Tuesday, June 6, 2017

KORO PEDANG

KACANG KORO

1.      Deskripsi
Kacang koro merupakan salah satu jenis kacang - kacangan yang telah lama dikenal di Indonesia. Kacang koro memiliki beberapa varietas. Menurut Handajani (1993) ada jenis tanaman koro yang tumbuhnya tegak seperti koro pedang dan koro gude serta jenis tanaman koro yang tumbuhnya menjalar seperti koro benguk, koro sayur, koro epek, koro kerupuk dan lainnya. Kacang koro yang paling banyak dibudidayakan yakni kacang koro pedang. Di Indonesia penyebaran koro pedang terbesar meliputi wilayah pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan menyebar di daerah tropis. Kacang koro pedang dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah (mulai 40 m dpl) namun dapat pula tumbuh pada ketinggian 2.000 m dpl. Tanaman ini tumbuh baik pada suhu rata –rata 14oC–27oC di lahan tadah hujan atau 12oC –32oC di daerah tropik dataran rendah (Priyono, 1999).

Menurut Windrati et al. (2010), klasifikasi dari tanaman koro pedang  adalah
Kingdom         : Plantae(tumbuhan)
Subkingdom     : Tracheobionta(berpembuluh)
Superdivisio    : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio              : Magnoliophyta(berbunga)
Kelas                : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas          : Rosidae
Ordo                : Fabales
Familia             : Fabaceae(suku polong-polongan)
Genus               : Canavalia
Species            :Canavalia ensiformis(L.)DC.

2.      Karakteristik Kacang Koro Pedang
Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe tanaman (Windrati et al., 2010), yaitu:
a.       Koro pedang yang tumbuh merambat (climbing) dan berbiji merah (Canavalia gladiata) (Jack) DC)). Tipe merambat( Canavalia gladiata) dikenal dengan Swordbean  tersebar di Asia Tenggara, India, Myanmar, Ceylon dan negara-negara Asia Timur. Bentuk tanamannya merambat dan selalu melilit kearah kanan (berlawanan dengan jarum jam). Akar termasuk akar tunggang dan batang tumbuh sangat kokoh dan diameter dapat mencapai 5 mm. Panjang kubu (intermode) sekitar 20cm dengan selalu umbuhnya selalu keatas dan panjang/tinggi mencapai 10 m. Tangkai daun dan pangkal batang berwarnamerah muda.Panjang polong sekitar 40 cm lebar 5 cm dan warnapolong tua coklat muda, umur tanaman sampai panen terakhir yaitu 9 .15 bulan. Biji berwarna merah atau coklat muda. Koro rambat berbiji coklat muda memiliki daun agak sempit dan kaku di banding tanaman berbiji merah yang memiliki daun lebih lebar dan kelopak bunga berwarna putih.

b.      Koro pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.)
Koro pedang tipe tegak/perdu polongnya dapat menyentuh permukaan tanah sehingga disebut Koro Dongkrak (Jackbean). Bentuk tanaman yang menyerupai perdu batangnya bercabang pendek dan lebat dengan jarak percabangan pendek dan perakaran termasuk akar tanggung. Bentuk daun trifoliat dengan panjang tangkai daun 7-10 cm, lebar daun sekitar 10 cm, tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter. Bunga berwarna kuning, tumbuh pada ketiak/buku cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan berbunga mulai umur 2 bulan hingga umur 3 bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar 1 . 3 polong, tetapi umumnya 1 polong/tangkai. Panjang polong 30 cmdan lebar 3,5 cm, polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Biji berwarna putih dan tanaman koro dapat dipanen pada 9-12 bulan, namun terdapat varietas berumur genjah umur 4-6 bulan.


                           

Gambar 1. 
Tanaman koro pedang                             




Gambar 2. 
Biji koro pedang putih








Gambar 3. Biji kacang koro merah

 Kacang koro pedang memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan dengan kacang-kacang lainnya. Kandungan gizi kacang koro pedang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi kacang koro (Udedibie, A.BI. and C.O. Nkwocha, 2000)




3.      Perubahan Kualitas Pasca Panen dan Alternatif Pengolahan
Tanaman koro pedang tipe tegak dapat dipanen pada umur 9-12 bulan, yang ditandai oleh polong tua yang berwarna kuning jerami. Panen dapat dilakukan sekali atau dua kali, sebab polong tidak mudah pecah. Sedangkan tanaman koro tipe merambat dapatdipanen pada umur 12-15 bulan. Diketahui bahwa koro pedang memiliki senyawa yang berbahaya terhadap kesehatan tubuh sehingga koro pedang tidak dapat langsung dikonsumsi. Koro pedang mengandung senyawa toksik yaitu glukosida sianogen, canavanine, lecitin dan asam fitat sebagai anti gizi (Windrati et al., 2010),.

Glukosida sianogen dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida. Sianida merupakan racun yang bekerja cepat, berbentuk gas tidak berbau dan tidak berwarna. Racun ini akan menghambat sel tubuh untuk mendapatkan suplai oksigen sehingga organ yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak (Clarissa, 2012). Menurut Eanayake, et al. (2006), kacang koro pedang memilki kandungan canavanine yang sangat tinggi (88 – 91 %). Canavanine merupakan suatu senyawa asam amino yang mirip Arginin. Arginin adalah salah satu dari 20 asam amino yang digunakan oleh organism untuk menyusun proteinnya. Apabila Canavanine ini dikonsumsi , senyawa ini akan bergabung ke dalam protein yang biasa ditempati oleh arginin. Canavanine sangat berbeda dengan arginin, sehingga dapatmengganggu fungsi protein tersebut. Namun kandungan Canavanine ini dapat dihilangkan dengan cara direndam, dan dihancurkan /digiling (Ekanayake, 2006).

Kacang koro pedang juga mengandung lectin, yaitu karbohidrat sederhana yang berikatan dengan protein (Delatorre, et al., 2008). Senyawa ini dapat menggumpalkan darah. Tetapi pengolahan yang benar, dengan terlebih dahulu dilakukan perendaman, dapat menghilangkan senyawa ini. Asam fitat merupakan bentuk penyimpanan fosfor pada leguminosa. Di dalam biji, fitat merupakan sumber fosfotus dan inositol utama bagi tanaman. Pada kondisi alami, asam fitat akan membentuk ikatan baik dengan mineral bervalensi dua (Ca, Mg, Fe), maupun protein menjadi senyawa yang sukar larut. Hal ini menyebabkan mineral dan protein menjadi senyawa sukar larut sehingga tidak dapat diserap tubuh. Dengan adanya perlakuan panas, pH, atau perubahan kekuatan ionik selama pengolahan, dapat mengakibatkan terbentuknya garam fitat yang sukar larut. Cara yang paling efektif untuk mengurangi kadar asam sianida dan asam sitat yakni dengan melakukan perendaman, yang sekaligus dapat membantu untuk melunakkan tekstur dari kacang koro tersebut (Delatorre, et al., 2008). Selain itu menurut Suciati (2012) dalam Hamzah (2016) untuk mengurangi kadar sianida dapat dilakukan proses seperti perebusan, pengupasan, pengirisan hingga menjadi kecil-kecil perendaman dalam air hingga pemasakkan.

4.                  Pemanfaatan atau Produk Olahan
Kacang koro dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tempe (Haliza et al., 2010). Akan tetapi kendala dalam proses pembuatan tempe dari kacang koro yaitu kulit biji yang sulit untuk dikupas dan perlu proses pemasakaan dan perendaman yang lebih lama dibandingkan dengan kacang kedelai sebelum diolah menjadi tempe (Sambudi dan Buckle, 1992). Hal ini dikarenakan biji dari kacang koro lebih keras jika dibandingkan dengan kacang kedelai (Haliza et al., 2010). Selain itu menurut penelitian dari Hamzah (2016) kacang korong dapat diolah menjadi tepung. Kacang koro termasuk kacang-kacangan yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, serat yang tinggi dan juga rendah lemak. Kacang koro dapat bermanfaat dalam menurunkan kolesterol dan menjadi sumber kebutuhan protein (Gilang et al., 2013).

Selain itu kacang koro pedang dapat dimanfaatkan tepungnya. Tepung kacang koro pedang termasuk tepung kaya protein atau protein rich flour (PRF) karena kandungan proteinnya yang cukup besar yaitu sekitar 37% (Windarayati et al., 2010). Sifat tepung kaya protein memiliki sifat fungsional yabg baik untuk diaplikasikan pada produk pangan olahan seperti sosis, cake, dan juga brownies kukus (Nafi' et al., 2013). Semakin tinggi substitusi tepung kacang koro pedang pada pembuatan brownies kukus, semakin baik kandungan protein yang dihasilkan. Sehingga kacang koro memiliki prospek digunakan sebagai bahan pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pembuatan brownies kukus karena memiliki tepung kaya protein (nafi' et al., 2013)

DAFTAR PUSTAKA
Handajani,S.(1993).Analisa sifat Phisis-Khemis Beberapa Biji Kacang-Kacangan, kekerasan, Kualitas Tanak, Protein, dan Kandungan Mineralnya.Lembaga penelitian Universitas Sebelas maret Surakarta.
Gilang, Retna., Dian Rachmawanti Affandi, dan Dwi Ishartani. (2013). Karakteristik Fisik dan Kimia Tepung Koro Pedang (Canavalia ensiformis) dengan Variasi Perlakuan Pendahuluan. Jurnal Teknosains Pangan Vol. 2 No. 3.
Haliza, Winda., Endang Y. Purwani dan Ridwan Thahir. (2010). Pemanfaatan Kacang-Kacangan Lokal Mendukung Diversifikasi Pangan. Jurbal Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 3 No 3 : 238-245.
Sambudi, S.H.E and K.A. Buckle. 1992. Soaking and boiling on microstructure of winged bean seeds. p. 503-517. In O.B. Liang, A. Buchanan, and D. Fardiaz (Eds.). Development of Food Science and Technology in South East Asia. Proc. the 4th Asean Food Conference 1992. IPB Press, Bogor.
Suciati, A. (2012). Pengaruh Lama Perendaman dan Fermentasi Terhadap Kandungan HCN pada Tempe Kacang Koro (Canavalia Ensiformis L.). Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin. Makassar.
Priyono, C.N.S,Dan E. Savitri. (1999). Pedoman teknis kesesuaian lahan dan jenis-jenis HTI. Pedoman Teknis. Balai Teknologi Pengelolaan.
Hamzah, Rizal. (2016). Skripsi : Sifat Fungsional Teknis Tepung Koro dari  Berbagai Varietas Dengan Lama Perendaman. Universitas Jember.  
Windrati, W. S., Navi, A., dan Augustin, D. (2010). Sifat Nutrisional Protein Rich Flour (PRF) Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.). Agrotek vol. 4 no 1: 18-26.
Udedibie, A.BI. and C.O. Nkwocha.(2000). Comparative study of Jack beanand Sword bean as protein supplements for young broiler chicks. Agric. J., 24:7-11.
Clarissa, M. (2012). Pembuatan Minuman Sari Koro Pedang (Canavalia ensiformis) putih dengan Penambahan Jahe dan Coklat. Skripsi Universitas Gajah Mada Jogjakarta
Ekanayake.S. et al. (2006). Canavanine content in sword beans (Canavalia gladiata): Analysis and effect of processing Department of Biochemistry, Faculty of Medical Sciences. Sri Lanka:University of Sri Jayewardenepura, Nugegoda
Delatorre.P. (2008). Structure of a lectin from Canavalia gladiata seeds: new structural insights for old molecules. Brazil: 1Departamento de Bioquímica e Biologia Molecular, Universidade Federal do Ceará, Ceará.
Nafi' A., W.S. Windrati, A. Pamungkas dan A. Subagio. 2013. Tepung kaya protein dari koro komak sebagai bahan pangan fungsional berindeks glisemik rendah. J. Teknologi dan Industri Pangan. 24 (1): 1-6. DOI: 10.6066/jtip.213.24.1.1

Windaryati, T., Herlina., A. Nafi. 2013. Karakteristik brownies yang dibuat dari komposit tepung gembolo. Berkala Ilmiah Pertanian 1(2): 25-29.

No comments:

Post a Comment