DESKRIPSI
JAMUR KANCING
Jamur kancing (Agaricus
bisporus) merupakan salah
satu jenis jamur
yang banyak dikonsumsi. Agaricus
bisporus merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir
bulat seperti kancing berwarna
putih bersih, krem atau coklat muda.
Agaricus bisporus merupakan
jamur yang paling
banyak dibudidayakan di dunia. Jamur
ini
dikenal juga dengan sebutan table mushroom,
cultivated mushroom atau button mushroom yang
merupakan kelas edible
mushroom. Budidaya
jamur kancing pertama kali dilakukan di Prancis yakni sekitar tahun 1975. Di
negeri asalnya tersebut jamur ini tumbuh ideal pada suhu 15-17˚C.
Ciri-ciri jamur kancing:
·
Jamur
kancing ini memiliki bentuk bulat yang hampir menyerupai kancing.
·
Berwarna
putih bersih, krem atau coklat muda.
·
Tidak
memiliki klorofil
·
Memiliki
tangkai yang relatif pendek.
·
Memiliki
tudung yang hampir menyerupai kancing.
·
Memiliki
perakaran yang serabut dan juga melekat pada substrat.
Gambar
1. Agaricus bisporus
KLASIFIKASI JAMUR KANCING
Jamur kancing (Agaricus bisporus) termasuk ke
dalam filum Basidiomycota, dimana terdiri dari semua Fungi yang memproduksi spora dalam
bentuk struktur mikroskopik yang biasa dikenal basidia.
Agaricus
bisporus termasuk
ke dalam kelas Homobasidiomycetes, kelompok dari
kelas ini juga didasarkan pada karakteristik
spora yang mikroskopik dan cara pelepasan
spora. Agaricales, merupakan ordo dari Agaricus bisporus dan jamur ini
termasuk ke dalam famili Agaricaceae, dimana
merupakan spesies Agaricus.
Tabel 1. Taxonomic classification of Agaricus bisporus (Braga
et al., 1998).
Kingdom:
|
Fungi
|
Division:
|
Basidiomycota
|
Class:
|
Homobasidiomycetes
|
Order:
|
Agaricales
|
Family:
|
Agaricaceae
|
Genus:
|
Agaricus
|
Species
|
A. bisporus
|
KANDUNGAN NUTRISI JAMUR
KANCING
Agaricus
bisporus atau
“jamur kancing”, merupakan salah satu
jenis jamur tertua di dunia dan sangat populer dalam
diet bangsa Barat. Di dalam masyarakat
bangsa Barat, jamur kancing ini paling populer
dan jamur kancing tersebut secara rutin dikonsumsi dengan
cara menambahkan jamur tersebut kedalam menu
makanan mereka. Selain rasanya yang unik,
mengkonsumsi jamur ini dapat memberikan
manfaat kesehatan dan manfaat nutrisi saat
digunakan sebagai bagian makanan rutin dari diet. Kandungan
nutrisi Agaricus bisporus cukup lengkap yaitu mengandung
protein, karbohidrat, serat dan berbagai macam
vitamin dan mineral (Tabel 1).
Tabel 2. Nilai nutrisi per 100 gram jamur kancing
Sumber:
Valverde et al. (2015); Carneiro et al. (2013); Kalac (2013);
Phan et al. (2012); Reis et al. (2012); Dhamodharan dan Mirunalini
(2010); Jansson dan Kuttin (2004); Mattila et. al.
(2001,
2002).
STRUKTUR JAMUR KANCING
Jamur kancing
memiliki struktur sebagai berikut :
a. Tudung (pileus)
:
bagian yang ditopang oleh stipe dan di bagian bawahnya mengandung bilah-bilah.
Pada jamur muda, pileus dibungkus oleh selaput (vileum universal) dan menjelang
dewasa pembungkus tersebut akan pecah. Pda bagian dalam tudung terdapat bilah yang didalamnya terdapat
basidiospora (spora yang terdapat di dalam basidium).
b. Bilah (lamella/gills)
:
bagian di bawah tudung berbentuk helaian berbilah-bilah.
c. Cincin /
Annulus : bagian yang melingkari tangkai, berbentuk seperti
cincin.
d. Tangkai
tubuh buah (stipe) : massa miselium yang sangat kompak dan
tumbuh tegak.
e. Volva : bagian
sisa pembungkus yang terdapat pada dasar tangkai.
f. Micelial
threads :
serabut-serabut akar untuk melekat pada substrat.
Struktur
jamur kancing dapat dilihat pada gambar dibawah ini
REPRODUKSI
JAMUR KANCING
Jamur kancing adalah salah satu jamur yang termasuk
ke dalam kelompok Basidiomycota. Kelompok Basidiomycota ini adalah kelompok
jamur yang memiliki 25.000 spesies. Nama dari divisio ini diambil dari bentuk
diploid yang terjadi pada siklus hidupnya, yaitu basidium. Basidiomycota hidup
sebagai dekomposer pada kayu atau bagian lain tumbuhan. Basiodiomycota memiliki
tubuh buah (basidiokarp) yang besar sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur
ini ada yang seperti payung, kuping, dan setengah lingkaran. Tubuh buah
Basidiomycota terdiri atas tudung (pileus), bilah (lamella), dan tangkai
(stipe). Reproduksi pada jamur ini terjadi secara aseksual dan secara seksual.
Reproduksi secara aseksual menghasilkan konidia. Reproduksi seksual dimulai dengan bertemunya dua hifa homokariot yang
bersesuaian dan melebur (terjadi peristiwa plasmogami) membentuk satu
kompartemen sel berinti dua (dikariotik) yang berbeda muatannya (heterokairot).
Sel dikariotik tersebut akan berkembang membentuk miselium sekunder yang
memiliki inti heterokairot yang bersesuaian. Miselium sekunder dengan inti dikariot berkembang membentuk tubuh buah
(basidiokarp). Sel berinti dikariot membelah secara mitosis sehingga membentuk
struktur reproduksi (basidium). Pada saatnya inti dikariotik akan melebur
(kariogami) membentuk zigot berinti diploid. Selanjutnya, inti diploid akan
mengalami proses meiosis menjadi haploid yang dikemas dalam basidiospora dan
menjadi inti yang haploid.
Berikut adalah gambar mengenai reproduksi basidiomycota
:
PENGOLAHAN JAMUR KANCING PASCA PANEN
Proses Pengalengan Jamur
Kancing
Menurut Sinaga (1994) tahap-tahap yang
umum dilakukan selama proses pengalengan jamur kancing adalah sebagai berikut :
1.
Seleksi tubuh jamur kancing yang seragam
baik stadia maupun ukurannya.
2.
Trimming (membuang kotoran-kotorannya).
3.
Pencucian jamur kancing
4.
Blanching, hal ini perlu untuk
menginaktifkan aktifitas enzim selama pengolahan. Blanching dilakukan
dengan mencelupkan jamur kancing kedalam air mendidih selama dua menit.
Kemudian suhunya dibiarkan turun dengan membiarkannya dalam temperatur ruang.
5.
Pengisian kedalam kaleng jamur kancing
yang telah diblanching diberi dua persen larutan garam, ditambah 0,1 persen
sodium benzoat.
6.
Menghampa- udarakan (exhausting), kaleng
yang telah diisi jamur dan larutan pengawet dikukus atau diuap panaskan,
kemudian udara yang terperangkap di dalam kaleng dikeluarkan dengan pisau
tipis.
7.
Sealing atau perekatan
8.
Sterilisasi atau pasteurisasi selama 30-60
menit dengan tekanan pada temperatur 121-1300C atau selama satu jam
dalam air mendidih.
9.
Pendinginan, kaleng tersebut harus segera
didinginkan pada tempat pencucian.
Tahap selanjutnya dapat dilakukan (Buckle,
1987)
10. Inkubasi, pengendalian mutu.
11. Pemasangan etiket, penyimpanan dalam gudang dan pemasaran.
Secara umum dalam operasi pengalengan ada
beberapa langkah yaitu sebagai berikut :
1.
Pencucian (Washing)
Pencucian dilakukan
terutama pada bahan agar bebas dari kotoran, dan bahan-bahan yang tidak
dikehendaki. Pencucian dapat dilakukan dengan perendaman dalam air,
dengan penyemprotan ataupun dengan alat pencuci dengan segala
perlengkapannya. Pada wadah sebaiknya diadakan pencucian untuk
menghilangkan bagian-bagian yang tidak dikehendaki, baik logam-logam halus,
pelapis dan lain sebagainya. (Makfoeld, 1982).
2.
Pengupasan
Pengupasan dimaksudkan
menghilangkan bagian-bagian bahan yang tidak dikehendaki (undesirable) maupun
bahan yang tidak berguna atau tidak dapat dimakan (inedible).
Pengupasan juga
dimaksudkan untuk mengecilkan ukuran, pemotongan, ataupun pengirisan dan lain
sebagainya agar bahan dapat dimasukkan ke dalam wadah (Makfoeld, 1982).
3.
Blanching
Blanching adalah suatu
perlakuan pemberian panas pada bahan dengan cara pencelupan pada air panas atau
pemberian uap panas. Tujuan dari blanching ini adalah menghilangkan udara
dari jaringan sayur atau buah-buahan, mengurangi jumlah mikroorganisme,
memudahkan pengisian karena bahan lebih lunak/lembek dan menginkatifkan enzim
yang dapat menyebabkan perubahan warna (Winarno dkk, 1980). Proses ini biasanya
diikuti dengan pencelupan dalam air dingin. Pelaksanaan proses
pendinginan ini hendaknya dilakukan segera setelah blanching selesai agar
proses pemasakan makanan terhindarkan. Suhu dan waktu yang dipakai selama
blanching menurut Winarno (1980) adalah 82-930C selama 3-4
menit. Selain untuk menginaktifkan enzim, blanching juga dapat untuk
mengurangi kontaminasi mikroba dan dalam beberapa hal dapat memperbaiki flavor
dan warna bebrapa produk (Muchtadi dkk, 1979). Namun tidak semua buah
ataupun sayur perlu diblanching (Makfoeld, 1982).
4.
Pengisian (Filling)
Pengisian kaleng dengan
bahan yang telah diblanching harus dilakukan sesegera mungkin. Pengisian
dapat dilakukan secara otomatis atau manual. Bahan diisikan kedalam
kaleng sampai permukaan yang diinginkan dengan memperhatikan head space,
kemudian canning medium diisikan menyusul.
Canning medium adalah
larutan atau bahan tertentu yang ditambahkan kedalam kaleng waktu
pengisian. Canning medium yang biasa digunakan adalah larutan garam,
sirup roti (untuk daging) dan minyak (untuk makanan hasil ikan), (Makfoeld,
1982), serta dapat pula ditambahkan vitamin C (Suhardiman,1980). Gula
yang sering ditambahkan sekitar 10-60 persen, penambahan garam sekitar 2
persen, sedangkan food aditif (zat tambahan) hendaknya disesuaikan dengan
aturan-aturan pemakaiannya (Makfoeld, 1982).
Pada waktu pengisian
hendaknya perlu diperhatikan agar masih terdapat ruangan kosong dibagian atas
kaleng (head space), sehingga pada waktu exhausting masih ada
tempat untuk pengembangan isi kaleng. Selain itu head space berguna
untuk merapatkan penutupan kaleng. Hal ini dapat terjadi karena pada
waktu uap air mengembun di dalam kaleng, maka tekanan di dalam kaleng menjadi
menurun, sehingga tekanan atmosfir dari luar akan menekan tutup kaleng dan
menjadi kuat (Winarno,dkk, 1980).
5.
Exhausting
Exhausting merupakan
proses pembuangan udara dan gas-gas lain dari makanan dan kaleng, sebelum
penutupan. Dengan adanya pembuangan gas ini akan dikurangi tekanan dalam
kaleng pada waktu sterilisasi. Dalam hal ini udara terutama oksigen tidak
diinginkan berada dalam kaleng karena oksigen dapat bereaksi dengan makanan dan
bagian dalam kaleng sehingga dapat mempengaruhi mutu, nilai gizi, dan pemasaran
makanan kaleng. Exhausting juga dapat menaikkan suhu badan dalam kaleng
pada suhu awal sterilisasi.
Menurut Makfoeld (1982)
exhausting dimaksudkan untuk :
1.
Mengeluarkan udara dan gas-gas lain yang
tidak dikehendaki.
Udara yang
mengandung oksigen akan memberikan reaksi oksidatif baik terhadap bahan maupun
wadahnya.
2.
Memperkecil terjadinya korosi kaleng.
3.
Menghilangkan kemungkinan terjadinya
kontaminasi mikroorganisme.
4.
Memudahkan penutupan kaleng. Makanan yang
dikalengkan tanpa exhausting akan menjadi lunak (bubur) karena over pressure
setelah pemanasan. Hal semacam ini harus dihindari (Winarno dkk,
1980).
Cara exhausting yaitu dengan melewatkan
kaleng yang berisi makanan ke dalam saluran exhauster yang menggunakan uap,
atau menempatkan ke dalam suatu batch exhauster.
6. Penutupan
Segera setelah dilakukan
exhausting kaleng ditutup. Diusahakan secepat mungkin agar tidak ada
udara lagi di bahan dan penutupnya. Demikian juga dengan segera ditutup,
tidak mungkin bahan terkena mikroorganisme perusak atau mikroorganisme lain
masuk ke dalamnya. (Makfoeld, 1982).
Menurut Winarno dkk
(1980) kaleng harus segera ditutup secara hermitis. Penutupan secara
hermitis berarti bahwa kaleng yang telah ditutup tersebut tidak dapat dilalui
oleh gas, udara, maupun uap air. Selama wadah tersebut masih hermintis
berati wadah tersebut tidak dapat dilalui oleh mikroba dan debu, karena mikroba
dan debu lebih besar dari gas dan uap air. Penutupan hermintis pada
kaleng logam dilakukan dengan cara melipat kaleng pada bagian sambungan antara
badan kaleng dan bagian sambungan antara tutup dan badan kaleng, masing-masing
menjadi 4 dan 5 lapis. Sambungan semacam ini dikenal dengan sambungan
ganda (double seam).
Tutup kaleng sebelum
digunakan terlebih dahulu diberi kode yang memuat tanggal, bula, dan tahun
produksi serta kode sesuai dengan jenis dan kualitas produk.
7.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah
proses yang terpenting pada pengalengan pangan. Proses ini tidak hanya
untuk membunuh mikroorganisme pembusuk yang berbahaya, tetpi juga memperbaiki
flavor, tekstur, dan kenampakan. (Muchtadi dkk, 1979).
Sterilisasi dapat
dilakukan dengan cara memasukkan wadah ke dalam air panas, atau pada uap dengan
tekanan selama waktu tertentu. Pada umumnya kondisi sterilisasi
tergantung pada tipe makanan yang dikalengkan. Bahan yang akan
dikalengkan dapat dibagi dalam dua kelas yaitu (Muchtadi dkk, 1979)
:
1. Yang diproses pada 2120F, yaitu
makanan yang mempunyai pH kurang dari 4,5 seperti buah-buahan dan sayuran.
2. Yang diproses diatas suhu 2120F,
yaitu makanan yang mempunyai pH diatas 4,4 misalnya sop, ikan, hasil
ternak. Makanan ini membutuhkan suhu sterilisasi diatas suhu 2120F.
8. Pendinginan
Untuk mendapatkan hasil sterilisasi yang seragam dan untuk mempertahankan mutu
produk, maka setelah sterilisasi harus segera dilakukan pendinginan. Bila
pendinginan terlalu lambat, bahan cenderung menjadi sangat masak dan
menghasilkan flavor serta tekstur yang tidak disukai (Muchtadi dkk, 1979).
Pendinginan yang cepat setelah proses sterilisasi selesai juga dimaksudkan agar
pertumbuhan kembali bakteri thermofilik dapat dicegah (Winarno dkk,
1980).
Pendinginan juga
mengembalikan bentuk dan kondisi kaleng yang memuai kebentuk semula.
Proses pendinginan ini berlangsung selama 15-20 menit. Dalam operasi
pendinginan dengan air hendaknya air bebas dari kotoran. Sebab air kotor
dapat menyebabkan perkaratan pada bagian luar kaleng (Muchtadi dkk,
1979).
Untuk lebih menjamin
mutu produk, maka setelah proses pendinginan dilakukan inkubasi terhadap produk
selama beberapa hari. Setelah masa inkubasi terhadap produk berakhir maka
sampel-sampel dianalisa dalam laboratorium guna pengawasan mutu produk jadi.
Setelah produk jadi
dinyatakan baik mutunya oleh bagian Quality Assurance, maka
produk jadi dikeluarkan dari ruang inkubasi untuk dilakukan pemasangan label,
pengemasan (wrapping) dan pengepakan serta penyimpanan di
dalam gudang untuk siap dipasarkan (Muchtadi dkk, 1979).
CARA MEMILIH JAMUR KANCING YANG BAIK
1. Berdiameter
2-4 cm
2. Tubuh buah dewasa dengan payung yang
sudah mekar mempunyai diameter sampai 20cm
3. Jika
payung jamurnya sudah berbercak cokelat berarti jamur sudah hampir rusak.
4. Jangan
mencuci jamur karena jika terkena air akan mudah busuk.
5. Simpan
selalu di dalam wadah tertutup dan di dalam kulkas.
PEMANFAATAN JAMUR KANCING
Jamur
kancing merupakan salah satu contoh jamur yang dapat dikonsumsi oleh manusia.
Bentuk dan warna jamur ini yang menyerupai kancing sehingga orang sering
menyebutnya sebagai jamur kancing. Jamur kancing banyak dimanfaatkan bagian
batang jamur dan kuncup jamur yang berbentuk payung. Berikut beberapa
pemanfaatan jamur kancing :
1. Sebagai Makanan Ringan
Pemanfaatan jamur kancing tidak hanya sebatas
sebagai lauk pauk saja, namun semakin kemajuan jaman dan juga kreativitas
masyarakat sehingga jaur kancing dapat diolah menjadi makanan ringan seperti
contohnya adalah keripik jamur dan juga abon jamur.
2.
Sebagai Pengganti Protein Nabati
Jamur kancing yang kaya akan protein dapat
dijadikan salah satu pemenuhan protein nabati bagi manusia. Pengolahannya pun
dapat diaplikasikan dalam masakan rumahan seperti tumis jamur ataupun olahan
makanan lainnya.
3.
Sebagai Makanan Kaleng
Jamur kancing merupakan salah satu jenis
bahan pangan yang mudah rusak bila tidak dilakukan tindakan setelah proses
pemanenan jamur. Oleh sebab itu salah satu pemanfaatan jamur adalah dengan cara
pengalengan jamur kancing. Berikut adalah cara atau tahapan dalam pengolahan
jamur kaleng :
- Jamur yang sudah dipanen dicuci bersih pada air mengalir, hal ini
ditujukan untuk menghilangkan jamur dari sisa tanah dan akar yang masih menepel
pada jamur.
- Jamur yang sudah dicuci kemudian akan masuk kedalam tahap klorinasi
yaitu tahap pencucian jamur menggunakan air berkonsentrasi kaporit tinggi untuk
menghilangkan mikroba pada jamur
- Kemudian jamur masuk dalam tahap pengkukusan selama 60 menit dengan suhu
900C jamur akan keluar dan langsung masuk ke tempat pendinginan dengan suhu
akhir pendinginan sebesar 400C.
- Pensortiran jamur dibedakan menjadi 2 tahapan. Pertama pernyortiran oleh
karyawan dengan memotong bagian jamur yang cacat dan berwarna coklat. Kedua
penyortiran oleh mesin berdasarkan ukurannya. Mesin akan menyortir jamur dalam
3 bagian yaitu dengan ukuran 18 miligram – 45 miligram.
- Jamur yang sudah disortir berdasarkan kriteria akan masuk ke dalam mesin
pemotongan jamur. Dalam proses pemotogan jamur, jamur harus melalui mesin shaker agar sisa pemotongan hilang.
- Jamur yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam kaleng dengan berat mulai
147 gram – 149 gram.
- Jamur dalam kaleng kemudian diberi dengan larutan garam dan vitamin C
dan sitrat baru masuk kedalam mesin exhauster.
- Kaleng jamur yang sudah siap dimasukkan kedalam bak air panas lalu masuk
ke dalam proses sterilisasi selama 59 menit.
- Setelah proses sterilisasi, kaleng diuji keberadaan udaranya dengan cara
mengetuk bagian tutup kaleng, apabila suara nyaring berarti kaleng masih
terdapat udara di dalamnya.
- Pemberian label kaleng dan jamur kaleng siap didistribusikan.
4.
Sebagai Alternatif Pengobatan
Kandungan jamur kancing sangat beragam, oleh
karena kandungannya itu pula jamur kancing dapat digunakan untuk mencegah
berbagai penyakit. Berikut ulasannya :
-Jamur kancing mengandung air dengan presentase 80 – 90% oleh sebab itu
jamur kancing dapat membuat kita terhindar dari dehidrasi
-Mineral kalium juga ditemukan dalam jamur kancing dimana fungsi kalium
dalam jamur kancing ini untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan mengurangi
resiko serangan jantung juga stroke.
-Jamur kancing juga dapat dikonsumsi untuk mencegah kanker karena jamur
kancing kaya akan selenium.
-Zat flofastin pada jamur kancing juga berperan dalam menurunkan
kolestrerol pada tubuh. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir bila mengkonsumsi
makanan berlemak dapat diturunkan dengan mengkonsumsi jamur kancing ini.
-Asam folat pada jamur kancing juga bermanfaat untuk menambah sel darah
manusia.
TIPS DALAM MENGOLAH JAMUR KANCING
1.
Jamur segar mengandung air yang cukup tinggi, kondisi ini menjadikan jamur
mudah rusak. Simpan jamur segar di dalam lemari pendingin. Jamur segar akan
bertahan hingga 1 minggu jika disimpan di dalam kulkas.
2.
Cuci bersih jamur sebelum dimasak karena jamur biasanya tumbuh dan
dibudidayakan di media kayu atau sekam yang telah lapuk sehingga seringkali
mengandung kotoran.
3.
Tekstur dan rasa jamur mirip dengan daging. Bagi pelaku diet vegetarian, jamur
bisa dijadikan alternatif pengganti masakan berbahan daging, ikan atau ayam.
4.
Jangan memasak jamur terlalu lama karena tekstur jamur akan menjadi liat,
volumenya menyusut sehingga penampilannya tdak menarik lagi.
5.
Jamur mengandung senyawa glutamat yang tinggi sehingga lezat menjadi campuran
sup karena akan menghasilkan kaldu jamur yang gurih dan lezat meskipun tanpa
tambahan daging.
DAFTAR PUSTAKA
Braga
G. C., Eira A. F., Celso P. G. & Colauto N. B. (1998). Manual do cultivo de
Agaricus blazei “Cogumelo-do-sol”. Botucatu: Fundação de Estudos e Pesquisas
Agrícolas e Florestais.
Muchtadi, Deddy, Nurhani Tien, R.M.
Gumbira. 1979. Pengolahan Hasil Pertanian II Nabati.
Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fatemeta IPB, Bogor.
Santoso, Imam. 2007. Biologi - Pelajaran Biologi
untuk SMA/MA Kelas X. Bekasi : Interplus
Sinaga, Meity. 1994. Jamur
Kancing dan Budidayanya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suhardiman, P. 1980. Jamur Merang
dan Mushroom. Pusat Penerbit Yayasan Sosial Tani Membangun, Jakarta.
Winarno,
F.G., S. Fardiaz, D. Fardiaz. 1980. Pengantar
Teknologi Pangan. PT. Gramedia, Jakarta.
Sinaga,
Meity. 1994. Jamur Kancing dan Budidayanya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Valverde
ME, Hernández-Pérez T, Paredes-López O. 2015. Edible Mushrooms: Improving Human
Health and Promoting Quality Life. J. Microbiology, Article ID 376387, 14 pages.
dx.doi.org/10.1155/2015/376387.