1. Tanaman
Mangga
Mangga atau Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari
India. Mangga pertama kali ditemukan oleh Alexander Agung di lembah Indus,
India.Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau man-kay.
Dari India, sekitar abad ke-4 SM, tanaman mangga menyebar ke berbagai negara,
yakni melalui pedagang India yang berkelana ke timur sampai ke Semenanjung
Malaysia. Pada tahun 1400 dan 1450,
mangga mulai ditanam di kepulauan Sulu dan Mindanau, Filipina, di pulau Lizon
sekitar tahun 1600, dan di kepulauan Maluku pada tahun 1665 (Pracaya, 2011)
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) memiliki bagian
yang terdiri dari akar, batang, bunga, daun, dan buah. Tanaman mangga merupakan
tanaman berumah satu, karena bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri
di mana tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon mangga itu
sendiri. Kulit ari atau epdermis merupakan lapisan kulit yang amat tipis dari
batang tanaman mangga yang masih muda. Apabila pohon bertambah tua, lapisan
kulit tersebut akan dirubah menjadi lapisan gabus dan lapisan ini tidak akan
bertumbuh kembali, melainkan akan mengalami pemecahan. Hal tersebut disebabkan
pada bagian sebelah dalam kulit muncul lapisan gabus yang baru. Di dalam
lapisan kayu tanaman mangga terdapat pembuluh kayu yang memiliki fungsi utuk
membawa zat makanan dari akar ke atas. Di dalam lapisan kulit tanaman mangga
terdapat pembulih lapisan yang berfungsi untuk membawa zat makanan dari daun ke
tempat lain (Rohmaningtas, 2010).
Menurut
Rohmaningtyas (2010) mengatakan bahwa bunga
mangga terdiri dari dasar bunga, daun bunga, kelopak, benang sari dan kepala
putik. Bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung merupakan bunga mangga yang
tumbuh dalam keadaan normal. Tunas yang bukan berasal dari tunas ujung tidak
menghasilkan bunga, melainkan menghasilkan ranting daun. Daun tanaman mangga
dibagi menjadi bagian yaitu badan daun dan tangkai daun. Daun tanaman mangga
diselimuti oelh kulit tipis yang tidak mudah terlihat dengan mata telanjang
yang disebut kulit ari. Terdapat mulut daun atau stomata pada kulit ari.
Daun mangga memiliki panjang
keseluruhan berkisar 8,47 hingga 23,82 cm, lebar daun berkisar 3,22 hingga 6,04
cm dan luas daun berkisar 30,20 hingga 101,10 cm2 (Nilasari et al., 2013). Buah mangga terdiri dari
tiga bagian yaitu kulit, daging, dan biji. Kulit buah mangga memiliki bobot
antara 11-18%, biji 14-22% serta daging buah yang memiliki bobot antara 60-75%
dari berat buah. Komponen utama dari buah mangga adalah karbohidrat (dalam
bentuk gula), vitamin (seperti vitamin C, B, dan A), dan air. Vitamin C pada buah mangga berkisar 13 mg
hingga 80 mg/100 g berat tergantung pada varietasnya. Komoponen lain dari buah
mangga adalah protein, mineral, berbagai macam asam, zat warna, tannin serta
zat-zazt volatile (ester) yang memberikan bau khas yang harum (Safitri,
2012).
1.1 Klasifikasi Mangga
Klasifiasi dari tamanan mangga adalah
sebagai berikut :
Divisi :
Spermatophya
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Family :
Anarcadiaceae
Genus :
Mangifera
Spesies :
Magifera spp
Pengelompokan mangga disusun berdasarkan
sifat ciri yaitu antara lain bentuk buah, warna kulit buah muda, warna kulit
buah masak, ukuran buah, warna daging buah masak, serat, bintik buah, letak
tanggai, bentuk pangkal buah, bentuk pucuk buah, lekukan ujung buah, bentuk
paruh buah, bentuk pelok, ketebalan daging buah, kadar air buah dan aroma buah
(Kusumo et al., 1975).
Di Indonesia sediri, buah mangga memiliki
beraneka macam bentuk rupa, rasa dan nama yang dijumpai di pasaran. Beragam
bentuk dari yang bulat hingga lonjong serta variasi bobot buah mangga. Variasi
buah mangga berkisar antara 0,1 – 3 kg. Bentuk ujung buah mangga yaitu,
berparuh, berlekuk dalam, berlekuk dangkal maupun datar. Letak tangkai buah di
tengah pangkal dan miring ke atas. Jenis mangga di Indonesia juga banyak,
seperti Mangga Madu, Mangga Manalagi, Mangga Arumanis, Mangga Gedong dan masih
banyak lagi.
1.2.
Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Mangga
Komponen daging buah mangga yang paling
banyak adalah air dan karbohidrat. Selain itu juga mengandung protein, lemak,
macam-macam asam, vitamin, mineral, tanin, zat warna, dan zat yang mudah
menguap sehingga menciptakan aroma harum khas buah mangga.
Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari
gula sederhana, tepung, dan selulosa. Gula sederhananya berupa sukrosa, glukosa,
dan fruktosa yang memberikan rasa manis dan bermanfaat bagi pemulihan tenaga
pada tubuh manusia. Selain gula, rasa dan karakteristik buah mangga juga
dipengaruhi oleh tanin dan campuran asam. Tanin pada buah mangga menyebabkan
rasa kelat dan terkadang pahit. Tanin juga menyebabkan buah mangga menjadi
hitam setelah diiris. Sementara itu, rasa asam pada buah mangga disebabkan oleh
adanya asam sitrat (0,13-0,17%) dan vitamin C (Pracaya, 2011).
1.3. Kualitas berdasarkan SNI
No
|
Jenis Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
Mutu 1
|
Mutu 2
|
1.
|
Keasaman sifat varietas
|
-
|
Seragam
|
Seragam
|
2.
|
Tingkat ketuaan
|
-
|
Tua, tapi tidak terlalu matang
|
Tua, tapi tidak terlalu matang
|
3.
|
Kekerasan
|
-
|
Keras
|
Cukup keras
|
4.
|
Ukuran
|
-
|
Seragam
|
Kurang seragam
|
5.
|
Kerusakan (jumlah/jumlah
|
-
|
Maks 5
|
Maks 10
|
6.
|
Kotoran (%)
|
-
|
Bebas
|
Bebas
|
7.
|
Busuk (jumlah/jumlah)
|
-
|
Maks 1
|
Maks 2
|
Sumber : SNI
01-3164-1992
1.4. Karakteristik Fisiologi Buah Mangga
Karakteristik fisiologi buah mangga,
adalah sebagai berikut :
a. Buah mangga merupakan buah yang tergolong
dalam kelompok buah klimaterik, ditandai dengan adanya peningkatan jumlah CO2
yang mendadak serta dihasilkan sebelum pematangan terjadi. Kondisi ini dapat
terjadi ketika buah mangga masih terdapat di pohon atau telah buah mangga
dipanen. Laju respirasi mangga akan semakin meningkat sampai mencapai puncak
klimaterik dan segara menurut setelah mencapai puncak klimaterik.
b. Aktivitas fisiologi yang tinggi pada
mangga menyebabkan perlu banyak sumber energi untuk mendukung aktivitas sel
yang tinggi. Hidrolisis pati sudah mulai aktif, tetapi prosesnya belum selesai
hingga buah mencapai puncak klimaterik. Kematangan buah yang siap di konsumsi
pada kondisi segar, baru akan terjadi beberpa hari setelah buah mencapai puncak
aktivitas biologisnya.
c. Parameter lain yang dipakai untuk
mengamati perubahan fisiologis buah yaitu produksi gas etilen. Etilen yaitu
senyawa kimia yang secara alami diproduksi oleh buah dan hormon yang dapat
mempercepat kebenyaian produk. Umumnya, buah – buahan mempunyai laju produksi
gas etilen yang sejalan dengan laju respirasi (Sabari, 1989).
2. Perubahan
Kualitas Setelah Panen
Buah mangga tergolong buah klimaterik yang
merupakan buah yang mempunyai pola
respirasi dengan diawali peningkatan secara lambat, selanjutnya meningkat dan
menurun kembali setelah mencapai puncak. Buah klimaterik dipanen ketika
mencapai pertumbuhan maksimum atau mature,
tetapi belum matang atau uripe.
Pematangan buah klimaterik dapat dipercepat pematangannya dengan melalui
pemeraman. Proses pematangan buah klimaterik masih akan tetap berlangsung
setelah buah dipanen atau dipetik dari pohon. Kerusakan pasca panen timbul
ketika produk dalam proses transportasi
a.
Faktor eksternal antara lain benturan,
tekanan selama pemanenan, dan penanganan setelah panen, serta gesekan antar
buah maupun gesekan buah dengan dinding kemasan yang berlangsung selama proses
transportasi
b.
Faktor internal antara lain laju respirasi
dan produksi etilen, dimana buah mangga termasuk dalam buah klimakterik
(Sjaifullah, 1996).
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak
jenuh (C2H4) pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen dapat memenuhi persyaratan
sebagai hormon karena dapat mempengaruhi suatu proses fisiologi tanaman,
dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam tanaman dan merupakan senyawa
organik. (Wills dkk, 1989). Etilen mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan
pada kualitas dari buah-buahan segar. Karena produksi etilen distimulasi oleh
perlakuan-perlakuan secara fisik yang digunakan dalam pemprosesan sehingga
perlu untuk menghilangkan etilen dalam lingkungan penyimpanan untuk
meningkatkan umur simpan dari buah mangga segar (Eduardo V, et al, 2007).
Etilen sudah diketahui sejak tahun 1934 sebagai hormon yang aktif dalam
pematangan buah (Gane, 1934; Chocker dkk, 1935 dalam Kartasaputra, 1989). Peranan
suhu penyimpanan bagi komoditas hortikultura khususnya di daerah tropis sangat
besar karena hal itu akan mempengaruhi kerusakan pasca panen
Total
kehilangan hasil pada buah manga akibat penanganan pasca panen yang kurang
tepat diperkirakan mencapai 30% (Setyadjit dan Sjaifullah, 1992). Kehilangan
hasil disebabkan oleh penanganan yang kurang baik atau terjadinya proses
respirasi, transpirasi dan perubahan fisik lain selama penyimpanan yang
menyebabkan mutu buah berangsur-angsur menurun (Pantastico,1993). Pengendalian
suhu dapat mengendalikan kematangan buah, kelayuan, mencegah kerusakan oleh
mikrobia serta perubahan tekstur komoditi yang disimpan. Penurunan suhu dapat
menurunkan laju respirasi, laju transpirasi maupun proses oksidasi kimia
sehingga pendinginan dianggap merupakan cara ekonomis untuk penyimpanan jangka
panjang bagi buahbuahan dan sayuran (Buckle dkk. 1987 dalam Priyanto,1988). Dalam mencegah kerusakan maka umur
simpan buah sangat dipengaruhi oleh laju respirasi. Laju respirasi dapat
dikendalikan antara lain dengan memanipulasi kandungan gas O2 atau CO2 dalam
kemasan atau ruang penyimpanan. Dengan menurunkan konsentrasi O2 atau
meningkatkan konsentrasi CO2, maka laju respirasi dapat diperlambat sehingga
umur simpan dapat diperpanjang.
Di Jawa Tengah produksi buah mangga tinggi
namun belum termanfaatkan secara maksimal. Oleh sebab itu, dengan angka
tersebut menunjukan bahwa buah mangga masih sangat besar untuk dijadikan bahan
olahan pangan (Fitmawati et al.,
2009). Berbagai olahan bahan dasar mangga
yang dapat diolah sari buah mangga, keripik mangga, manisan, bolukue mangga dan
lain sebagainya. Buah mangga dapat menjadi produk potensial
khususnya bagi para pelaku industri di bidang pangan. Penggolahan mangga dapat
dijadikan pasta buah. Proses penggolahan pasta mangga menggunakan jenis mangga
Podang Urang. Di dalam proses pengolahan tersebut digunakan dekstrin, karena
dekstrin mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, kental dan lebih
stabil daripada pati (Kumalaningsih et.al.,
2004). Pasta buah merupakan produk intermediate
(produk antara) yang dapat digunakan secara luas pada industri makanan dan
minuman. Oleh karena itu, produk ini dapat mempercepat perkembangan pangan
fungsional (Mayasari, 2009).
Pemanfaatan mangga
yang lain adalah yoghurt drink. Yoghurt drink merupakan jenis yoghurt yang bertekstur encer dan dapat
langsung diminum, seperti susu segar (Astawan, 2008). Pemanfaatan ini dapat
menjadi salah satu cara divertifikasi youghurt
drink dan untuk meningkatkan kualitas yoghurt
drimk. Monosakarida di dalam ekstrak
buah mangga sebagai perisa alami pada yoghurt
drink dapat dimanfaatkan bakteri
asam laktat sebagai sumber karbon untuk membelah diri, maintenance dan menghasilkan produk metabolik yang berupa asam
laktat, akibatnya dapat mempengaruhi total asam, viskositas dan kesukaan dari
orang yang mengkonsumsi. Dengan pemanfatan buah mangga sebagai yoghurt drink dapat dijadikan sebagai
suatu ciptaan dari suatu inovasi produk yoghurt drink yang berkualitas dengan
memanfaatkan buah lokal Jawa Tengah.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2008. Sehat dengan Hidangan
Hewani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Fitmawati.,
A.Hartama dan Bambang S.Purwoko. 2009. Taksonomi Mangga Budidaya Indonesia
dalam Praktik. J. Agrom. Indonesia ; Vol. 37 (2) : 130 - 127.
Kumalaningsih.,
Sri., Suprayogi dan Beni Yudha. 2004. Membuat Makanan Siap Saji. Trubus
Agrisarana Surabaya.
Kusumo,
S., R.Suhendro, S. Purnomo, T. Suminto. 1975. Mangga. Puslitbang.
Hortikultural-Pasarminggu. Departemen Pertanian, Jakarta.
Mayasari,
O. 2009. Pasta Fungsional Dari Buah Tin (Ficus
carica L) Berpotensi Menengah Penyakit Kardiovaskular dan Kanker, Institut
Pertanian Bogor.
Nilasari, A.,
J.B.S. Heddy dan T. Wardiyati. (2013). Identifikasi keragaman morfologi daun
Mangga (Mangifera indica L.) pada
tanaman hasil persilangan antara Verietas Arumanis 143 dengan Podang Urang umur
2 tahun. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1)
: 61-69.
Pracaya.
2011. Bertanam Mangga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rohmaningtyas, D.
(2010). Perbanyakan tanaman mangga dengan teknik okulasi di kebun benih tanaman
pangan dan hortikultura Tejomantri Wonorejo Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Sabari,
1989. Karakteristik Fisik dan Kimia Buah dalam Mangga. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. Jakarta.
Safitri, A.A. (2012). Studi pembuatan fruit
leather mangga-rosella. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Syaifullah,
1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Cetekan Pertama. PT. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Disusun oleh
Margaretha Erica 13.70.0053
Vicky Widia 13.70.0146
Azahra Arum
Nurulchusna 14.I1.0013
Irawati Febriyana 14.I1.0034
Rachel Upeka A 14.I1.0162