapan agar hidup kita semakin naik dan
beroleh kesejahteraan yang tinggi.
Dalam tradisi selametan orang Jawa,
puncak acara adalah pemotongan bagian atas dari nasi tumpeng. Pemotongan ini
biasanya dilakukan oleh orang yang paling dituakan atau dihormati. Hal ini mau
mengatakan bahwa masyarakat Jawa masih memegang teguh nilai-nilai kekeluargaan
dan memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati. Sesanti (pepatah)
Jawa mengatakan “Mikul dhuwur mendhem
jero”. Mikul dhuwur artinya
memikul setingi-tingginya dan mendhem
jero artinya menanan dalam-dalam.
Arti pepatah ini adalah menghormati orang tua setinggi-tingginya dan menghargai
sebaik-baiknya atau menghargai sedalam-dalamnya terhadap orang lain.
Setelah itu, nasi tumpeng disantap bersama-sama. Upacara potong tumpeng ini
melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup
mengenai kebersamaan dan kerukunan. Ada sesanti (pepatah) yang tidak asing bagi
kita yaitu: mangan ora mangan waton
kumpul (makan tidak makan yang penting kumpul). Hal ini tidak berarti meski
serba kekurangan yang penting tetap berkumpul dengan sanak saudara. Pengertian
sesanti tersebut yang seharusnya adalah mengutamakan semangat kebersamaan dalam
rumah tangga, perlindungan orang tua terhadap anak-anaknya, dan kecintaan
kepada keluarga. Di mana pun orang berada, meski harus merantau, haruslah tetap
mengingat kepada keluarganya dan menjaga tali silaturahmi dengan sanak
saudaranya.
3.2. Makna Dibalik Warna Tumpeng
Selain dari
bentuk, kita juga bisa melihat makna tumpeng dibalik warna nasi tumpeng. Ada dua warna dominan nasi tumpeng yaitu putih dan kuning. Bila kita
kembali pada pengaruh ajaran Hindu yang masih sangat kental di Jawa, warna
putih diasosiasikan dengan Indra, Dewa Matahari. Matahari adalah sumber
kehidupan yang cahayanya berwarna putih. Selain itu warna putih di banyak agama
melambangkan kesucian. Warna kuning seperti emas melambangkan rezeki,
kelimpahan, kemakmuran.
4. Makna Simbolik Kompnen dalam Tumpeng
4.1. Sayuran
Sayuran
merupakan jenis menu yang umum dipilih yang dapat mewakili tumbuhan darat.
Jenis sayurnya tidak dipilih begitu saja karena tiap sayur juga mengandung
perlambang tertentu. Sayuran yang umum ada adalah:
Urap merupakan kelapa parut yang dibumbui untuk campuran sayur-sayuran yang
direbus. Kata urap senada dengan urip
atau hidup, artinya mampu menghidupi
atau mampu menafkahi keluarga. Urip
berarti juga sumber kehidupan. Sayuran merupakan pralambang dari alam semesta
yang memberi kehidupan bagi manusia.
b. Kangkung
Sayur ini bisa tumbuh di air dan di darat, begitu juga yang diharapkan pada manusia semoga sanggup hidup di mana saja dan dalam kondisi apa pun, teguh, ulet dan pantang menyerah. Kangkung sama dengan jinangkung (terwujud/tercapai) yang berarti mengandung harapan agar apa yang menjadi cira-cita bisa tercapai.
Sayur ini bisa tumbuh di air dan di darat, begitu juga yang diharapkan pada manusia semoga sanggup hidup di mana saja dan dalam kondisi apa pun, teguh, ulet dan pantang menyerah. Kangkung sama dengan jinangkung (terwujud/tercapai) yang berarti mengandung harapan agar apa yang menjadi cira-cita bisa tercapai.
Bayam mempunyai warna hijau muda
yang menyejukkan dan bentuk daunnya sederhana tidak banyak lekukan. Sayur ini
melambangkan kehidupan yang ayem tenterem (aman dan damai), tidak banyak
konflik seperti sederhananya bentuk daun dan sejuknya warna hijau pada sayur
bayam.
d. Kacang Panjang
Kacang panjang
harus hadir utuh, tanpa dipotong. Maksudnya agar manusia hendaknya selalu
berpikir panjang sebelum bertindak. Selain itu kacang panjang juga melambangkan
umur panjang.
4.2. Lauk-Pauk
b. Ikan Teri
Jenis ikan ini hidup di laut dan selalu hidup bergerombol. Ikan teri
dimaksudkan sebagai simbol kebersamaan dan simbol kerukuan. Biasanya dalam
sajian nasi tumpung ikan ini digoreng dengan tepung, dibuat seperti rempeyek.
Ikan bergeombol dan tidak terpisah-pisah.
c. Telur
5. Jenis-Jenis
Tumpeng
Tumpeng ini untuk syukuran kehamilan di usia tujuhbulan. Diatas tampah yang
dialasi dengan daun, Tupeng nasi putih diletakkan di tengah dan dikelilingi
oleh enam Tupeng kecil-kecil.Selain nasi telor rebus, sayuran dan lauk yang
lain menyertai. Biasa disajikan di atas
tampah yang dialasi daun pisang batu.
5.2. Tumpeng
Robyong
5.3. Tumpeng
Nasi Kuning
Isinya tak beda jauh dengan ketentuan Tumpeng pada umumnya, tetapi biasanya
ditambahkan perkedel, kering-keringan, abon, irisan ketimun, dan dadar rawis.
Warna
kuning mengandung arti kekayaan dan moral yang
luhur, oleh karenanya Tumpeng ini biasa digunakan untuk acara kebahagiaan
seperti kelahiran, ulang tahun, khitanan, pertunangan, perkawinan, syukuran dan
upacara tolak bala.
5.4. Tumpeng
Pungkur
5.5. Tumpeng
Putih
5.6. Tumpeng
Seremonial atau Tumpeng Modifikasi
6. Kesimpulan
Melihat
hubungan antara makna dibalik bentuk tumpeng dan warna nasi tumpeng,
keseluruhan makna dari tumpeng ini adalah pengakuan akan adanya kuasa yang
lebih besar dari manusia (Tuhan), yang menguasai alam dan aspek kehidupan
manusia, yang menentukan awal dan akhir, Wujud nyata dari pengakuan ini adalah sikap
penyembahan terhadap Sang Kuasa dimana rasa syukur, pengharapan dan doa
dilayangkan kepadaNya supaya hidup semakin baik, menanjak naik dan tinggi
seperti halnya bentuk kemuncak tumpeng itu sendiri.. Jadi tumpeng mengandung
makna religius yang dalam sehingga kehadirannya menjadi sakral dalam
upacara-upacara syukuran atau selamatan.
7. Pesan & Kesan
Kevin : Kami dapat mengerti
berbagai macam bahan pangan yang digunakan dalam makanan, disertai juga dari
komposisi – komposisi yang ada dalam bahan pangan tersebut hingga pemrosesan
yang tepat menjadi matang
Della : Dengan adanya mata
kuliah ini, membantu saya untuk mengetahui secara detail bahan – bahan karena
setelah saya sadari banyak bahan pangan yang tidak saya kenal atau bahkan tidak
pernah saya lihat. Mata kuliah ini juga mengajarkan kita untuk mengolah bahan
pangan tersebut menjadi bahan pangan yang siap digunakan. Saya berpesan apabila
dalam mata kuliah lebih baik jangan digunakan sistem belajar kelompok, karena
pemahaman materi menjadi tidak maksimal. Akan lebih maksimal apabila dosen
menjelaskan secara langsung materinya.
Billy : Dalam mata kuliah ini,
saya semakin mengetahui ciri bahan makanan dengan kualitas yang baik dan buruk
serta dapat mengetahui kandungan – kandungan apa saja yang terdapat pada bahan
makanan. Pesan saya agar proses presentasi di dalam kelas dapat menjadi lebih
menyenangkan dan tidak membuat mahasiswa menjadi terlalu tegang dalam
memperhatikan dan juga untuk sekarang ini metode penyampaian bahan dalam bentuk
kelompok belum begitu efektif, hal ini bisa disebabkan karena mahasiswa sendiri
yang belum mengetahui cara menjelaskan yang baik kepada teman satu kelompoknya.
Excel : Dari mata kuliah ini saya
mendapatkan banyak hal. Mulai dari jenis – jenis bahan pangan yang biasa dan
tidak biasa untuk diolah, nilai gizi dan manfaat, dan yang lebih penting adalah
cara mengolah bahan pangan tersebut. Dengan telah diajarkan mata kuliah ini,
dalam mengolah bahan pangan menjadi tidak sembarangan dan memiliki tiap
prosedur yang berbeda – beda dalam tiap bahan yang berbeda dalam pengolahannya.
Yovita : Saya bisa mengetahui
manfaat suatu bahan pangan, karakteristik, serta zat – zat berbahaya yang
terkandung dalam bahan pangan sehingga kita bisa lebih berhati – hati saat
mengolahnya. Menurut saya, pembelajaran kelompok kurang efektif karena sumber
informasi yang didapat dari mahasiswa belum tentu akurat seperti yang didapat
oleh dosen.