KACANG KORO
1.
Deskripsi
Kacang koro merupakan salah satu jenis
kacang - kacangan yang telah lama dikenal di Indonesia. Kacang koro memiliki
beberapa varietas. Menurut Handajani (1993) ada jenis tanaman koro yang
tumbuhnya tegak seperti koro pedang dan koro gude serta jenis tanaman koro yang
tumbuhnya menjalar seperti koro benguk, koro sayur, koro epek, koro kerupuk dan
lainnya. Kacang koro yang paling banyak dibudidayakan yakni kacang koro pedang.
Di Indonesia penyebaran koro pedang
terbesar meliputi wilayah pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Tanaman ini dapat tumbuh subur dan menyebar di daerah tropis. Kacang koro
pedang dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah (mulai 40 m dpl) namun
dapat pula tumbuh pada ketinggian 2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh baik pada
suhu rata –rata 14oC–27oC di lahan tadah hujan atau 12oC
–32oC di daerah tropik dataran rendah (Priyono, 1999).
Menurut
Windrati
et al. (2010),
klasifikasi dari tanaman koro pedang
adalah
Kingdom : Plantae(tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta(berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta
(menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta(berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida
(berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas
: Rosidae
Ordo : Fabales
Familia
: Fabaceae(suku
polong-polongan)
Genus
: Canavalia
Species :Canavalia ensiformis(L.)DC.
2.
Karakteristik Kacang Koro Pedang
Secara botani tanaman koro pedang
dibedakan kedalam dua tipe tanaman (Windrati et al., 2010), yaitu:
a. Koro
pedang yang tumbuh merambat (climbing)
dan berbiji merah (Canavalia gladiata)
(Jack) DC)). Tipe merambat( Canavalia
gladiata) dikenal dengan Swordbean tersebar di Asia Tenggara, India,
Myanmar, Ceylon dan negara-negara Asia Timur. Bentuk tanamannya merambat
dan selalu melilit kearah kanan (berlawanan dengan jarum jam). Akar termasuk
akar tunggang dan batang tumbuh sangat kokoh dan diameter dapat mencapai 5
mm. Panjang kubu (intermode) sekitar 20cm dengan selalu umbuhnya selalu keatas
dan panjang/tinggi mencapai 10 m. Tangkai daun dan pangkal batang berwarnamerah
muda.Panjang polong sekitar 40 cm lebar 5 cm dan warnapolong tua coklat muda,
umur tanaman sampai panen terakhir yaitu 9 .15 bulan. Biji berwarna merah
atau coklat muda. Koro rambat berbiji coklat muda memiliki daun agak sempit dan
kaku di banding tanaman berbiji merah yang memiliki daun lebih lebar dan
kelopak bunga berwarna putih.
b. Koro
pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia
ensiformis (L.) DC.)
Koro pedang tipe tegak/perdu
polongnya dapat menyentuh permukaan tanah sehingga disebut Koro Dongkrak (Jackbean). Bentuk tanaman yang menyerupai perdu batangnya bercabang
pendek dan lebat dengan
jarak percabangan pendek dan perakaran termasuk akar tanggung. Bentuk daun
trifoliat dengan panjang tangkai daun 7-10 cm, lebar daun sekitar 10 cm, tinggi
tanaman dapat mencapai 1 meter. Bunga berwarna
kuning, tumbuh pada ketiak/buku
cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan berbunga mulai umur 2 bulan hingga
umur 3 bulan. Polong dalam satu tangkai
berkisar 1 . 3 polong, tetapi
umumnya 1 polong/tangkai. Panjang polong 30 cmdan lebar 3,5 cm, polong muda
berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Biji berwarna putih dan
tanaman koro dapat dipanen pada 9-12 bulan, namun terdapat varietas berumur
genjah umur 4-6 bulan.
Gambar
1.
Tanaman koro pedang
Biji koro pedang putih
Kacang koro pedang memiliki nilai
gizi yang tinggi dibandingkan dengan kacang-kacang lainnya. Kandungan gizi
kacang koro pedang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Kandungan gizi kacang koro (Udedibie, A.BI.
and C.O. Nkwocha, 2000)
3.
Perubahan
Kualitas Pasca Panen dan Alternatif Pengolahan
Tanaman koro pedang tipe tegak dapat
dipanen pada umur 9-12 bulan, yang ditandai oleh polong tua yang berwarna
kuning jerami. Panen dapat dilakukan sekali atau dua kali, sebab polong
tidak mudah pecah. Sedangkan tanaman koro tipe merambat dapatdipanen pada umur
12-15 bulan. Diketahui bahwa koro pedang memiliki senyawa yang berbahaya
terhadap kesehatan tubuh sehingga koro pedang tidak dapat langsung dikonsumsi.
Koro pedang mengandung senyawa toksik yaitu glukosida sianogen, canavanine,
lecitin dan asam fitat sebagai anti gizi (Windrati et al., 2010),.
Glukosida
sianogen dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Sianida merupakan
racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tidak berbau dan tidak berwarna. Racun
ini akan menghambat sel tubuh untuk mendapatkan suplai oksigen sehingga organ
yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak (Clarissa, 2012). Menurut Eanayake, et
al. (2006), kacang koro pedang memilki kandungan canavanine yang sangat tinggi
(88 – 91 %). Canavanine merupakan suatu senyawa asam amino yang mirip Arginin.
Arginin adalah salah satu dari 20 asam amino yang digunakan oleh organism untuk
menyusun proteinnya. Apabila Canavanine ini dikonsumsi , senyawa ini akan
bergabung ke dalam protein yang biasa ditempati oleh arginin. Canavanine sangat
berbeda dengan arginin, sehingga dapatmengganggu fungsi protein tersebut. Namun
kandungan Canavanine ini dapat dihilangkan dengan cara direndam, dan
dihancurkan /digiling (Ekanayake, 2006).
Kacang koro pedang juga mengandung
lectin, yaitu karbohidrat sederhana yang berikatan dengan protein (Delatorre,
et al., 2008). Senyawa ini dapat menggumpalkan darah. Tetapi pengolahan yang
benar, dengan terlebih dahulu dilakukan perendaman, dapat menghilangkan senyawa
ini. Asam fitat merupakan bentuk penyimpanan fosfor pada leguminosa. Di dalam
biji, fitat merupakan sumber fosfotus dan inositol utama bagi tanaman. Pada
kondisi alami, asam fitat akan membentuk ikatan baik dengan mineral bervalensi
dua (Ca, Mg, Fe), maupun protein menjadi senyawa yang sukar larut. Hal ini
menyebabkan mineral dan protein menjadi senyawa sukar larut sehingga tidak
dapat diserap tubuh. Dengan adanya perlakuan panas, pH, atau perubahan kekuatan
ionik selama pengolahan, dapat mengakibatkan terbentuknya garam fitat yang
sukar larut. Cara yang paling efektif untuk mengurangi kadar asam sianida dan
asam sitat yakni dengan melakukan perendaman, yang sekaligus dapat membantu untuk melunakkan tekstur dari kacang koro tersebut (Delatorre, et
al., 2008). Selain itu menurut
Suciati (2012) dalam Hamzah (2016) untuk mengurangi kadar sianida dapat
dilakukan proses seperti perebusan, pengupasan, pengirisan hingga menjadi
kecil-kecil perendaman dalam air hingga pemasakkan.
4.
Pemanfaatan atau Produk Olahan
Kacang koro
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tempe (Haliza et al., 2010). Akan tetapi kendala dalam
proses pembuatan tempe dari kacang koro yaitu kulit biji yang sulit untuk dikupas
dan perlu proses pemasakaan dan perendaman yang lebih lama dibandingkan dengan
kacang kedelai sebelum diolah menjadi tempe (Sambudi dan Buckle, 1992). Hal ini
dikarenakan biji dari kacang koro lebih keras jika dibandingkan dengan kacang
kedelai (Haliza et al., 2010). Selain
itu menurut penelitian dari Hamzah (2016) kacang korong dapat diolah menjadi
tepung. Kacang koro termasuk kacang-kacangan yang memiliki kandungan protein
yang cukup tinggi, serat yang tinggi dan juga rendah lemak. Kacang koro dapat
bermanfaat dalam menurunkan kolesterol dan menjadi sumber kebutuhan protein
(Gilang et al., 2013).
Selain itu kacang koro pedang dapat
dimanfaatkan tepungnya. Tepung kacang koro pedang termasuk tepung kaya protein
atau protein rich flour (PRF) karena kandungan proteinnya yang cukup besar
yaitu sekitar 37% (Windarayati et al., 2010). Sifat tepung kaya protein
memiliki sifat fungsional yabg baik untuk diaplikasikan pada produk pangan
olahan seperti sosis, cake, dan juga brownies kukus (Nafi' et al., 2013).
Semakin tinggi substitusi tepung kacang koro pedang pada pembuatan brownies
kukus, semakin baik kandungan protein yang dihasilkan. Sehingga kacang koro
memiliki prospek digunakan sebagai bahan pangan untuk meningkatkan nilai gizi
pada pembuatan brownies kukus karena memiliki tepung kaya protein (nafi' et
al., 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Handajani,S.(1993).Analisa
sifat Phisis-Khemis Beberapa Biji Kacang-Kacangan, kekerasan, Kualitas Tanak,
Protein, dan Kandungan Mineralnya.Lembaga penelitian Universitas Sebelas maret
Surakarta.
Gilang, Retna., Dian Rachmawanti Affandi, dan Dwi
Ishartani. (2013). Karakteristik Fisik dan Kimia Tepung Koro Pedang (Canavalia ensiformis) dengan Variasi
Perlakuan Pendahuluan. Jurnal Teknosains Pangan Vol. 2 No. 3.
Haliza, Winda., Endang Y. Purwani dan Ridwan Thahir.
(2010). Pemanfaatan Kacang-Kacangan Lokal Mendukung Diversifikasi Pangan.
Jurbal Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 3 No 3 : 238-245.
Sambudi, S.H.E and K.A. Buckle. 1992. Soaking and boiling
on microstructure of winged bean seeds. p. 503-517. In O.B. Liang, A. Buchanan,
and D. Fardiaz (Eds.). Development of Food Science and Technology in South East
Asia. Proc. the 4th Asean Food Conference 1992. IPB Press, Bogor.
Suciati, A. (2012). Pengaruh Lama Perendaman dan
Fermentasi Terhadap Kandungan HCN pada Tempe Kacang Koro (Canavalia Ensiformis L.). Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin.
Makassar.
Priyono,
C.N.S,Dan E. Savitri. (1999). Pedoman teknis kesesuaian lahan dan jenis-jenis
HTI. Pedoman Teknis. Balai Teknologi Pengelolaan.
Hamzah, Rizal. (2016). Skripsi : Sifat Fungsional Teknis
Tepung Koro dari Berbagai Varietas
Dengan Lama Perendaman. Universitas Jember.
Windrati, W. S.,
Navi, A., dan Augustin, D. (2010). Sifat Nutrisional Protein Rich Flour (PRF)
Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.). Agrotek vol. 4 no 1: 18-26.
Udedibie, A.BI.
and C.O. Nkwocha.(2000). Comparative study of Jack beanand Sword bean as
protein supplements for young broiler chicks. Agric. J., 24:7-11.
Clarissa, M.
(2012). Pembuatan Minuman Sari Koro Pedang (Canavalia ensiformis) putih dengan
Penambahan Jahe dan Coklat. Skripsi Universitas Gajah Mada Jogjakarta
Ekanayake.S. et
al. (2006). Canavanine content in sword beans (Canavalia gladiata): Analysis
and effect of processing Department of Biochemistry, Faculty of Medical
Sciences. Sri Lanka:University of Sri Jayewardenepura, Nugegoda
Delatorre.P. (2008). Structure of a lectin from Canavalia
gladiata seeds: new structural insights for old molecules. Brazil:
1Departamento de Bioquímica e Biologia Molecular, Universidade Federal do
Ceará, Ceará.
Nafi' A., W.S. Windrati, A. Pamungkas dan A. Subagio. 2013.
Tepung kaya protein dari koro komak sebagai bahan pangan fungsional berindeks
glisemik rendah. J. Teknologi dan Industri Pangan. 24 (1): 1-6. DOI:
10.6066/jtip.213.24.1.1
Windaryati, T., Herlina., A. Nafi. 2013. Karakteristik
brownies yang dibuat dari komposit tepung gembolo. Berkala Ilmiah Pertanian
1(2): 25-29.
No comments:
Post a Comment