Disusun oleh :
Priscella
Chrisanty H. 16.I1.0142
Giovani Dita C. 16.I1.0145
Suryana 16.I1.0161
Catharina
Santi P. 16.I1.0191
Nengah
Widha R. 16.I1.0201
A.
Pengenalan
Gula Kelapa
Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan
dari penguapan nira pohon kelapa (Cocos nucifera Linn). Gula kelapa atau dalam
perdagangan dikenal sebagai “gula jawa” atau “gula merah”, biasanya dijual
dalam bentuk setengah mangkok. Bentuk demikian ini dihasilkan dari cetakan yang
digunakan berupa setengah tempurung kelapa (bathok).
B.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
L.
C.
Proses Pembuatan
Proses
pembuatan gula merah pada prinsipnya adalah proses penguapan atau pemekatan
nira. Tahap-tahap proses pembuatan gula kelapa meliputi:
·
Pengumpulan Nira
Nira
hasil sadapan dikumpulkan dalam ember, lalu sesegera mungkin dimasak untuk
mencegah terbentuknya asam. Sisa pengawet yang mengumpul di ujung pongkor tidak
diikutkan karena akan menghasilkan warna gula yang kurang baik.
·
Penyaringan
Sebelum
dimasak, nira disaring terlebih dahulu untuk membuang kotoran-kotoran berupa
bunga kelapa, lebah dan semut. Penyaringan ini menggunakan kain saring yang
bersih.
·
Pemasakan
Dilakukan
pemasakan nira pada suhu 1100C. pada saat mulai mendidih, kotoran
halus akan terapung ke permukaan bersama-sama buih nira. Pendidihan selanjutnya
akan menimbulkan busa nira yang meluap-luap berwarna coklat kekunging-kuningan.
Bila nira sudah mengental, api dikecilkan dan pekatan
nira tetap diaduk-aduk. Untuk mengetahui bahwa nira tersebut sudah masak atau
belum, dilakukan pengujian kekentalan yaitu dengan cara menteskan pekatan nira
ke dalam air dingin. Bila tetasan tadi menjadi keras, pemasakan sudah cukup dan
wajan segera diangkat dari tunggu. Waktu yang diperlukan
untuk memasak 25-30 liter nira kira-kira 4-5 jam.
·
Pendinginan
Untuk
mempercepat proses pendinginan, pekatan nira dilakukan pengadukan. Pengadukan
dilakukan sampai suhunya turun menjadi sekitar 700C. pengadukan ini
juga akan menyebabkan tekstur dan warna gula yang dihasilkan lebih baik dan
cepat kering.
·
Pencetakan
Segera
setelah suhu pekatan nira telah turun menjadi sekitar 700C, maka dilakukan
pencetakan. Pekatan nira dituangkan ke dalam cetakan bambu yang sebelumnya
telah direndam dan dibasahi dengan air untuk mempermudah pelepasan setelah gula
menjadi kering. Pelepasan gula dilakukan setelah gula mencapai suhu kamar.
D.
Kandungan
Gizi
Komposisi nira dari suatu jenis
tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu antara lain varietas tanaman, umur
tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan, dan pengairan.
Demikian pula setiap jenis tanaman mempunyai komposisi nira yang berlainan dan
umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain, dan bahan
anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang terbesar yaitu antara 75 – 90
%. Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar berkisar antara 12,30 –
17,40 %. Gula reduksi antara 0,50 – 1,00 % dan sisanya merupakan senyawa
organik serta anorganik.
Gula reduksi dapat terdiri dari
heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah yang rendah sekali.
Bahan organik terdiri dari karbohidrat (tidak termasuk gula), protein, asam
organik, asam amino, zat warna, dan lemak. Bahan anorganik terdiri dari garam
mineral.
Dibawah ini terdapat tabel
tentang komposisi kimia nira kelapa :
Tabel 1. Komposisi Kimia Nira
Kelapa
No
|
Komposisi bahan
|
Kadar kandungan (g/100 ml)
|
1
|
padatan
|
15,20-19,20
|
2
|
sakarosa
|
12,30 -17,40
|
3
|
abu
|
0,11-0,41
|
4
|
Protein
|
0,23-0,32
|
5
|
Vitamin
|
16,00-30,00
|
6
|
Berat jenis pada 29 C
|
1,058- 1,077
|
Nira kelapa yang digunakan
untuk gula harus memiliki kualitas yang baik. Nira yang kurang baik mudah
menjadi basi (lumer), aroma dan rasanya kecut, dan akan menghasilkan gula
kelapa yang mudah lengket. Sedangkan nira kelapa yang berkualitas baik dan masih
segar mempunyai rasa manis, berbau harum, tidak berwarna (bening), derajad
keasaman (pH) berkisar 6-7, dan kandungan gula reduksinya relatif rendah.
Tabel 2. Komposisi zat gizi
gula kelapa per 100 gram bahan
No
|
Zat Gizi
|
Jumlah
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Kalori
Karbohidrat
Lemak
Protein
Kalsium
Fosfor
Air
|
386kal
76gr
10gr
3gr
76mgr
37mgr
10 gr
|
E.
Kualitas
Gula Kelapa
Gula kelapa merupakan produk
agroindustri yang banyak digunakan oleh masyarakat. Gula merah kelapa
diproduksi secara tradisional dengan skala rumah tangga. Pada pembuatan gula
merah kelapa belum ditetapkan standar prosedur operasional, sehingga produk
yang dihasilkan beragam dari warna, bentuk, mutu serta masa simpan gula merah.
Gula kelapa dapat mengalami penurunan
mutu produk, oleh karena itu diperlukan pengendalian mutu gula kelapa dengan
mengacu pada standar mutu gula kelapa. Standar Nasional Indonesia untuk gula
merah telah ditetapkan yaitu SNI 01-3743-1995
Karakteristik
|
Persyaratan
|
Kenampakan:
·
Bentuk
·
Warna
·
Rasa dan aroma
|
Padatan Normal
Kuning kecoklatan sampai coklat
Khas
|
Kadar sukrosa
|
Minimal 77%
|
Kadar gula reduksi
|
Maksimal 10%
|
Kadar air
|
Maksimal 10%
|
Kadar abu
|
Maksimal 2%
|
Bagian yang tidak larut air
|
Maksimal 1%
|
Kadar sulfur dioksida
|
200ppm
|
Pemanis buatan
|
Tidak ada
|
Mutu gula kelapa dibagi dalam :
Mutu Super, adalah gula kelapa yang keras dan berwarna cerah/ coklat kekuning-kuningan.
Mutu A, adalah gula kelapa yang keras dan berwarna ke-coklat-coklatan.
Mutu B, adalah gula kelapa yang agak lembek, berwarna coklat kehitam-hitaman.
Kerusakan Gula Kelapa
Gula bersifat mudah menarik air (higrokopis) karena mengandung gula reduksi yang tinggi (± 10%) sehingga menyebabkan gula relatif tidak dapat bertahan lama. Kerusakan pada gula kelapa dapat terjadi karena menyerap uap air dari lingkungan. Peningkatan kadar air selama penyimpanan menyebabkan gula menjadi berair dalam waktu 2-4 minggu, hal ini menurunkan mutu dan penerimaan konsumen (Santoso, 1993; Sudiyanti, 2004).
Mutu nira yang tidak baik bila diproses tidak dapat mengkristal dengan baik dan produknya disebut gula merah bermutu rendah. Rendahnya mutu nira atau rusaknya nira dapat disebabkan oleh lamanya penyadapan atau pengambilan nira.
Proses penyadapan membutuhkan waktu yang lama, nira kelapa mudah mengalami fermentasi karena mengandung sukrosa yang tinggi. Setelah proses penyadapan, nira kelapa harus langsung diolah karena akan terjadi kerusakan jika tidak langsung diolah yang ditandai dengan warna nira menjadi keruh dan kekuning-kuningan, rasa asam dan bau yang menyengat. Kerusakan ini terjadi
karena pemecahan sukrosa menjadi gula reduksi, proses pemecahan ini terjadi karena rendahnya pH nira (Santoso, 1993; Aryati, 2005). Mikroba yang berperan dalam proses hidrolisis sukrosa menjadi gula reduksi adalah golongan khamir dan bakteri. Jenis khamir yang dominan mencemari nira adalah Saccharomyces cereviceae, sedangkan jenis bakteri yang dominan adalah Leuconostoc mesenteroides dan Lactobacillus plantarum (Martoyo, 1989).
Pemanfaatan Gula Kelapa
1) Mengandung inulin yang rendah kalori. Juga tidak mempengaruhi glukosa serum dan tidak merangsang sekresi insulin maupun glukogen. Karena cara kerjanya dua kali lebih lambat penyerapannya dalam gula darah. Sehingga aman untuk penderita diabetes
2) Mempunyai khasiat seperti madu
3) Gula aren terasa manis dan lembut sehingga sering digunakan di dalam minuman.. Berbeda dengan gula kelapa yang terasa manis-manis gurih dan biasanya dipakai untuk bumbu masakan
Daftar Pustaka
Anonymous, 2004, Gula Kelapa, at internet: http://www.kawasan.or.id
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/06/gula-kelapa/
http://digilib.unila.ac.id/5193/14/BAB%20II.pdf
Issoesetiyo, Totok Sudarto. 2001. Gula Kelapa Produk Industri Hilir Sepanjang Masa. Arkola. Surabaya
Sanatoso, Hieronymus Budi, 1993. Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius. Yogyakarta
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSeperti yang kita ketahui, di pasar-pasar tradisional banyak dijual gula merah yang jika diperhatikan secara sekilas dari segi fisiknya mempunyai kualitas yang sama dan masih layak pakai. Bagaimana cara kita membedakan gula merah yang masih layak pakai dan yang tidak layak pakai di pasar-pasar tradisional tersebut?
ReplyDeleteFabianus Bintang 16.I1.0151